Oleh : Said Syahrul Rahmad, S.H.*
SETELAH lima minggu bekerja di Gunung Tua, pada hari Jumat (13/4/12) saya menggunakan waktu libur untuk berkunjung ke Candi Bahal I yang terletak di Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara Provinsi Sumatera Utara.
Saya beranjak dari Kota Gunung Tua pada jam 08.00 WIB dengan menggunakan jasa Angkot Butek. Perjalanan kurang lebih membutuhkan waktu 30 menit. Selama dalam perjalanan saya bercerita panjang lebar dengan sopir angkot tentang maksud saya untuk berkunjung ke tempat bersejarah itu.
Dengan percakapan dan keakraban bang sopir akhirnya saya ditawarin untuk diantar lansung sampai ke desa Bahal. Syukur saya jadi terbantu oleh bang Sopir, jika tidak diantar maka saya harus berjalan kaki sejauh 1 KM untuk sampai di komplek Candi Bahal yang terletak dekat Sungai Batang Pane perdalaman Desa Bahal.
Candi Bahal I mempunyai panjang 9 meter dan lebar sekitar 8 meter yang berbentuk persegi enam. Di area candi juga terlihat ada empat arca, namun sayang arca tersebut hanya tinggal dua yang masih utuh yaitu arca berbentuk Singa sedangkan dua lagi sudah hancur meninggalkan bekas. Candi Bahal I mempunyai ketinggian kurang lebih 15 meter dengan dua tingkatan lantai. Untuk naik ke tingkat atas harus naik melalui tangga, 7 anak tangga tingkat pertama dan 5 anak tangga ditingkat kedua.
Disebelah kiri dan kanan pintu masuk ke puncak candi terlihat ada dua gambar lukisan setengah badan yang berbentuk kaki dan punggu manusia. Pada bagian tengah bangunan utama terdapat ruang kosong dengan merucut ke atas dengan luas 2,6 m x 2,6 m yang fungsi sebagai tempat pemujaan. Selain itu di dinding juga terdapat pahatan gambar yang berbentuk manusia yaitu didinding samping kiri dan kanan. Seluruh bangunan Candi Bahal I terbuat dari batu bata yang sudah dipugarkan.
Jika diperhatikan akan terdapat perbedaan antara Candi Bahal I dengan Candi-Candi lain yang ada di Pulau Jawa. Jika candi-candi di Jawa Timur dan Jawa Barat dibangun dengan posisi menghadap ke Barat sedangkan candi Bahal I dibangun dengan posisi menghadap ke Tenggara dengan sudut lebih kurang 138 derajat.
Yang berbeda lainnya adalah candi Bahal I tidak lagi digunakan sebagai tempat ibadah seperti candi-candi yang ada dipulau jawa yang sampai sekarang masih digunakan sebagai tempat beribadah oleh umat Hindu. Sedangkan Candi Bahal I hanya dijadikan sebagai tempat wisata yang biasanya sering dikunjungi para turis untuk berekreasi dan melakukan penelitian. Selain itu juga menjadi objek wisata masyarakat disekitarnya untuk berlibur dan rekreasi saat hari raya.
Berdasarkan monumen yang ada didepan candi, bahwa pada tahun 1991 Candi Bahal I pernah di purnapugar oleh pemerintah Provinsi Sumatera Utara pada masa Gubenur Raja Inal Siregar yang kemudian direskiman pada tanggal 26 Desember 1991. Bangunan yang dipugar adalah bangunan Perwara candi yang sebanyak empat buah.
Menurut Risman Hasibuan warga setempat, alas an penyebutan nama candi Bahal I karena ada dua lagi candi yaitu candi Bahal II di Sibuhuan Padang Lawas dan candi Bahal III. Risman menjelaskan bahwa dulu candi Bahal I sempat terbengakalai karena tidak ada perhatian pemerintah sehingga arena candi menjadi semak dan bangunan candi dicoret-coret oleh tangan manusia. Tapi sekarang setelah pemekaran Padang Lawas Utara dari kabupaten Induk Tapanuli selatan Candi Bahal I sudah mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah.
Berdasarkan referensi yang penulis dapatkan bahwa Candi Bahal Imerupakan peninggalan Kerajaan Panai. Pernyataan ini diperkuatkan oleh Arkeolog asal Jerman F.M Schnitger yang sudah pernah berkunjung pada tahun 1935. Sumber sejarahnya berasal dari prasasti berbahasa Tamil tahun 1025 dan 1030 Saka yang dibuat oleh Raja Tamil Hidnu yang bernama Rajendra Cola I di India Selatan. Menurut sejarah Raja Rajendra berhasil menaklukkan Kerajaan Pannai seperti yang tercatat dalam kitab Nagarakertagama yang dituliskan oleh Empu Prapanca tahun 1365 Saka.
Candi Bahal diyakini sudah ada sejak abad ke XII masehi yang semasa dengan candi Muara Takus di Riau, data yang dijadikan acuan pakar sejarah adalah tulisan-tulisan kuno pada prasasti-prasasti yang ditemukan di situs ini seperti prasasti Gunung Tua. Prasasti Gunung Tua merupakan prasasti tertua yang ditulis dalam bahasa aksara Jawa Kuno dan bahasa Melayu Kuno.
*Penulis adalah Staff Lembaga Riset Publik Indonesia yang sedang bertugas di Gunung Tua.