Medan | Lintas Gayo – Seorang fotografer Reuters Tarmizy Harva mengungkapkan, Tanoh Gayo merupakan “surganya” bagi para fotogafer. Karena, daerah dataran tinggi tersebut sangat banyak menyimpan pesona yang bisa dijadikan objek fotografi.
Selain Danau Laut Tawar yang kerab menjadi incaran para fotografer, lanjut Tarmizy pada Lintas Gayo, Minggu (26/5/2013), Aceh Tengah masih banyak menyimpan objek foto yang selalu di incar, seperti lomba pucuan kuda tradisional yang saat ini sedang dilaksakanan di Pante Menye.
Pacuan kuda tradisional yang diselenggarakan di Aceh Tengah dalam rangka HUT RI ini, memiliki satu keunikan, dimana para joki merupakan anak-anak, tanpa pelana, tidak bersendal dan bersepatu dan kuda yang dipacu umumnya kuda tradisional yang terkenal kecil dan lincah.
“Semua potensi tersebut harus bisa dioptimalkan, dan tentunya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) harus jeli melihat potensi ini,” ujar Tarmizy, fotografer berdarah Aceh yang pernah meraih Mention Honorable, World Press Photo, Holland, 2004, Honorable prize.
Tarmizy yang mengaku sempat beberapa kali ke Aceh Tengah guna memotret pacuan kuda tradisional ini, juga mengakui para fotografer Aceh Aceh juga sudah sangat professional dalam memotret.
“Lihat saja hasil jepretan mereka yang kerab dishere di facebook,” ujar fotografer yang sejumlah fotonya dan tentang tsunami dibukukan oleh Poplar, Publishing, Japan, tahun 2006 dengan judul “Beyond Tsunami”.
Melihat potensi yang besar dimiliki Aceh Tengah, bagi Tarmizy yang juga juri lomba foto budaya “Gayo dalam bingkai” ini, mengharapkan, lomba foto itu akan menjadi ajang berkumpulnya para fotografer dari berbagai penjuru Indonesia, terutama Aceh dan Aceh Tengah.
Sebagaimana diketahui, dalam lomba foto budaya yang diselenggerakan Disbudparpora Aceh Tengah, menghadirkan juri terdiri dari Oscar Mutoloh (Fotografer senior Indonesia), Tarmizy Harva dan Iranda Novandi (Wartawan Harian Analisa dan Ketua Pewarta Foto Aceh/PFA).(LG-075/red.04)