Semarang | Lintas Gayo – Bukan hanya dikalangan masyarakat Gayo, permasalahan tentang qanun penetapan bendera Aceh juga menjadi bahan perbincangan para mahasiswa perantau asal Gayo yang berada di pulau Jawa.
Abdi Yasni misalnya, mahasiswa Universitas Diponegoro ini mengaku kuatir terhadap permasalahan yang saat ini terjadi di kampungnya.
Abdi panggilan akrab pemuda asal Desa Jungdah, Kecamatan Blangkejeren, Gayo Lues ini mengaku sedih terhadap kebijakan yang saat ini terjadi di Provinsi Aceh khususnya tentang penetapan lambang sekaligus bendera Aceh.
Sebabnya, menurut Abdi, bendera Aceh yang ditetapkan tersebut mengandung unsur politik atau ketidakadilan bagi seluruh masyarakat yang berada di Provinsi Aceh.
”Harusnya kebijakan para wakil rakyat Aceh bertujuan untuk mensejahterakan rakyatnya, bukan sebaliknya,”ungkap Abdi, Senin (08/04/2013) sore.
Abdi berharap, pemerintah Aceh dan pusat dapat menyelesaikan masalah yang mengundang kontroversi tersebut secepatnya, sehingga Aceh bisa lebih fokus dengan program pembangunan untuk kesejahteraan rakyatnya.
”Aceh masih punya banyak tugas yang harus diselesaikan dalam masa pembangunannya, baik dalam bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan pariwisata. Jangan sampai masalah seperti ini menjadi penghambat bagi Aceh dalam mewujudkan masyarakatnya yang madani,” ungkap Abdi.
Abdi menambahkan, wilayah Gayo di Provinsi Aceh mempunyai peran penting dalam memerdekakan Indonesia pada zaman penjajahan dulu, seperti perjuangan Aman Dimot, Inen Mayak Teri, juga tentang Radio Rimba Raya. Jadi wajar saja, kalau banyak dari masyarakat Gayo yang sangat sensitif terhadap masalah yang mengundang kontroversi seperti saat ini.
Menyikapi tentang aksi yang dilakukan mahasiwa di Gayo, Abdi menilai hal itu sangat wajar. Sebab, Mahasiswa Gayo mempunyai penghormatan yang besar terhadap sejarah-sejarah pahlawan asal Gayo yang pernah ikut bergabung memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
”Mahasiswa Gayo sangat menghargai perjuangan pahlawan Gayo disaat mengusir penjajah dari Gayo dan medan area. Kita boleh kunjungi makam pahlawan di Pangkalan Brandan Medan Sumatera Utara, di situ ada kuburan Maddin Past, Aman Dimot, Panglima Aji Pang Ali, dan lain-lain. Itu membuktikan bagaimana peran pejuang Gayo dalam memerdekaan Indonesia,” terang Abdi.
Lanjutnya lagi, bila mengingat lagi kebelakang, bagaimana perjuangan masyarakat Gayo di Aceh Tenggara , Gayo Lues serta Aceh Tengah hingga mengakibkan ribuan masyarakat Gayo harus gugur melawan penjajahan belanda.
“Jadi sangat wajar jika mahasiswa Gayo memprotes tentang Bendera yang dianggap mirip dengan bendera organisasi tertentu, karena di Gayo bendera hanya satu yakni bendera Merah Putih,” pungkas Abdi. (Supri Ariu/red.03)