PERJALANAN ke Kecamatan Pining Kabupaten Gayo Lues pada Minggu 6 Januari 2013 lalu menjadi sebuah pengalaman yang menarik bagi Ivin salah satu pemuda warga Pengkala, Blangkejeren, Gayo Lues. Namun bukan karena menikmati buah durian pining yang terkenal lezat itu, melainkan karena kesempatannya bertemu dengan salah satu Tokoh Lingkungan Gayo Lues yakni Aman Jarum.
Kepada Lintas Gayo Ivin menerangkan, Abu Kari Aman Jarum nama lengkap Aman Jarum adalah warga asli Kampung Pinte Rime, Kecamatan Pining, Gayo Lues. Ivin menganggap Aman Jarum adalah salah satu Tokoh Lingkungan Gayo Lues yang sangat berperan terhadap kelestarian lingkungan Hutan Gayo Lues khususnya Pining sejak tahun 1980 an.
Aman Jarum lahir 5 Agustus 1954 dan sejak dia berumur 14 tahun, kecintaannya terhadap lingkungan sudah timbul hingga memantapkan dirinya untuk menjaga lingkungan dan hutan Pining yang tergolong masih ‘perawan’. Untuk lingkungan, Aman Jarum tidak pernah main-main, dia akan melakukan tindak tegas kepada siapa saja yang berniat merusak hutan.
“Itu bukan Aman Jarum yang sampaikan kepada saya, melainkan rata-rata warga Gayo Lues tahu bagaimana keseriusan Aman Jarum dalam menjaga hutan Gayo Lues,”ungkap Ivin saat ditemui sedang duduk disalah satu café dibukit cinta bersama teman-temannya, Jum’at (18/01/2013) sore.
Ivin menambahkan, Aman Jarum yang bertubuh besar itu memang sangat disegani oleh kebanyakan warga Gayo Lues bahkan warga Gayo Luar daerah Gayo Lues. Namun, walaupun Aman Jarum terkenal dengan badannya yang besar dan tegap serta perawakannya yang keras, bukan berarti Aman Jarum tidak peramah. Malahan sejumlah lembaga peduli lingkungan Gayo Lues bahkan di Ibu Kota Provinsi Aceh tahu siapa Aman Jarum, dan menurut saya, Aman Jarum tidak pernah bosan menceritakan pengalamannya tentang menjaga hutan begitu juga dengan nasehat-nasehat yang kerap dia sampaikan kepada siapa saja yang duduk dengannyal, terang Ivin.
Lanjut, Ivin menerangkan Aman Jarum adalah seorang Ayah yang sangat menyayangi keluarganya. Dengan dua anak Perempuannya dan satu laki-laki terlihat sekali mereka hidup rukun dan sangat ramah dalam menyambut tamunya yang datang dari berbagai daerah.
Sejak kecil Aman Jarum diketahui sudah menanami ribuan pohon bambu dibeberapa daerah di wilayah Pining, salah-satunya dipinggi sungai Desa Uring dan kegiatan itu masih dia lakukan hingga sekarang dengan tujuan agar ekosistem alam tetap terjaga demi kesejahteraan masyarakat dan kelangsungan alam yang diwariskan untuk anak cucu kelak.
”Dalam aktivitasnya menjaga lingkungan dipining, dia dikenal selalu membawa sebilah parang dipinggangnya dan dia dikenal tidak pernah gentar melarang hingga bertindak tegas kepada siapa saja yang dia anggap merusak lingkungan hutan pining,”kata Ivin
Kepada Ivin Aman Jarum mengaku, bahwa Aman Jarum sejak tahun 2003 lalu Aman Jarum sudah diberi surat tugas oleh Pemerinta Kecamatan Pining untuk menjadi relawan penyelamat lingkungan dan sampai saat ini juga Aman Jarum adalah salah satu relawan penyelamat lingkungan di Badan Pengawas Kawasan Ekosistem Lauser (BPKEL) yang berkantor di Banda Aceh guna melaporkan oknum-oknum yang berniat melakukan perusakan lingkungan.
Dalam tugasnya, Aman Jarum cukup mengumpulkan foto-foto bukti tentang perusakan lingkungan dan bukti tersebut dia serahkan langsung ke BPKEL. Dan terkadang, dia juga laporkan tindakan yang menyimpang itu kepada Gubernur Aceh.
Aman Jarum juga menjelaskan, Ada 3 prioritas tugas yang dibebankan kepada Aman Jarum. Pertama, melarang menangkap hewan disungai dengan menggunakan arus listrik dan bahan-bahan berbahaya seperti racun dan bahan peledak. Kedua, melarang penebangan kayu dihutan, serta yang ketiga adalah melarang penebangan kayu di daerah aliran sungai.
“Ada satu kalimat jawaban dari pertanyaan kami yang dia lontarkan kepada saya dan teman-teman yang membuat kami spontan kaget, takut, namun kagum. Ketika saya bertanya “Pak, apakah kami boleh menangkap ikan dengan menggunakan setrum (alat penangkap ikan memakai tenaga listrik) disungai? Aman Jarum menjawab, boleh saja, tapi jika nanti seandainya saya lihat, takutnya nanti kalian hanya tinggal nama, jawab Aman Jarum yang spontan membuat kami merinding dan diam. Mungkin karena melihat wajah kami berubah, Aman Jarum spontan tertawa dengan memberi nasehat-nasehat kepada kami bahwa hutan adalah anugrah yang diberi Tuhan, jadi harus dijaga bersama sebagai tanda manusia yang bersyukur,kenang Ivin.
Saya secara pribadi, sosok seperti Aman Jarum harus diberi penghargaan yang layak. Salah satu Tokoh dari banyaknya Tokoh Lingkungan di Gayo Lues yang menurut saya belum terpublis harus diperkenalkan kepada semua orang, agar sosok yang dermawan seperti mereka yang menjaga hutan tanpa pamrih itu bisa menjadi pelajaran bagi kita semua untuk memperbaiki diri sekaligus untuk mensyukuri kekayaan yang diberi oleh Tuhan kepada Kota Seribu Bukit ini yang tentunya tidak semua daerah diberi kekayaan seperti hutan Gayo Lues.(Supri Ariu/red.04)