Kebayakan | Lintas Gayo : Tidak ada kejadian yang aneh-aneh dan harta Karun di Loyang Mendale dan Ujung Karang sebelum atau sesudah ditemukannya kerangka manusia dan sejumlah benda pra sejarah lainnya di Loyang Mendale dan Ujung Karang, demikian sejumlah keterangan warga sekitar tempat tersebut yang dihimpun Lintas Gayo.
Darul misalnya, pemilik lokasi penggalian Loyang Mendale mengaku terkejut atas penemuan benda-benda peninggalan masa pra sejarah di sebidang tanah yang diterimanya dari orangtuanya beberapa tahun lalu.
“Karena tempatnya terlindung dari panas dan hujan, secara turun temurun keluarga saya menjadikan Loyang tersebut sebagai Uwer dan tidak pernah sekalipun terjadi hal-hal yang aneh-aneh,” ujar Darul. Uwer dalam bahasa Gayo diartikan sebagai kandang kerbau.
Pengakuan ini secara terpisah diamini oleh Hamdan yang beberapa waktu belakangan ini meminjam lokasi tersebut kepada Darul untuk Uwer kerbau-kerbaunya juga tidak pernah mengalami kejadian yang berbau gaib.
Pengakuan yang bernada menyesal diungkapkan Hasan Basri beserta isterinya yang selama ini menjadi penanggung jawab atau pengelola sawah yang berbatasan langsung dengan lokasi Loyang Ujung Karang Kampung Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan.
“Saya tak menyangka diloyang tersebut ada kuburan orang zaman dahulu sehingga kami sering berada diatasnya saat beristirahat mengerjakan sawah. Dalam agama kita menginjak atau melangkahi kuburan dilarang, apalagi membuang kotoran,” ujar Hasan Basri saat ditemui dirumahnya dikawasan Lentik Kebayakan.
Seorang warga yang berdomisili didekat Loyang Mendale, M Thaib Aman Erni juga mengaku tidak pernah mendengar atau mengalami hal-hal aneh tentang Loyang Ujung Karang. Cuma saja saat pembukaan jalan Kertas Kraft Aceh (KKA) beberapa tahun silam. “Sebelumnya direncanakan ruas jalannya melintasi beberapa puluh meter dari lokasi kuburan sekarang. Saat itu bom yang digunakan untuk memecahkan batu tidak meledak atau tidak mampu membuka jalur tersebut sehingga akhirnya jalur dipindahkan melintasi areal lain. Dan itu saja yang agak aneh,” tutur M Thaib yang sengaja datang ke lokasi Loyang Ujung Karang untuk menyaksikan penggalian oleh arkeolog dari Balar Medan tersebut, Kamis (17/3).
Menurut M Thaib, sekitar tahun 1995 ada orang yang mencoba menggali tanah disekitar sini yang kabarnya untuk mencari harta Karun. Akan tetapi kenyataannya mereka tidak mendapat apa-apa, kata M Thaib.
Yang Penting Jangan Takabur
Selanjutnya keterangan salah seorang anggota tim peneliti, Lucas Lucas Partanda Koestoro menyatakan selama penelitian yang dia lakukan hampir tidak pernah mengalami hal-hal aneh seperti kesurupan kata dan lain-lain.
“Kita harus mengakui dan menghormati adanya dunia lain karenanya kita tidak boleh takabur sehingga pekerjaan kita dalam melakukan penelitian menjadi lebih mudah dan tentu dengan niat baik atas pekerjaan yang baik,” kata Lucas, Kamis (17/3) di Loyang Ujung Karang.
Seorang peneliti juga dituntut untuk memahami dan menghormati budaya orang lain terutama terkait kerarifan lokal, tambahnya.
Tak Ada Harta Karun
Dalam penelitian arkeologi seperti yang dilakukan di Takengon juga tak pernah ditemukan harta Karun, ujar Lucas dengan tegas.
“Harta Karun tidak ada dalam penelitian arkeologi seperti ini karena masa kehidupan yang kita teliti belum mengenal harta seperti perhiasan dan lain sebagainya,” kata Lucas.
Kalaupun dinamakan harta Karun, makanya benda tersebut adalah alat batu yang merupakan benda berharga bagi manusia pra sejarah. “Kebutuhan primer manusia saat itu sudah disediakan oleh alam dan kompetitif yang terjadi hanya dengan alam seperti musim. Saat itu tidak dikenal kompetitif antar manusia seperti di zaman modern sekarang ini,” pungkas Lucas seraya mengingatkan bahwa kedua lokasi penggalian tersebut sangat potensial untuk dikembangkan sebagai lokasi pariwisata.
Pantauan Lintas Gayo, walau ditemukan kerangka manusia dikedua lokasi penggalian, masyarakat banyak yang datang untuk melihat kerangka tersebut dari berbagai kalangan, termasuk anak-anak. (aman zaghlul)