Catatan pendek : Jauhari Samalanga
ALAMAK, rupanya di kawasan Pantai Barat Aceh (Meulaboh, Aceh Jaya,Nagan Raya, Abdya) istilah Gayo Riek tidak begitu kental, bahkan sebagian dari masyarakatnya tidak mengenal istilah itu. Satu hal yang berkembang di daerah itu malah menyebut perut lapar dengan istilah “Aceh Tengah”, atau sebelumnya dikalangan masyarakat Jakarta menyebutnya “kampung tengah”.
Saya sempat tersentak ketika seorang teman di Aceh Jaya menyebutkan istilah itu, namun saya belum juga memahaminya. Saya baru tersadar penyebutan Aceh Tengah tersebut kala teman saya mengajak temannya lagi makan siang, dan langsung dia memegang perut. “Urus Aceh Tengah dulu,” kata teman itu seraya mengelus perutnya.
Namun tetap saja saya belum yakin dengan sebutan itu menyebar luas dikalangan masyarakat. Dalam pikiran saya “Aceh Tengah” hanyalah istilah para pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintahan yang kerap bergelut dengan anggaran, eh rupanya hanya berselang beberapa hari, di tempat terpisah, dimana petani dan masyarakat non PNS berkumpul,istilah Aceh Tengah muncul lagi.
menghilangkan rasa penasaran,lalu saya bertanya kepada salah seorang teman, kenapa “Lapar” disebut “Aceh Tengah?” kata teman, itu istilah aja, mungkin gara-gara ada yang mendengar istilah “kampung Tengah”,lalu di kalangan pemerintahan, soal daerah kerap di sebut-disebut, dan perut berada di tengah, sehingga diistilahkanlah “Aceh Tengah”.
Walau Aceh Tengah dijadikan istilah, kata teman, dalam pengucapan bukan membayangkan Aceh Tengah, tetapi ya lapar. Dan di istilah itu tidak terkait apapun kecuali sebuah istilah Aceh Tengah sama dengan lapar.[]