Takengen|Lintas Gayo-Di hadapan wanita yang dihormati di negeri rencong, kata pilu terucap dari wanita yang telah berumur 43 tahun. Sejak 2 Juli 203 lalu, wanita tersebut tak bisa menikmati hidup di bawah atap rumahnya. Sakdiah namanya, seorang pengungsi asal Kampung Bah, Kecamatan Ketol berujar dan berharap pada wanita yang kini mendampingi orang nomor satu di aceh, Niazah Abd Hamid, istri gubernur Aceh saat ini.
Presiden, para menteri, gubernur, anggota MPR, anggota DPD dan pejabat negara lainnya, bahkan masyarakat biasa dari luar Kecamatan Ketol, telah menginjakkan kaki di “negeri tebu”, Ketol, lokasi dampak gempa Aceh Tengah yang terparah. Kini giliran para istri-istri pejabat mengunjungi dan melihat langsung kondisi pengungsi selama masa transisi darurat yang berlaku sejak 17 Juli hingga 10 Agustus 2013 mendatang.
“Mohon ibu, cepatlah bangun rumah kami, jangan biarkan kami terlalu lama di tenda,” demikian keluh kesah Sakdiah, kepada Istri Gubernur Aceh, Niazah Abd Hamid, Jum’at (26/7/203), yang datang ke lokasi pengungsi bersama beberapa istri pejabat teras Pemerintah Aceh.
“Ini musim kemarau ibu, debu yang berterbangan membuat sakit anak-anak kami,” tambah Sakdiah, yang pasrah akan melalui lebaran idul fitri tahun ini di tenda bersama dengan pengungsi lainnya.
Niazah, yang ikut duduk bersama di bawah tenda, bersama warga pengungsi hari itu, tampak raut wajahnya menunjukan kesedihan seakan merasakan derita masyarakat korban gempa Aceh Tengah. “Saya yakinkan kembali, kalau bapak dan ibu sekalian tidak sendiri, kita akan melalui semua ini dengan bersama-sama,” kata istri Gubernur Aceh, memberi sedikit semangat bagi korban dan berjanji akan menyampaikan keluhan pengungsi kepada Gubernur Aceh.
Gempa yang melanda Kabupaten Aceh Tengah menyisakan pengungsi hingga 48 ribu jiwa lebih, yang saat ini menempati lokasi pengungsian terpusat maupun di sekitar rumah masing-masing.
Dua lokasi pengungsian sempat dikunjungi oleh Niazah dan rombongan, Kampung Kute Gelime dan Kampung Simpang Empat Rejewali. Daerah tersebut merupakan daerah yang paling banyak dan hampir 80 persen rumah masyarakat rubuh. Dan di lokasi tersebut, tempat para pengungsi dari Kampung Bah dan Kampung Serempah, yang merupakan 2 kampung terparah diamuk gempa.
Serempah kini tidak lagi menjadi hunian masyarakat, mereka juga telah sepakat untuk direlokasi ke daerah yang lain, namun tidak jauh dari kampung asal. “Relokasi Kampung Bah dan Serempah sudah disepakati warga, tempatnya juga sudah ada dan dekat dengan perkebunan masyarakat, termasuk akses jalan telah diperbaiki, tinggal menunggu waktu yang tepat untuk ditempati,” ungkap Bupati Aceh Tengah, Nasaruddin yang turut serta mendampingi rombongan.
Percepatan relokasi warga yang masih mengungsi, menurut Nasaruddin adalah solusi terbaik, sehingga Sakdiah dan pengungsi lainnya dapat tetap mengelola kebun sambil kembali membangun rumah dan kehidupan mereka.(IA/wyra)