”Refleksi” Antologi Puisi Penyair Sumatera Utara

Medan | Lintas Gayo – Menjelang penutupan akhir tahun 2011, Pemprov Sumatera Utara melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, menggelar kegiatan refleksi kebudayaan akhir tahun. Kegiatan yang digelar di Tapian Daya, Medan, Kamis (29/1) itu ditandai dengan pergelaran berbagai kesenian, pemberian apresiasi kepada seniman serta peluncuran antologi puisi penyair Sumatera Utara ”Refleksi”

Kegiatan akhir tahun ini dibuka langsung Pelaksana Tugas (Plt) Gubsu, Gatot Pujonugroho. Sebelum menikmati gelaran wayang kulit, pengunjung yang didominasi warga Pujakesuma mulanya disuguhi tari-tarian khas berbagai etnik Sumatera Utara. Kemudian,acara dilanjutkan dengan kolaborasi musik etnik dan modern dalam sebuah panggung yang diisi belasan musisi. Suasana serasa gegap gempita tatkala gordang sambilan berdentum sahut-menyahut dengan hentakan drum.  Sesi ini dilanjutkan dengan persembahan lagu-lagu daerah asli Sumatera Utara. Enam seniman dengan pengabdian seumur hidup,menjadi tamu istimewa dalam refleksi budaya kali ini.

Pemprov Sumut malam itu menyerahkan penghargaan kepada 6 (enam) seniman Sumatra yang dinilai telah memberikan sumbangsih yang besar bagi perkembangan seni dan budaya di Sumatera Utara. Ke-enamnya masing-masing; Nur’ainun (penyanyi Melayu legendaris yang pertama kali mempopulerkan Lagu Cindai). Kemudian, tokoh teater Darwis Rifai Harahap, tokoh sastra Damiri Mahmud, tokoh seni rupa Ki Heru Wiryono, tokoh tari Anita Ch Dariatmo dan tokoh perfilman Sumatera Utara AR Qamar. Kesemuanya mendapat penghargaan langsung dari Plt Gubsu Gatot Pujonugroho.

Pemprov Sumut juga memberi penghargaan khusus terhadap kiprah seniman sekaligus wartawan almarhum Zainuddin Tamir Koto (Zatako). Pihak keluarga hadir mewakili almarhum untuk menerima penghargaan dari Plt Gubsu.

Kegiatan lainnya adalah peluncuran Antologi Puisi Penyair Sumatera Utara ” REFLEKSI” Ada 8 penyair yang termuat puisinya pada antologi itu, masing-masing A. RAHIM QAHHAR ( Inilah Hamba Pengemis Kata-Kata,  Ale Baya Batu Masih Diam,  Sajak Buat Anak,  Dari Gurindam ke Gurindam, Membaca Tuhfatunnafis) , Penyair HASAN AL BANNA  ( Rindu  I 1,  Rindu I 2,  Rindu I 3, Merayakan Rindu, Bahasa Hujan, Penyair IDRIS PASARIBU (Doa Para Seniman, Balada Buat Isteri, Kata lain dari Mati, Mesuji,  Ini Medan Bung). SYAIFUL HADI JL ( Air Mata Menjadi Bingkai : Ibu,  Kerikil Kecil, Sujud,  Pintu Untuk Kembali), Penyair Intan HS ( Deli, Turun Lagi Hujan Malam Ini,  Waktu,  Suatu Hari, Langkah),  Penyair TEJA PURNAMA ( Kelas, Rakyat, Morsala,  Sunyi Itu, Rindu Itu).  Penyair  WAHYU WIJI ASTUTI ( Wanita Bermata Senja, Pada Malam Pembuangan, Padang Titik 0/1/,  Pada Titik 0/2/, Sajak Sulit). Penyair YS RAT (Doa Sebelum Usai,  Seperti Meniti Tak Berair,   Menyabit Tuhannya, Siapa Memohon Selamat, Menunggu). ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.