SETIAP ibu yang sedang hamil pada usia dini tentunya selalu mendambakan kehamilan yang sedang dijalaninya berjalan dengan apa yang diharapkannya, kehamilan yang terus berlanjut hingga 9 bulan dengan sehat. Namun, manusia hanya bisa berharap dan berencana. Kadang apa yang diharapkan dan direncanakan tidak sesuai dengan harapan, termasuk pada diri ibu hamil.
Kehamilan yang di dambakan kadang gugur di tengah jalan akibat berbagai hal seperti keadaan janin atau rahim yang lemah atau yang sekarang tengah banyak menimpa para pasangan muda, keguguran akibat Blighted Ovum (BO) atau lebih dikenal dengan hamil kosong atau kehamilan tanpa embrio.
Blighted Ovum (BO) adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak ada bayi di dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga merasakan gejala-gejala kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium hasilnya pun positif.
Menurut salah satu spesialis kandungan dr. Nurhafnita, SpOG, M. Kes atau yang masyarakat Takengon Kabupaten Aceh Tengah lebih mengenalnya dengan panggilan dr. Titing, pada saat terjadi pembuahan, sel-sel tetap membentuk kantung ketuban, plasenta, namun telur yang telah dibuahi (konsepsi) tidak berkembang menjadi sebuah embrio. Pada kondisi blighted ovum kantung kehamilan akan terus berkembang, layaknya kehamilan biasa, namun sel telur yang telah dibuahi gagal untuk berkembang secara sempurna. Maka pada ibu hamil yang mengalami blighted ovum, akan merasakan bahwa kehamilan yang dijalaninya biasa-biasa saja, seperti tidak terjadi sesuatu, karena memang kantung kehamilan berkembang seperti biasa, hal tersebut baru bisa dilihat saat kehamilan memasuki usia 6-8 minggu.
Sebab saat itu diameter kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16 milimeter sehingga bisa terlihat lebih jelas. Dari situ juga akan tampak, adanya kantung kehamilan yang kosong dan tidak berisi janin. Ketika menginjak usia kehamilan 6-8 minggu, ibu hamil penderita blighted ovum memeriksakan kehamilan dan melakukan pemeriksaan USG, maka akan terdeteksi bahwa terdapat kondisi kantung kehamilan berisi embrio yang tidak berkembang.
Jadi, gejala blighted ovum dapat terdeteksi melalui pemeriksaan USG atau hingga adanya perdarahan layaknya mengalami gejala keguguran mengancam (abortus iminens) karena tubuh berusaha mengeluarkan konsepsi yang tidak normal.” BO juga bisa di sebabkan oleh virus seperti Infeksi virus TORCH (Virus Kucing), rubella dan streptokokus, penyakit kencing manis (diabetes mellitus) yang tidak terkontrol, rendahnya kadar beta HCG serta faktor imunologis. Namun 60% BO terjadi karena adanya pembelahan sel saat pembuahan tidak sempurna sehingga terjadinya kelainan kromosom saat trisemester pertama kehamilan sehingga janin tidak terbentuk.
Sedangkan menurut dr.H. M. Nahrawi J. Hanafiah, Sp. OG Ahli kebidanan dan penyakit kandungan di Lhokseumawe BO itu diibaratkan seperti telur ayam yang telah lama dierami induknya namun pada saat telur waktunya akan menetas, telur tidak menetas karena telur tidak sehat (poyoken:Gayo-red) sehingga bagi ibu hamil yang menderita Blighted Ovum harus di lakukan tindakan kuretase atau mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim”.
Salah satu wanita yang pernah mengalami BO berinial RW mengatakan saat kehamilannya berumur 7 minggu awalnya terjadi flek. “Saya pikir hal biasa karena biasanya flek terjadi pada ibu hamil karena penempelan embrio pada dinding rahim ternyata flek tidak berhenti selama dua hari sehingga di periksa ke spesialis kandungan, dokter suruh saya bedrest dan minum obat selama tiga hari, namun karena tidak berhenti akhirnya di lakukan USG 4D dan dokter menyatakan saya mengalami BO. 1 juli 2012 lalu, harus dilakukan tindakan kuretase”, ungkap RW.
Menanggapi kasus ini, dokter Titing juga mengatakan 15%-20 % wanita hamil mengalami BO, namun saat ini telah mengalami peningkatan pada pasangan muda yang baru menikah dimungkinkan sebab banyaknya pasangan muda sekarang terkena radiasi computer dan Handphone, namun ini belum adanya penelitian, ini baru perkiraan sementara namun jangan khawatir setiap wanita yang pernah mengalami BO masih bias dan memiliki peluang besar untuk hamil secara normal kembali. (Rahma Umar)
Karena radiasi komputer dan handpone? Gawat juga tuh….sehari-hari orang terutama wanita, apalagi wanita bekerja di kantoran tidak pernah lepas dari komputer dan handpone