Ini 8 Isi Deklarasi Kedah Darul Aman 2012

Kedah | Lintas Gayo ā€“ Konferensi internasional Kerajaan Linge Gayo (International Conference on Linge Gayo Kingdom) yang diinisiasi oleh World Gayonese Association (WGA) dan beberapa organisasi lainnya seperti IPPEMMATA, MAPESGA, PERMATA, HPBM, IPEGA, IMAGA dan The Gayo Institute merupakan langkah kolosal dan revolusioner pertama yang digagas oleh kaum intelektual muda Gayo dalam kurun waktu 100 tahun terakhir sejak Belanda meninggalkan Tanah Gayo.

Konferensi Internasional Kerajaan Linge Gayo (International Conference on Linge Gayo Kingdom) yang dilaksanakan selama 2 hari di Kedah Darul Aman menghasilkan beberapa rekomendasi yang dituangkan ke dalam Deklarasi Kedah Darul Aman 2012.

Menurut Sabela Gayo sebagai inisiator kegiatan tersebut, rekomendasi tersebut mengikat keseluruhan peserta yang hadir dalam acara Konferensi tersebut dan diharapkan dapat dipertimbangkan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah dalam rangka pembangunan masyarakat Gayo.

Adapun rekomnedasi yang telah dihasilkan oleh para peserta Konferensi ICLGK 2012 di Kedah Darul Aman, Malaysia adalah sebagai berikut;

  1. Meminta Pemerintah Republik Indonesia agar segera merehabilitasi nama sejumlah tokoh perjuangan Gayo sebagai Pahlawan Pergerakan Kemerdekaan Republik Indonesia.
  2. Mendesak Pemerintah Aceh untuk lebih memperhatikan masyarakat Gayo dalam pembangunan dan pemberdayaan SDM, SDA, Pendidikan termasuk Pelestarian, Pendokumentasian, Perlindungan atas Sejarah, Adat-budaya Masyarakat Gayo.
  3. Mendirikan bangunan refresentatif Museum Gayo.
  4. Menjalin kerjasama pendidikan, sosial, budaya, dan ekonomi dengan lembaga-lembaga internasional.
  5. Melaksanakan dan mempublikasikan riset-riset berkelanjutan tentang sejarah dan budaya baik secara independen maupun bersama dengan lembaga lain.
  6. Ā Membangun Rumah Adat Gayo (Umah Pitu Ruang) di Anjungan Aceh Taman Mini Indonesia Indah (TIM).
  7. Mendorong pendidikan generasi Gayo untuk medapatkan fasilitas beasiswa dalam dan luar negeri.
  8. Mendesak Pemerintah Daerah 4 Kabupaten Kota Gayo untuk menjadikan nilai budaya masyarakat menjadi muatan lokal setiap tingakatan lembaga pendidikan.

Menurut Sabela gayo, beberapa poin rekomendasi diharapkan dapat didengar dan dimasukkan ke dalam rencana kebijakan pembangunan baik pemerintah pusat maupun daerah sehingga bisa memberikan kontibusi positif bagi perbaikan nasib rakyat Gayo.

Kebijakan pembangunan khususnya di tingkat provinsi yang masih belum berpihak kepada Rakyat Gayo khususnya fasilitas beasiswa yang sangat terbatas bagi para generasi muda Gayo merupakan salah satu aspek penting yang menjadi sorotan para peserta Konferensi Internasional tersebut.

Dari data terakhir yang diperoleh oleh organisasi-organisasi mahasiswa dan pemuda Gayo di Banda Aceh, disebutkan bahwa sejak program beasiswa Aceh diluncurkan pada tahun 2007 oleh Gubernur Irwandi Yusuf, sampai hari ini hanya sekitar 30 orang saja pemuda/mahasiwa asal Gayo yang bisa mengakses beasiswa tersebut dari jumlah total penerima beasiswa yang ada sampai data terakhir bulan Oktober 2012 yaitu sebanyak 5200 orang.

Dikatakan, minimnya jumlah penerima beasiswa dari Pemerintah Aceh disebabkan oleh beberapa faktor antara lain; masih diberlakukannya kebijakan yang sama terkait nilai Toefl bahasa Inggris kepada mahasiswa/pemuda asal Gayo dengan pemuda/mahasiswa asal daerah lain seperti Banda Aceh, Sigli, Bireun dan Lhoksemawe yang akses terhadap kursus-kursus bahasa Inggris lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa/pemuda yang tinggal di Takengon, Redelong, Blangkejere, Lokop Serbejadi, Kalul dan Kutacane.

Para peserta Konferensi Internasional mengharapkan adanya kebijakan khusus yang diberikan oleh Pemerintah Aceh terkait dengan kuota dan akses beasiswa bagi para mahasiswa/pemuda asal Gayo. Menurut Dr. Gustian Djuanda yang merupakan dosen UUM dan sekaligus sebagai salah seorang pembicara kunci dalam acara ICLGK 2012 mengatakan bahwa, jika para mahasiswa/pemuda asal Gayo berminat melanjutkan pendidikan S2 dan S3 di Universiti Utara Malaysia (UUM) maka pemerintah Aceh ataupun pemerintah kabupaten asal Gayo dapat mengirimkan sejumlah pemuda/mahasiswa untuk masuk ke program tertentu di UUM dengan jumlah minimal 20 orang per kelompok studi.

Dengan jumlah minimal 20 orang tersebut maka biaya pendidikan seperti uang kuliah dan biaya hidup dapat diminimalkan dengan cara meminta sejumlah discount uang kuliah kepada Vice Chancellor UUM dan menyewa rumah yang berfungsi sebagai asrama mahasiswa.

Akhirnya, para peserta konferensi internasional berharap agar pemerintah Aceh mau mendengar aspirasi dari kalangan mahasiswa dan pemuda Gayo yang disampaikan melalui forum ICLGK 2012 di Kedah Darul Aman Malaysia.

Jika pemerintah Aceh tidak mau mendengar aspirasi tersebut, maka diharapkan pemerintah kabupaten asal Gayo seperti Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues dan Aceh Tenggara mau mengalokasikan dana otonomi khususnya untuk kepentingan pembangunan sumber daya manusia di tanah Gayo.(SP/red.04)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.