Takengon | Lintas Gayo – Menanggapi sejumlah komentar terkait didaulatnya Iklil Ilyas Leube sebagai pemangku Raja (Reje) Linge XX di Buntul Linge Aceh Tengah, Senin 28 Januari 2013, penggagas prosesi tersebut, Fauzan Azima menggelar konfrensi pers di Takengon, Selasa (29/01/2013).
Dihadapan sejumlah wartawan media cetak dan online, Fauzan kembali menegaskan jika pendaulatan Tgk Iklil Ilyas Leube sebagai Reje Linge, bertujuan untuk menyambung perjalanan sejarah raja-raja Linge sebelumnya.
“Selain menyambung sejarah kerajaan Linge, juga untuk mengisi kekosongan kerajaan Linge yang telah kosong selama 31 tahun terakhir, sejak berpulangnya Tgk. Ilyas Leube pada tahun 1982,” kata Fauzan Azima.
Dijelaskan Fauzan, penobatan yang dilakukan itu juga sebagai salah satu upaya untuk menyatukan kembali masyarakat di wilayah Linge meliputi Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, Aceh Tenggara, Lokop Serbejadi, Tamiang Hulu dan Tanah Karo yang sempat terkotak-kota akibat terjadinya konflik antara GAM-RI serta dampak dari suhu politik yang akhir-akhir sempat memanas.
“Sudah selayaknya kita belajar menghormati sejarah,” ajak Fauzan didampingi sejumlah rekannya, Ismuddin, Arjua, Ganir dan lain-lain.
Ditegaskan, penobatan Tgk Iklil Ilyas Leubee sebagai Raja Linge XX jangan disalahartikan sebagai pemerintahan bayangan, untuk menyaingi keberadaan Wali Nanggroe (WN) atau perlawanan Wilayah Linge kepada Pemerintah.
“Sekali lagi saya sampaikan penobatan ini, untuk menyambung sejarah Linge, yang pernah jaya pada masa lampau serta untuk mempersatukan masyarakat di wilayah tengah dan tenggara yang selama ini mulai terpecah,” katanya.
Terkait pro kontra Raja keberapa Tgk Iklil Ilyas Leube, tidak perlu diperdebatkan lagi. Namun demikian, lanjutnya, jika ada yang merasa keberatan, ruang untuk memberikan bukti serta bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah selalu terbuka.
Dari amatan Lintas Gayo saat berlangsungnya penobatan Reje Linge ke-XX yang dilakukan di Buntul Linge, Kecamatan Linge, prosesi berlangsung khidmat. Iklil Ilyas Leube, dijemput tokoh adat yang hadir dari sejumlah daerah untuk ditepungtawari (peusijuk) sebagai Reje Linge XX.
Prosesi itu disaksikan oleh seribuan masyarakat. Kegiatan itu juga diwarnai dengan shalawat dan turut disaksikan oleh keluarga Reje-reje Linge seperti Juru Kunci Buntul Linge, Tg. A. Jali, Kepala Kampung Linge, Karimansyah, Mukhtar dan lain-lain. (Alaska, Kha A Zaghlul)