Biaya Bukan Alasan Untuk (tidak) Kuliah

ACARA kampus biru yang mengudara setiap minggu pukul 14.00 WIB yang disiarkan di salah satu radio di Banda Aceh kini menghadirkan bintang tamu Siti Aminah Mahasiswa Fakultas Adab Jurusan APK (Adab Perpustakaan dan Komunikasi) IAIN Ar-Raniry Banda Aceh  yang berasal dari Bener  Meriah. Kini membahas tema biaya bukan alasan untuk tidak kuliah.

Sudah lumrah bagi seorang pelajar yang akan lulus SMA untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Begitu juga dengan Siti Aminah yang kerap disapa mina. Harapanya besar untuk melanjutkan studi ke luar daerah tapi apa hendak di kata tepat pada saat pengumuman kelulusan ayahnya menginggal dunia dan ibunya tidak mengijinkan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dengan alasan biaya. Namun Mina tetap bertekat untuk melanjutkan kuliah ke Banda Aceh.

“Saya berangkat dengan modal RP85.000 di saku dan harus membayar ongkos mobil dari Bener Meriah ke Banda Aceh seharga Rp60.000 pada tahun 2008, ketika sampai di Banda Aceh, pak sopir menanyakan saya diantar kemana, saya juga bingung harus menjawab apa karena tidak punya tempat tinggal dan tidak mempunyai kerabat di Banda Aceh. Saya memutuskan untuk turun di depan masjid Baiturrahman. Saya mencoba menelpon seorang teman yang kuliah di Banda Aceh, tapi tak satupun yang mengijinkan saya untuk menginap di rumahnya. Untungnya ada seorang wanita yang kira-kira berumur 25 tahun mengijinkan saya untuk tinggal di rumahnya,”  kenang wanita yang mempunyai hobi menulis ini.

Ketika di Banda Aceh Mina, saapaan akrab Siti Aminah mendaftarkan diri ke IAIN dan Unsyiah dengan biaya pendaftaran yang dipinjam dari teman-temanya. “Karena orang tahu saya tak punya uang maka susah untuk meminjamkan,” kata mina dengan candaan khasnya.

Ketika saya mencari ruangan ujian di Unsyiah, saya sempat ditipu oleh mahasiswa disana dan baru tiba di ruang ujian 20 menit sebelum waktu ujian berakhir, tanpa membaca soal saya jawab semua lembar jawaban, saya hanya pasrah karena tidak sempat membaca soal lagi. Namun tanpa diduga ketika melihat pengumuman saya lulus di Teknik Unsyiah dan teman saya juga mengabarkan saya juga lulus di IAIN jurusan APK (Adab Perpustakaan dan Komunikasi). “Saya memilih kuliah di IAIN Ar-Raniry karena biaya kuliah lebih murah,” ujar Minah member alasan. Untuk biaya hidup Mina sempat membuat kue yang di titip di dekat Kampus Kesenian Unsyiah, meskipun tidak bisa memasak tapi apa boleh dikata, tak ada pilihan lain. Mina juga berjualan pulsa sebagai usaha sampingan, namun bangkrut karena terlalu banyak yang berhutang dan sempat bekerja di Pustaka Fakultas Syari’ah IAIN Ar-Raniry walau hanya beberapa bulan.

Mina mengaku kuliah di Banda Aceh tanpa sepengetahuan orang tuanya, karena ketika pamitan ia katakan untuk mencari pekerjaan ke kutaraja, namun karena tekat yang kuat untuk melanjutkan kuliah maka Iapun nekat pergi meskipun hanya bermodal uang Rp 85.000 di kantong. Namun Mina tidak tenang sebelum mengatakan  kepada orang tuanya bahwa kuliah. Pada semester ke 3 akhirnya Mina mengatakan pada orang tuanya kalau kuliah sambil kerja di Banda Aceh.

“Saya harus buktikan saya juga bisa kuliah meski harus banting tulang mencari biaya. Beberapa bulan setelah itu ibu saya sakit dan dengan lirih ia katakan “ibu takut tak bisa melihatmu memakai toga” dengan tekat yang kuat saya berusaha untuk tamat tepat waktu. Namun saya gagal menyelesaikan kuliah tepat waktu karena sibuk dengan pekerjaan dan organisasi yang saya tekuni,” beber Mina.

Tanpa kerja Mina tidak bisa kuliah. Dan Ia bertekat harus menyelesaikan studi semester ini juga. Mahasiswi yang bercita-cita melanjutkan studi ke luar negri ini pada closing statemen-nya dalam acara kampus biru dengan pasti menyatakan “biaya bukan alasan untuk mengejar cita-cita tapi lebih pada kemauan, tekat dan kerja keras”.(Zuhra Ruhmi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.