Catatan Rahmat Sanjaya*
TAMAN Makam Pahlawan adalah tempat peristirahatan terakhir bagi para pejuang bangsa yang telah merelakan jiwa dan raganya bagi nusa dan bangsa. Ini adalah peghargaan besar bagi sebuah negara bagi para pejuang bangsa yang tidak dapat diukur dengan materi. Kewibawaan seorang pejuang bangsa yang menghormati jasa pahlawannya tercermin di setiap Taman Makam Pahlawan yang berada di setiap sudut negeri ini, di sana mereka terbaring dan mendapat kehormatan dari negara dengan julukan pahlawan bangsa dengan sederet era kepahlawananannya.
Kini setelah perang usai dan para veteran perang juga sudah berpulang, siapa lagi yang layak di kebumikan di Taman Makam Pahlawan, apakah dia seorang guru yang jelas sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, para pengusaha sukses yang berhasil mengembangkan pembangunan di berbagai wilayah, para pejabat negara baik pemerintahan maupun anggota DPR, TNI / Polri, atau para seniman dan budayawan.
Takengon yang juga memiliki Taman Makam Pahlawan mulai saat ini agaknya harus memperjelas siapa saja yang layak di makamkan di tempat milik negara tersebut. Karena ini merupakan persoalan yang sangat klasik yang tidak pernah di bicarakan dalam masyarakat kita. Penggunaan Taman Makam pahlawan tidak hanya sepenuhnya milik suatu kekuasaan tertentu, tetapi Taman makam Pahlawan dapat juga digunakan bagi setiap orang yang telah berjasa untuk tanah Gayo.
Sebagian besar masyarakat Gayo adalah seniman yang mampu membangun marwah bangsa sampai ketingkat dunia, jasa mereka tidak pernah dipedulikan oleh pemerintah padahal tanpa mereka bangsa ini tidak pernah tegak berdiri. Segala nilai moralitas dan kepribadian bangsa asalnya dari seniman dan budayawan, tapi nasib mereka selalu berakhir tanpa ada ucapan terima kasih apapun dari negara, hendaknya Takengon harus memulai memikirkan persoalan penghargaan ini bagi para seniman sebab sangatlah di fahami semasa hidup seniman tersebut tidak pernah dihargai baik secara materi maupun secara non materi, paling tidak ketika mereka berpulang ada yang di berikan Pemerintah Takengon kepadanya dengan cara memakamkan di tempat yang paling tinggi bagi negara ini.
Seperti yang di katakan Joehari Samalanga dalam tulisannya, semua ceh besar dan berpengaruh yang notabenenya membangun Gayo dengan berbagai kreatifitasnya namun di akhir hayatnya selalu saja berakhir di tempat yang tidak semestinya (dimakamkan). Padahal semasa hidup mereka selalu berjuang untuk perdamaian, pemersatu rakyat, bahkan melalui syair-syair mereka para ceh tersebut membangun peradaban yang hakiki, mempertahankan budaya dan moralitas bangsa hingga dinikmati banyak generasi hingga saat ini.
Agaknya Taman Makam Pahlawan sangat naif di gunakan sebagai tempat pemakaman orang-orang yang bukan pahlawan, dari sudut pandang manapun akan terjadi kesalahan besar dan sangat memalukan jika Taman Makam Pahlawan di isi oleh orang yang tidak memiliki jasa apapun terhadap negara maupun bangsanya, disini peran penentu kebijakan yang harus menjawab persoalan ini dengan serius, jika perlu penentu kebijakan mengeluarkan Perda khusus terkait Taman Makam Pahlawan, sebab disinilah nantinya generasi mendatang mencari sejarah mereka.
Sebuah ungkapan umum yang terus di gemakan di seluruh dunia adalah, bangsa yang besar adalah bangsa yang selalu menghargai jasa para pahlawannya, dan ketika orang menyakan pahlawan gayo umumnya dan aceh tengah khususnya siapa yang akan menjawab ini. Jika daerah ini mau dikatakan bangsa yang besar maka hargailah setiap pahlawan yang telah berjasa untuk bangsa ini, sebab merekalah pelaku sejarah yang pernah di miliki daerah ini dan mereka pernah menjadi aset penting bagi daerah ini untuk menegakkan pilar-pilar hidup yang bermoral dan berbudi pekerti yang tinggi
Bagi sebagian besar masyarakat Aceh Tengah menginginkan agar Taman Makam Pahlawan yang terletak di kecamatan Bebesen dapat di fungsikan sesuai dengan namanya, seniman juga harus mendapat tempat di sana sebagai konsekwensi perjuangannya membangun, membentuk dan mengembangkan khasanah Gayo hingga bermartabat sampai saat ini. Seniman-seniman ini adalah pencetus sejarah Gayo yang tiada banding dalam kehidupan bermasyarakat di Gayo hingga saat ini.
*Budayawan, tinggal di Banda Aceh