Takengen | Lintas Gayo – Hingga Senin, (12/8) hari pertama dilangsungkan proses belajar mengajar, belum seluruhnya sekolah darurat di Aceh Tengah selesai dikerjakan. Dari 421 unit ruang belajar darurat itu, baru 75 persen yang bisa dijadikan tempat proses belajar mengajar.
Sebelumnya Dinas Pendidikan Aceh Tengah, menargetkan memasuki hari terahir masa transisi pemulihan gempa Gayo, 10 Agustus, sudah seluruhnya ruang belajar itu dapat dijadikan sebagai tempat proses belajar mengajar. Namun karena masih ada lahan yang belum dibersihkan dari puing reruntuhan, mengakibatnya pembuatan ruang darurat itu terkendala.
“Benar belum seluruhnya selesai. Dari 421 ruang belajar darurat yang kita buru pelaksanaanya, baru selesai 75 persen. Namun kita harus buru, dalam 3 hari in harus sudah selesai seluruhnya. Namun walau belum rampung, sekolah tetap berjalan, minimal kita bagi baju seregam buat murid korban gempa,” sebut Nasaruddin, kepala Dinas Pendidikan Aceh Tengah, Senin (12/8) di Takengen.
Menurut Nas, selain persoalan pembersihan lahan di atas reruntuhan sekolah yang belum tuntas seluruhnya, ada juga uang pembuatan ruang darurat itu belum masuk ke rekening sekolah. Namun semua persoalan itu harus secepatnya diselesaikan.
Untuk satu ruang belajar dana yang disediakan Rp 15 juta. Dana yang disalurkan untuk kabupaten Aceh Tengah, guna membangun 421 ruang belajar mencapai Rp 6,3 milyar lebih. Selain itu juga disediakan pakaian seragam buat murid yang mengalami musibah ini. Dari 381 unit sekolah rusak berat dan ringan di sana, tercatat ada 421 ruangan yang harus dibangun darurat.
Untuk Bener Meriah, berapa ruang belajar yang akan dibangun, kalangan Pers di sana sulit mendapatkan data yang pasti. Pemerintah Kabupaten Bener Meriah tertutup untuk Pers dalam memberikan keterangan. Bahkan Ruslan Abdul Gani, Bupati Bener Meriah yang berulang kali dihubungi senantiasa menyarankan agar mendapatkan data ke Sekda setempat. Namun mendapatkan data dari Sekda sangat sulit. Akibatnya pemberitaan di Kabupaten lembah merapi ini sangat minim.
Seputar pembangunan ruang belajar darurat ini, untuk pembersihan lahannya ditangani Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) melalui tim Bina Marga. Namun pihak Bina Marga belum seluruhnya mampu menuntaskan pembersihan lahan sekolah, perkantoran pemerintah dan sarana ibadah.
T. Surya Damar, Bina Marga Aceh, saat dihubungi via selular belum memberikan jawaban. Walau selularnya berdering namun tidak diangkat, dan sms yang dikirim belum ada balasan. Namun dalam temu Pers sebelumnya, pihak Bina Marga menjelaskan, dengan dana yang minim, pihaknya baru dapat menyelesaikan 3 bulan untuk membersihkan puing-puing gempa itu.
Menurut Jarwansyah, kepala BPBA, pihaknya sudah mengusulkan penambahan anggaran untuk Bina Marga, guna membersihkan puing reruntuhan baik untuk kantor pemerintah, sekolah, sarana ibadah dan perumahan penduduk. Namun Jarwan tidak menyebutkan berapa angka penambahan untuk Bina Marga. (Waspada- Bahtiar Gayo/LG010)
Nyan ka beutoi. Ni hau ma? She she