Takengen| Lintasgayo.com – Pelajar SMKN 3 Takengon mempertanyakan penggunaan uang komite yang mereka setor sebesar Rp.70.000 setiap bulan kepada pihak sekolah.
Mereka menganggap penggunaan uang tersebut tidak jelas, karena hingga saat ini para siswa belum menikmati fasilitas praktek disekolah.
Salah seorang yang tidak mau disebutkan namanya kepada Lintasgayo.com mengaku, uang tersebut harusnya digunakan untuk keperluan praktek siswa, semestinya setiap jurusan sudah memiliki bengkel untuk tempat praktek beserta sarana yang dibutuhkan.
Ia juga merasa kecewa, karena selama disekolah hanya mendapat teori saja, tanpa pernah mengikuti praktek.
“Sudah hampir tiga tahun saya sekolah, kok gak pernah praktek sekalipun, padahal waktu kami belajar tinggal beberapa bulan lagi,” ucapnya dengan nada kesal.
Para siswa katanya lagi, menuntut uang komite ditiadakan, jika sarana praktek tidak disediakan sekolah. Ia bahkan mempertanyakan masa depannya bersekolah di SMKN 3 ini. sejumlah siswa kelas XII juga merasa prihatin dengan kondisi adik kelasnya dikelas XI, yang tidak lama lagi akan mengikuti Praktek Pengalaman Lapangan (PPL), sementara mereka tidak juga pernah praktek. “Alat Praktek juga tidak jelas keberadaannya,” sebut siswa ini.
Tuntutan ratusan pelajar sekolah itu disampaikan dihalaman sekolah darurat SMKN 3 Takengon yang berlokasi dilapangan Musara Alun, Senin (16/9/2013) pagi. Karena bangunan sekolah mereka dikampung Mongal, Kecamatan Bebesen, telah hancur akibat gempa gayo 2 Juli lalu.
Ratusan siswa ini melakukan aksi protes meminta kejelasan terkait sejumlah masalah tersebut. Para siswa mengaku, Kepala Sekolah mereka, Drs Aldi Munardi, telah berjanji akan membangun bengkel untuk kelas otomotif dalam pekan ini.
Sekolah kejuruan ini memiliki beragam jurusan seperti Las, otomotif, teknik komputer, dan jurusan listrik. Menurut pengakuan para siswa, selain otomotif, Mereka membutuhkan ruang praktek dengan segera.
Bukan hanya itu, para siswa juga kecewa karena kepala sekolah ditenggarai sering membawa sarana olahraga kerumahnya, sehingga saat siswa kesulitan untuk berolahraga.
“Kami sering liat kepala sekolah menyimpan bola kemobilnya, sehingga kami kesulitan mau berolahraga,” tambah siswa jurusan otomotif itu.
Selanjutnya, apabila tuntutan para siswa ini tidak digubris, mereka mengancam akan melaporkan kepala sekolah ke dinas pendidikan setempat.
“Kami ingin punya keahlian setelah tamat, supaya kami benar-benar menjadi alumni SMK yang handal, bukan hanya berteori, jadi tolong segera direspon permohonan kami ini,” harap seorang siswa.
Sementara itu kepala sekolah SMKN 3 Takengon, Drs Aldi Munardi yang kepada wartawan mengaku, sejumlah sarana praktek sebelumnya tidak dapat digunakan lagi, karena musibah gempa bumi 5, 2 skala richter yang telah menghancurkan sekolah mereka beberapa waktu lalu.
Disekolah darurat yang terbuat dari triplek ini katanya, tidak cukup untuk tempat praktek, karena semua digunakan sebagai ruang belajar.
“pemerintah hanya menyediakan 15 ruang belajar, jangankan ruang praktek, ruang guru juga tidak ada,” Jelasnya.
setelah melakukan aksi, para siswa SMKN Takengon mendatangi siswa MAN I Takengon disekitar Kampung Kemili. Siswa dua sekolah ini hampir bentrok karena dipicu peristiwa pemukulan salahj seorang siswa SMKN 3 Takengon beberapa hari yang lalu. (Tenemata/LG)
SMK BISA…!!!!