Catatan Yessie Anita Darma
Daerah kelahiranku Gayo Lues merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Tenggara. Dia di juluki “Negeri Seribu Bukit”. Tentu saja, dari amatan awam saya, daerah yang dihuni mayoritas suku Gayo ini lagi berbenah mengejar ketertinggalan pembangunan.
Daerah ini punya potensi luar biasa, dan pertanian menjadi pilihan utama: saya melihat potensi ini punya kekuatan tersendiri, dan masing-masing kecamatan punya keunggulan sendiri seperti Kecamatan Pantan Cuaca misalnya, terkenal dengan tembakau virginia, Kopi Arabika dan cabe merah besar. Begitu pula Kecamatan Rikit Gaib yang juga dengan cabe merah. Sedangkan Serai Wangi dikembangkan khusus di kawasan hutan vinus.
Sementara Potensi pertambangan juga dimiliki daerah pemilik Saman Gayo ini, seperti timah di kecamatan Pining, emas di kecamatan Putri Betung dan pantan cuaca, serta tambang Pasir Keramik di kecamatan Rikit Gaib. Sedangkan potensi pariwisata berada di pendakian Gunung Leuser, pemandian air panas Putri Betung, air terjun Akang Siwah, Ekosistem Leuser di kecamatan Pantan Cuaca, serta air terjun kolam biru di kecamatan Tripe Jaya.
Dan Saya juga ingin bercerita sedikit tentang bisnis dan pekerja di Gayo Lues yang saya fahami sangat tenteram dan nyaman, hijau, sejuk, dan berkesan, sehingga secara pribadi saya ingin cepat-cepat kembali ke kampung halaman tercinta. Bertemu kembali dengan pekerja-pekerja hebat dibidang pertanian, pedagangan dan ladang atau perkebunan juga. Dalam hatiku, sebenarnya aku salut melihat pekerja keras Gayo Lues, apalagi pedagang yang rela berpanas-panasan demi keluarga tercinta.
Namun tentu, di gayoLues juga banyak yang membuka usaha kecil-kecilan menjual serai wangi, cabe, janggung, dan gula merah. Oh ya, gula merah Gayo Lues dikenal murni, bahan-bahan yang di gunakan tanpa pemanis. Itu cerita sebagian kecil saja, karena masih banyak usaha lainnya.
Aktifitas pagi di pasar Gayo Lues juga selalu ramai, dari berdagang sayuran menggunakan becak, sampai tukang sayuran memasang musik keras-keras sehingga semua orang mendengar dan memunculkan perhatian, sehingga dagangannya terjual. Sepengetahuan saya,mereka berkerja takmengenal cuaca panas atau hujan, disamping usaha berdagang seperti itu bukan hanya dijual di Gayo Lues, tetapi juga mereka jualke daerah lain. Namun catatan saya, ada yang unik, di Desa Badak mayoritas semua ibu-ibu menjual beras dan padi, dan tentu, beras dari desa itu terkenal enak.
Jadi harus dipahami juga, kalau nyaris seluruh penduduk Gayo Lues memang pekerja, dan pasti yang dimaksudbukanPegawai negeri Sipil (PNS), hanyalah berprofesi sebagai petani dan pedagang. Tapi menarik, sebagaian beswarmasyarakatgayo Lues tidak berdiam diri dirumah, dan kegiatan mencari nafkah halal menurut profesi masing-masing. Seperti tidak ada kata menyerah, karena tujuannya hanya ingin menghasilkan uang yang halal, menyenangkan keluarga dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi, kendati Gayo Lues kabupaten terpencil, namun mata pencariannya masyarakat tidak kalah dengan kabupaten lainya di Aceh.
Saya sangat senang menceritakan sedikit pengalaman tentang perjalanan “bisnis” dan”bekerja” di Gayo Lues. Dan Saya bangga tinggal di Gayo Lues, terlbih bangga tepatnya di tempat keramaian itu. Saya bangga dengan masyarakat di seputaran saya yang mandiri, walau mereka hanyalah pedagang atau petani. Dalam benak mereka tak mengenal kata menyerah, selain berusaha mencari nafkah halal dan terbaik. Dan Saya bangga menjadi Anak Gayo Lues.
Yessie Anita Darma adalah Mahasiswi Asal Gayo Lues di Banda Aceh