Gayo Tanyo

SEMINAR hasil peneitian yang diadakan oleh Balai Pelestarian Nila Budaya Aceh di Hotel OASIS, Sabtu 24 Nopember 2012 lalu menggelitik pemikiran ketika ada sebuah pertanyaan dari peserta yang pada saat itu pemaparan hasil penelitian tentang “Bines : Tradisi Berkesenian Masyarakat Gayo Lues”.

Pertanyaannya adalah ketika dalam laporan penelitian ada pembahasan tentang Reje Linge dan hubungannya dengan sejarah Bines, sipenanya merasa terusik ketika ada kaitannya antara Reje Linge dengan Bines, karena dalam benaknya yang namanya Gayo Linge itu hanya Gayo Deret dan Gayo Lut (Aceh Tengah dan Bener Meriah).

Satu masalah lagi ketika adalah ketika ada sebuah pernyataan dari pemakalah yang menyebutkan bahwa kata Bines tidak diketahui artinya dalam Bahasa Gayo, peserta seminar langsung memvonis bahwa arti Bines itu sama dengan kata “Bineh” yang artinya samping.

Sebagai pembahas dalam seminar tersebut, Dr. Rejeb Bahri yang merupakan pelaku seni Gayo Lues dan sebagai orang yang sangat memahami bahasa menjawab, kalau mau  mengerti dan faham tentang apa itu Gayo maka jangan belajar dari orang yang bukan orang Gayo tetapi belajarlah dari orang Gayo yang mengerti Gayo.

Ada orang yang telah lama berdomisili di Aceh, karena ia merasa cinta dengan Bahasa Aceh maka ia buat satu nama perusahaannya “ PT/CV Gayo Geutanyo”, Itu bukan nama dan bagian dari Gayo.

Dalam laporan penelitian tersebut dalam satu lembaran laporan penelitian tari Bines tersebut disebutkan secara geografis letak Gayo itu dibagi atas 4 (empat) wilayah : Gayo Lut,Gayo Deret, Gayo Tanyo dan Gayo Lokop/Serbejadi.

Kejadian seperti ini juga pernah terjadi, ketika ada sebuah seminar yang dihadiri oleh tokoh-tokoh budaya beberapa waktu silam. Saat itu berbicara tentang falsafat “emun beriring” dalam kerawang Gayo. Seorang peserta dan termasuk tokoh yang berpengaruh dalam budaya berpendapat bahwa “emun beriring” yang ada dalam kerawang ada juga di daerah Aceh yang lain dan itu bukan ciri khas Gayo semata.

Inilah yang terjadi dalam diskusi-diskusi dan kajian ilmiah sekarang ini, semua orang selalu mencari makna sesuai dengan kenginan dan kebutuhan, semua orang berani berpendapat kendati itu bukan ahlinya. Maka wajarlah Dr. Rejeb Bahri merasa berang dengan pernyataan dan pendapat yang tidak didapat dari pemilik bahasa dan sejarah budaya kata tersebut. (Drs. Jamhuri, MA dan Khalisuddin)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.