Takengon | Lintas Gayo – Naskah Buku berjudul “Seringkel Payung Selues Tapak” terkendala dana untuk penyempurnaan naskah dan diterbitkan. Buku tersebut merupakan karya putra Gayo, M. Jihad yang di garap sejak tahun 1993.
Dikatakan M. Jihad kepada Lintas Gayo, Sabtu (17/12/2011) bahwa buku ini sudah mempunyai naskah, hanya saja kita perlu tinggal menambahkan beberapa data untuk melengkapinya.
“Menyangkut dengan tambahan data tersebut, saya sudah tidak mempunyai uang lagi buat biaya oprasional mencari data tersebut. Pernah beberapa kali saya ajukan permohonan kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah di tahun 2008, namun hanya Rp.1,5 juta yang dikeluarkan. Dana tersebut terlalu kecil untuk melengkapi naskah buku tersebut,” keluh M Jihad yang dikenal selalu bersemangat jika diajak diskusi sejarah, adat dan budaya Gayo ini.
Tentang isi buku, dijelaskan bukunya tersebut berisi tentang sejarah, adat istiadat dan keberadaan urang Gayo sejak Tahun 1983.
Adapun rincian isi buku dengan perkiraan jumlah halaman jika sudah dicetak sekitar 500-600 halaman ini diantaranya :
- Bab I, meliputi, tentang Gayo dan artinya, Asal Linge Awal Serule, Gayo Pudaha. dan pada Masa Kerajaan dahulu.
- Bab II membahas tentang Ke-Aceh-an
- Bab III tentang Falsafah
- Bab IV tentang Bahasa
- Bab V tentang Cino
- Bab VI tentang Kekeberen
- Bab VII tentang Asal-usul nama daerah seputar wilayah kekuasaan Reje Linge
- Bab VIII tentang Alat Perkakas
- Bab IX tentang Masa
Dijelaskan M Jihad, naskah buku ini hadir akibat kegelisahannya terhadap konflik budaya yang terjadi dalam wilayah masyarakat Gayo sekaligus mengoreksi kekeliruan pemahaman yang sudah terkontaminasi oleh ideologi asing yang merusak tatanan resam Gayo dan kemurniannya.
“Begitu juga terhadap segala bentuk pengkaburan, pemalsuan dan penjajahan esensi sejarah yang tidak amanah dan tidak bertanggungjawab,’ ujar M. Jihad dengan raut muka resah.
Melalui Lintas Gayo, Dia sangat berharap kepada masyarakat Gayo untuk membantu dalam menyelesaikan naskah buku “Seringkel Payung Selues Tapak” tersebut. “Ini permohonan saya,” katanya bernada harap.
Ama Jihad, begitu kebanyakan orang menyapanya, lahir di Bintang, 1 Desember 1945. Dia seorang pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di kantor Camat Bintang.
Dengan modal pernah mengenyam pendidikan di Universitas Bandung Raya, dia ingin mengangkat sebuah karya besar. Sebuah karya yang lahir dari kegelisahan putra Gayo yang melihat simpangsiurnya sejarah dan adat istiadat urang Gayo.
“Mimpi saya yang terbesar adaalah terbitnya buku ini,” pungkas M Jihad. (Maharadi/03)