Takengon | Lintas Gayo – Selama ini, persepsi orang terhadap wartawan hanya bisa menulis dan mengkritik. Namun persepsi itu terpatahkan dengan keikutsertaan para wartawan Aceh Tengah dalam aksi kerja bakti menambal lubang di jalan negara Takengon-Uning, kawasan Tan Saril Bebesen Aceh Tengah, Rabu (9/1/2013). Pemandangan unik itu menarik perhatian warga yang lalu lalang di ruas jalan itu, beberapa warga sengaja menepi agar dapat memberi jempol untuk sejumlah wartawan.
Para wartawan yang bertugas di wilayah Aceh Tengah terlihat sangat aktif menyusun batu di sejumlah lubang bersama Wabup Aceh Tengah Drs. H.Khairul Asmara, karyawan Dinas PU, aparat TNI/Polri yang juga mengatur lalu lintas. Awalnya, peserta kerja bakti hari itu menduga kehadiran wartawan hanya untuk meliput berita. Namun, ketika mereka mulai mengatur batu disejumlah lubang membuat semua orang yang ada disana terkaget-kaget. “Keikutsertaan mereka membuat kami makin semangat,” ungkap salah seorang karyawan Dinas PU Aceh Tengah.
Seorang warga, Zulfikar Ahmad (43), dosen Fakultas Teknik Universitas Gajah Putih Takengon melalui SMS kepada Lintas Gayo mengaku sangat terharu melihat keikutsertaan wartawan dalam kegiatan kerja bakti itu. Menurutnya, jarang ditemukan jika wartawan ikut menyusun batu koral dengan kamera tergantung didadanya. “Ini baru mantap, pemandangan unik, wartawan pun ikut kerja bakti,” tulis Zulfikar.
Hasil pengamatan Lintas Gayo, ruas jalan negara itu memiliki sejumlah lubang yang sering menyebabkan kecelakaan bagi para pengendara sepeda motor. Lubang paling berbahaya terletak di pendakian arah ke Kampung Tan Saril. Di tanjakan itu, para pengendara sepeda motor yang sedang mendaki harus mengelak lubang sehingga mengarahkan sepeda motornya ke tengah jalan. Sementara dari arah yang berlawanan, kenderaan lain yang sedang menurun melaju dengan kecepatan tinggi, ketika inilah kecelakaan sering tidak terelakkan.
Beberapa wartawan yang ikut kerja bakti hari itu mengaku sudah sering memberitakan tentang banyaknya lubang berbahaya di ruas jalan negara Takengon-Uning tersebut. Namun, sampai aksi kerja bakti itu dilaksanakan, berita mereka belum mendapat respon dari penanggung jawab ruas jalan tersebut. “Saya sudah sering menulis berita tentang kondisi jalan ini, lebih-lebih karena ini jalan protokol yang arus lalu lintasnya sangat padat tapi belum direspon, yah mending ngajak teman-teman gotong royong,” ungkap Mahyadi wartawan Harian Serambi Indonesia.
Bagi Mahyadi (35), ikut kerja bakti menambal jalan secara langsung memberikan sebuah kebanggaan karena manfaatnya bagi pengguna jalan. Memang ketika sedang menyusun batu, lanjut Mahyadi, mereka diperhatikan orang tetapi dia mengaku tidak malu. Menambal jalan itu pekerjaan mulia. “Bila berita yang saya tulis direspon oleh pemerintah, itu saja sudah membuat saya bangga, apalagi jika melakukan aksi tambal jalan, tentu sangat puas karena pengguna jalan jadi lebih nyaman,” imbuh Mahyadi yang dibenarkan juga oleh Irwandi wartawan Waspada.
Sementara Win RB (40) Pimred Media Online Lintas Gayo yang juga ikut serta dalam aksi tambal jalan tersebut mengaku aksi itu sangat luar biasa, karena kebersamaannya sangat kental, semua berbaur baik pejabatnya, TNI/Polri, wartawan, masyarakat dan karyawan. Kondisi itu menyebabkan para wartawan begitu mudah dapat mewawancarai pejabat pemerintah, bahkan bisa berbincang-bincang sambil menambal jalan.
“Wabup bisa diwawawancarai langsung oleh wartawan, itu yang luar biasa. Biasanya untuk bertemu pejabat setingkat wabup harus melalui aturan protokoler yang begitu ketat,” kata Win RB yang mengharapkan kerja bakti itu bisa menjadi aksi rutin di Aceh Tengah.
Informasi yang diperoleh Lintas Gayo tentang timbulnya gagasan kerja bakti itu karena pengaduan masyarakat terhadap kerusakan jalan negara selalu ditujukan kepada Dinas PU Kabupaten. Padahal, pihak Dinas PU Kabupaten sudah menjelaskan bahwa dana APBD tidak dibenarkan digunakan untuk memperbaiki ruas jalan negara. Masyarakat tetap tidak mau tahu, alasan mereka, hanya Dinas PU Kabupaten yang mereka ketahui sebagai lembaga daerah yang mengurus jalan.
Satu-satunya solusi yang bisa dilakukan untuk memperbaiki ruas jalan negara yang rusak itu dengan pola kerja bakti memanfaatkan tenaga karyawan Dinas PU Kabupaten dan relawan lainnya. Menyangkut dengan biaya makan, pengadaan material dan batu koral, bahan bakar mesin gilas dan truk selama kerja bakti itu berasal dari sumbangan para relawan. “Penambalan jalan hari ini bukan proyek, tapi murni gotong royong,” sebut salah seorang karyawan Dinas PU Aceh Tengah. (LG009)