Takengon | Lintas Gayo – Dimana ada kemauan, disitu ada jalan. Begitulah bunyi kata bijak untuk orang-orang kreatif. Sementara bagi mereka yang malas, kalimat itu tidak ada artinya. Orang-orang kreatif di Indonesia sangatlah banyak. Mereka bisa ditemukan hampir disetiap sudut tanah air dengan berbagai usaha. Dengan sedikit sentuhan saja, mereka bisa mengolah sesuatu menjadi uang.
Demikianlah yang dilakoni Bustamam (44) seorang usahawan yang pernah sukses dalam bisnis grosir. Namun, nasib berkata lain, usahanya mengalami kemunduran sehingga Bus (begitu panggilannya) harus memulai usaha baru dari nol. Usaha baru itu bergerak dibidang kuliner kentang spiral goreng yang diberinya nama “Kentang Unik.”
Dalam perbincangan Lintas Gayo dengan Bustamam, Jumat sore (18/1) di Jalan Sengeda Takengon, dia mengaku bisa memperoleh penghasilan dari usaha kentang spiral goreng itu sebesar Rp.500 ribu per hari. Usahanya mulai buka sejak pukul 14.00 WIB sampai pukul 22.00 WIB yang rata-rata menghabiskan bahan baku sebanyak 10 Kg kentang.
Menyangkut dengan gagasan alih usaha dari pedagang grosir menjadi pedagang kuliner, Bustamam mengaku terinspirasi oleh animo masyarakat membeli kentang spiral goreng seperti yang dilihatnya di Bireuen dan Banda Aceh. Pengusaha kuliner di dua kota itu, kata Bustamam, hampir tidak sempat istirahat karena langganannya antri menunggu kentang spiral goreng itu. “Penghasilan kotor mereka sampai Rp.1 juta per hari,” jelas Bustamam.
Bustamam mencoba membuka usaha kentang spiral goreng itu di kota kentang, Takengon. Peluang itu terbuka luas karena di Takengon belum ada orang yang membuka usaha kentang spiral goreng. Lantas usaha grosir di Bireuen yang mulai mundur dialihkannya kepada mitra kongsinya, sedangkan dia mandah ke Takengon yang berjarak 100 Km dari Bireuen. Untuk menangani usaha kentang spiral goreng itu, dia juga mempekerjakan dua orang yang bertugas mengupas kentang dan satu lagi menggoreng kentang.
Bagaimana dengan kontinyuitas bahan baku kentang? Sebagai dataran tinggi, Kabupaten Aceh Tengah dikenal sebagai daerah penghasil kentang. Dalam tahun 2010 saja produksi kentang dari daerah itu mencapai 2,6 ton (varietas granola). Oleh karena itu, Bustamam tidak khawatir terhadap kekurangan bahan baku, karena usahanya berada ditengah-tengah pusat produksi kentang. Lebih-lebih saat ini orang yang mengelola usaha kentang spiral goreng itu hanya Bustamam seorang.
Bentuk dan besaran kentang untuk bahan baku kentang spiral goreng itu rata-rata sebesar kepalan tangan orang dewasa. Satu buah kentang itu digunakan untuk satu tusuk kentang spiral yang diberi harga Rp.5000. Diatas kentang spiral yang telah digoreng tersebut dibubuhi bumbu balado sehingga rasanya makin renyah. Rasa renyah itulah yang menjadi daya tarik sehingga para pembeli kentang goreng hasil olahan Bustamam dari hari ke hari terus meningkat.
Supaya kentang itu dapat diiris berbentuk spiral, Bustamam menggunakan alat pengiris berbentuk silinder. Didalam silinder yang terbuat dari stainless steel itu terdapat plat dengan mata pisau setengah lingkaran. Kentang yang sudah dikupas tadi dimasukkan dalam silinder itu, kemudian diputar searah jarum jam.
Dari ujung silinder itu keluar irisan kentang yang sudah berbentuk spiral, lalu kentang itu ditusuk dengan bambu. Selanjutnya, kentang itu dicelupkan dalam adonan khusus, terus digoreng dalam minyak panas. Hasilnya, tersajilah kentang spiral goreng yang renyah, harum dan merangsang selera. Yuk mencoba kentang spiral goreng buatan Bustamam….kriuk….kriuk….kriuk. (LG005)