Oleh Isma Arsyani*
Awal 2000-an adalah saat saya sering sekali bersama teman-teman dari Mapala Leuser Unsyiah melakukan penelusuran dan pemetaan gua. Gua yang ditelusuri saat itu sebagian besar berada di daerah Aceh Besar di daerah Mata Ie dan di kawasan Lhoknga. Kedua wilayah ini memang mempunyai beberapa gua yang menarik untuk ditelusuri oleh kita yang saat itu masih amatiran. Gua-gua di kedua wilayah ini juga mempunyai bentuk mulut yang bervariasi, ada yang berbentuk horizontal dan ada yang berbentuk sumuran atau vertikal.
Kedua wilayah ini bila kita menelusurinya dengan cermat, banyak sekali bisa ditemukan gua di perbukitan atau di sekitar pantai. Variasi bentuk gua juga berbeda, ada yang mulut atau pintu masuknya kecil dan ada juga yang besar. Ada juga lorongnya yang sempit, kita hanya bisa menelusurinya dengan merayap, dan ada juga lorongnya yang luas dan tinggi. Menariknya, gua-gua yang ada di masing-masing wilayah ini menyebar bila sudah dipetakan. Sebaran gua-gua di dalam wilayah ini disebut jaringan perguaan. Fenomena jaringan perguaan ini hanya ada di dalam sebuah kawasan yang disebut dengan kawasan Karst.
Kawasan karst, secara sederhana adalah sebuah kawasan yang terbentuk akibat pelarutan kalsium karbonat oleh air. Bisa dikatakan kawasan ini adalah kawasan batu kapur atau batu gamping. Salah satu fenomena alam yang menandakan adanya kawasan karst ini adalah terbentuknya gua-gua di wilayah ini. Selain itu, kawasan karst juga banyak menyimpan sumber air, baik air permukaan maupun air di dalam tanah. Maka tak heran, bila di kawasan karst sering terdapat banyak mata air.
Ciri-ciri ini sangat sering terlihat di kawsan Mata Ie dan Lhoknga di Aceh Besar. Nah, bagaimana dengan daerah kita di Aceh Tengah dan Bener Meriah atau di dataran tinggi Gayo, apakah terdapat juga kawasan karst seperti di daerah tetangga kita.
Kita tentu sangat sering mengunjungi Danau Lot Tawar. Baik sekedar jalan-jalan sore, rekreasi, dan mungkin mengadakan perhelatan keluarga ataupun organisasi, juga acara kampung. Tentu saja sebagian dari kita juga sudah mengetahui di pinggiran Lot Tawar, di sebelah utara dan di sebelah selatan terdapat gua. Di sebelah utara ada Loyang Pukes di Mendale. Sedangkan di sebelah selatan ada Loyang Koro di Toweren. Dua fenomena ini bisa menjadi sedikit dari sekian banyak indikator kawasan karst di daerah kita.
Tak hanya kedua gua di atas, sebenarnya ada juga beberapa gua yang ada di sekitaran danau Lot Tawar, malah menurut penduduk sekitar Lot Tawar ada loyang yang terdapat di pinggir danau yang mulut guanya berada di bawah permukaan air danau.
Bila memperhatikan dari Bur Dedalu hingga Mendale, sangat mudah melihat tanda-tanda batuan unsur kawasan karst. Lihat lah dinding tebing di sebelah jalan. Terlihat batuan yang berwarna putih dan kuning yang bentuknya berlipat-lipat atau bertingkat-tingkat. Batuan ini mengandung kapur dan termasuk rapuh bila dibandingkan dengan jenis batuan lain. Di sepanjang tebing, sering juga tampak lubang kecil atau gua-gua kecil dan ceruk-ceruk yang menghiasi permukaan tebing. Di beberapa lubang, bila diperhatikan terdapat ornamen-ornamen yang tumbuh di antara bagian atas dan bagian bawah lubang. Kalau di istilah perguaan, ornamen ini disebut Speleothem.
Nah, apakah yang mengistimewakan kawasan karst ini dengan kawasan lainnya. Apakah pengaruhnya terhadap ekosistem sekitarnya. Untuk karst di sekitar Lot Tawar memang belum ada penelitian yang khusus yang menunjukkan peran yang khusus sebagai penunjang ekosisem sekitarnya. Namun demikian mari kita lihat beberapa variabel yang bisa kita ukur sendiri dengan visual yang tampak sehari-hari.
Budaya
Beberapa waktu lalu, di Ceruk Mendale, sebuah sejarah tercatat di sana. Telah ditemukan kerangka manusia pra sejarah oleh tim peneliti arkeologi. Temuan ini dinyatakan berusia lebih 5000 tahun. Ini menjadi sebuah awal untuk mengetahui bagaimana asal-usul manusia di sekitar Danau Lot Tawar dan Suku Gayo khususnya. Ceruk, lubang, dan gua adalah salah satu tanda alam yang sering sekali menjadi lokasi penemuan fosil purbakala. Umumnya, tanda alam seperti ceruk dan gua ini berada di kawasan karst.
Flora Fauna
Hewan dan tumbuhan di kawasan karst tak lah jauh beda dengan kawasan lain seperti pegunungan dan perbukitan, pun wilayah pesisir maupun pantai. Namun karena wilayah ini dilapisi batuan keras dan berkapur, hewan dan tumbuhan yang hidup di sana biasanya adalah endemik, atau khas dan hanya ada di daerah itu. Di sekitaran Lot Tawar, menurut ahli botani yang saya dengar, pohon pinus, uyem, adalah salah satu jenis endemik Lot Tawar. Memang ini perlu penelitian lebih lanjut, apalagi pinus ini sudah banyak ādiangkatā akhir 80-an untuk keperluan bubuk kertas. Yang menjadi kebanggan kita tentu saja Depik dan beberapa Ikan lain yang endemis, seperti Peres, Jaher Item, dan lain-lain. Memang juga harus ada penelitian lebih lanjut apakah hewan air ini termasuk endemik akibat karst. Namun kalau kita lihat secara ilmu hidrologi dan daerah aliran sungainya (DAS), bila Danau Laut Tawar sangat dipengaruhi oleh alam sekitarnya. Ini sudah terbukti dengan perubahan lahan yang ada saat ini sangat mempengaruhi debit maupun ekologi dari Lot Tawar sendiri. Kalau masih ingat masa kecil, bila bermain-main di daerah Atu Tingok atau di One-One, sering terlihat capung-capung atau kupu-kupu yang bentuknya unik dan indah. Walau belum bisa dikatakan endemik, serangga seperti capung dan kupu-kupu yang berwarna unik dan berkoloni yang unik sering ditemui di kawasan karst.
Morfologi
Lihatlah bentukan Birah Panyang dan beberapa bukit lainnya yang mirip dengan Birah Panyang. Juga bukit-bukit di derah Kelitu dan Mendale. Selain bukit yang keras dan cenderung tandus, bukit-bukit di sekitar danau ini terlihat terjal. Selain itu bukit-bukit itu juga mempunyai lembah, celah, dan belahan di dinding bukit yang menandakan adanya indikasi gua dan aliran air permukaan yang menuju ke tanah.
Di samping adanya sumber-sumber air yang berasal dari celah bukit atau gua-gua berdasarkan informasi masyarakat sekitar. Tentu ini juga harus ada pembuktian ebih lanjut dengan sebuah rangakaian penelitian.
Air
Ini adalah hal yang penting dan harus kita angkat bagaimana karst menjadi sebuah hal yang penting dan bagaimana karst menjadi penunjang ekosistem di sekitarnya. Salah satu bukti yang bisa kita lihat secara awam adalah adanya gua-gua di sekitar Danau Lot Tawar. Proses pembentukan gua sangat mengandalkan senyawa air sebagai pelarut carbon sehingga terjadilah gua. Bisa dikatakan bila di sebuah daerah yang ada gua, biasanya akan banyak air. Air yang dimaksud adalah air tanah yang merupakan hasil infiltrasi dari air permukaan akibat proses daur hidrologi.
Sepetinya juga keunggulan lain, bukti bila kawasan karst ini menjadi penunjang debit air Danau Lot Tawar juga harus ada penelitian lebih lanjut. Namun dengan masih stabilnya debit danau bila dibandingkan dengan perubahan tutupan hutan dan penggunaan lahan di sekitar danau menjadi salah satu indikasi kalau kawasan karst yang sifatnya permeable dapat membantu menunjang debit air danau dari DAS di luar DAS Lot tawa sendiri. Memang hidrologi karst memang sangat unik dan pendekatannya tak bisa disamakan dengan hidrologi secara umum.
Contoh bisa kita lihat di Karst Gunung Kidul, di Yogyakarta. Tampak di permukaan sangat tandus, namun bila kita menelusuri alam bawahnya, air sangat melimpah ruah dan mampu untuk menunjang penciptaan energi lain.
Banyak memang fungsi dan keunggulan dari kawasan karst. Tulisan atau opini ini berangkat dari kondisi alam dari Danau Lot Tawar yang sangat perlu dilestarikan. PelestarianĀ ini harus lah melihat banyak aspek dan banyak variabel. Salah satunya adalah kawasan karst yang memang sudah menjadi bagian diri dari Danau Lot Tawar. Selain untuk memperkenalkan karst sebagai salah satu kawasan penting dan saat ini menjadi salah satu variabel yang sering diteliti dan dikembangkan di Indonesia, tujuan atau arah perkenalan akan Karst Lot Tawar ini menjadi sebuah unsur atau variabel yang tidak dapat ditinggalkan oleh penggiat lingkungan yang masih mau berperan melestarikan Danau Laut Tawar. Bila ingin berbuat untuk Laut Tawar tak lupa membawa isu karst ini agar semua pendekatan kepada Lot Tawar bisa menjadi lebih terarah. Konon bila nantinya, kawasan karst Lot Tawar ini diakui sebagai salah satu kawasan karst yang dilindungi seperti kawasan karst lainnya di Indonesia.
*Warga Takengon, alumni Unsyiah Banda Aceh