Prahara Penobatan Sang Raja

Muslim Arsani
Muslim Arsani

Oleh: Muslim Arsani *

KEHILANGAN masa lalu menjadikan seseorang atau masyarakat seperti tumbuhan air yang tak memiliki akar yang menancap kuat. Juga seperti tumbuhan yang tidak membuahkan hasil. Umat  yang kehilangan kejayaan, pasti kehilangan identitas. Pada saat itu masyarakat tersebut akan hidup dengan  konsep-konsep instan yang menjadikan mereka sekadar meneruskan kehidupan yang tidak berarti. Hidup hanya untuk makan dan minum tanpa kesadaran dan tujuan.

Kepemimpinan merupakan salah satu persolan urgen yang menghilang dari masyarakat kita khususnya masyarakat Gayo dewasa ini. Krisis dalam berbagai bidang yang menimpa kita disebabkan oleh tidak adanya tujuan yang menjadi orientasi kita, yaitu tujuan seharusnya mempersatukan rencana-rencana kita serta memberikan rasionalitas dan keharmonisan  diantara masyarakat Gayo saat ini.

Kita yakin bahwa ada hakikat mendasar yang dilupakan banyak orang, bahwa kita dapat membangun masayarakat yang kuat dalam semua elemennya dengan memulai masing-masing individu. Selama kita tidak melakukan hal itu, maka esok tidak lebih baik dari pada hari ini “tidak mempunya arti/Rugi”. Saat ini, banyak harapan indah mengenai kepemimpinan (Reje-pen) yang menggoda khayalan serta menggelitik perasaan, namun semua itu tidak dituangkan dalam perbuatannya.

Menyikapi permasalahan prahara pro dan kontra tentang penobatan Iklil Ilyas Leube sebagai pemimpin (Reje-pen) Linge ke-20, timbullah pertanyaan dikalangan intelektual muda sehingga ada yang mengatakan “ilmu adalah pembendaharaan sedangkan kuncinya adalah pertanyaan”. Pertanyaan yang mendasar adalah : Apakah standar  “Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (kepada Kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya” (Q.S Al-Qashash : 26) adalah standar dasar dari pemimpin (Reje-pen) yang dikultuskan di Buntul Linge dan dinobatkan sebagai RejeE di Gayo?

Apakah Pemimpin/Reje yang di nobatkan ini sudah sudah memiliki kepribadian sebagai pemimpin? Islam sudah membangun system yang sempurna dan seimbang. Tidak ada satu sisi yang mengalahkan sisi yang lain. Mengatur hubungan anggota masyarakat atas dasar prinsip membangkitkan identitas, jelas adalah  hak kewajiban setiap insan. Karena keperayaan timbul karena adanya keterikatan antar sesama.

Pertanyaan yang selanjutnya yang timbul adalah apakah pemimpin/Reje ini sudah mendapat kepercayaan dari khalayak ramai serta masyarakat yang berdomisli di Dataran Tinggi Gayo Sebagai Raja? Kepercayaan muncul karena amanah. Amanah brarti kridibel, layak mendapat kepercayaan, mawas diri, dan memiliki inisiatif untuk melaksanakan tugas dengan semestinya.

Selaku masyarakat Gayo kita harus benar-benar mencermati setiap permasalahan  yang muncul, pro dan kontra itu wajar selama itu tidak mengakibatkan kerusakan fudamendal dalam kerangka berpikir masyarakat sehingga sejarah tersebut tidak benar dan dibenar-benarkan oleh segelintir orang guna kepentingan sesaat.

Nabi SAW pernah bersabda, “Siapa saja yang mengangkat seseorang dari suatu kaum, padahal dalam kaum itu ada yang lebih diridhai oleh ALLAH S.W.T dari pada ia, maka sungguh ia telah menghianati ALLAH, Rasul-Nya dan kaum Mukminin.” (HR. al-Hakim)

Para aktor dalam penobatan ini harus benar-benar jeli dalam memonitoring setiap efek yang ditimbulkan, reaksi dan refleksi akan bercampur baur dengan problematika tentang perwujudan identitas masyarakat Gayo yang sedang mereka galakkan tersebut. Dan harus mementingkan kepentingan Rakyat diatas kepentingan siapapun, termasuk kepentingan pribadi, kepentingan keluarga , kepentingan golongan dan kepentingan organisasi.

Seseorang yang mengkaji dan mempelajari secara medalam dalam kehindupan pernah mengatakan “apabila anda memberikan ikan kepada seseorang, berarti anda memberinya makan sehari. Jika anda memberikan pancing, berarti anda memberinya makan selama hidupnya. Jika anda mengajarinya membuat pancing maka sesungguhnya anda memberinya kehidupan baru, bukan hanya makan.” (Stephen Covey)

Ketika kita hidup di zaman yang sulit, mencoba bertahan dengan sulit, bernafas dengan sulit, mempercayai dengan sulit, memecahkan masalah dengan sulit, serta mendidik dam belajar dengan sulit, maka ketika itu manusia akan kehilangan identitasnya dan berjalan tak tentu arah. Dari sini harus ada pembentukan yang istimewa untuk menyelamatkannya dari kehidupan yang sulit.(Dr.Thariq M.as-Suwaidan).(wein_bengsu[at]yahoo.co.id)

*Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan Jurusan Pend. Sejarah Unsyiah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments