Gerakan Gayo Membaca, Perlu Partisifasi Semua Pihak

Jakarta | Lintas Gayo – Beberapa waktu lalu (7/10/2011), Komunitas Gayo Membaca sempat dibentuk di Takengon. Mailida Sulaiman, dari Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Gajah Putih pun kemudian ditunjuk sebagai koordinator sementara, yang salah satu tugasnya mengkoordinir mengerucutnya grand design komunitas tersebut.

Dihubungi via telepon, Rabu (4/1/2012), Mailida, menjelaskan, kegiatan yang diadakan komunitas yang dikoordinirnya baru sebatas mengadakan diskusi-diskusi. Selain itu, tambahnya lagi, sempat diadakan pelatihan menulis dan meresensi buku.

Secara terpisah, Fikar W. Eda, mengungkapkan, masa bupati Drs. H. Mustafa M. Tamy, M.M., gerakan ini—Gerakan Gayo Membaca—sempat dicanangkan. “Waktu itu, saya langsung menjumpai beliau. Pak Tamy cukup mendukung dan mengeluarkan kebijakan untuk itu. Bahkan, DPRD pun langsung mem-plot anggaran untuk mendukung program tersebut,” tuturnya.

Sayangnya, kata Mahasiswa S-2 Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini, di pertengahan jalan, program tersebut tidak jalan. “Saya tidak tahu pasti, kok, bisa nggak jalan. Sayang sekali, karena anggarannya sudah ada. Apa yang digagas teman-teman di Takengon sangat positif. Mudah-mudahan, komunitas tadi bisa berjalan dengan baik. Dan, tidak berhenti di tengah jalan. Pastinya, untuk mewujudkan program tadi, perlu partisifasi dari semua pihak” kata sastrawan nasional asal Takengon, tanoh Gayo tersebut penuh harap.

Sementara itu, Ahyar, Ketua Harian Ikatan Musara Gayo Jabodetabek, menyebutkan, Pengurus Musara Gayo Periode 2010-2013 sudah menempatkan masalah ini—Cérdik (Sara Jéma Sara Buku)—sebagai salah program kerja. Program itu bertujuan untuk mengumpulkan buku (sumber bacaan) dari masyarakat Gayo yang ada di Jabodetabek, menambah koleksi (sumber bacaan) di Gayo, serta meningkatkan minat baca masyarakat Gayo, khususnya di Takengon dan Bener Meriah. Secara teknis, tambahnya, Musara Gayo mencoba berkerjasama dengan pelbagai pihak yang relevan dalam menambah koleksi (sumber bacaan) tersebut.

“Bulan Ramadan yang lalu, kita—Musara Gayo—sudah mengumpulkan sumber bacaan dari masyarakat Gayo Jabodetabek. Sebagian buku yang terkumpul sudah dikirimkan ke Takengon dan Bener Meriah melalui Darwan Hakim, pengurus Musara Gayo yang juga Sekretaris Yayasan Asrama Lut Tawar Jakarta. Sampai saat ini, Musara Gayo terus mengumpulkan buku-buku Gayo. Dan, masih  ada yang mau menyumbangkan buku-buku,” jelasnya.

(al-Gayoni)

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.