Salon “Waria” Pangkas Omzet Salon “non-Waria” di Aceh

Lintas Gayo – Meningkatnya jumlah salon yang mempekerjakan waria ini, melemahkan minat pelanggan pada salon-salon yang dilayani non-waria. Kondisi ini memengaruhi omzet salon non-waria yang menurun drastis.

Informasi dihimpun media ini, Kamis (9/1/2014), puluhan salon yang kini beroperasi di Kabupaten Bireuen, Aceh, didominasi salon-salon yang mempekerjakan jasa waria. Dua tahun terakhir, keberadaan salon tersebut kian marak di dalam ataupun sudut kota.

Dewi, pemilik salon non-waria, Dedek Salon mengaku sudah tujuh tahun membuka rumah kecantikan yang sempat memiliki peminat tinggi pasca-damai Aceh diretas Agustus 2005 silam. Namun tak berlangsung lama, dua tahun terakhir usahanya mulai meredup. Diakuinya, penyebab maraknya salon waria memangkas pelanggan setianya.

“Padahal dibanding harga, salon lokal lebih terjangkau. Hanya peralatan, cara kerja dan basa-basinya mungkin berbeda,” ujarnya, Kamis.

Senada dijelaskan Ratna, pemilik usaha Ratna Salon. Berkurangnya minat pelanggan berkunjung ke salonnya, ditenggarai akibat banyak salon “waria” yang bisa cepat beradaptasi dengan pelanggan.

“Mereka buka sampai malam, kalau kami sampai sore, makanya langganan lari ke sana semua,” sebut Ratna.

Begitupun, diakuinya masih banyak perempuan—mayoritas dewasa—yang bertahan dengan mengunjungi salon lokal dan tidak merasa nyaman menggunakan jasa salon yang mempekerjakan waria.(Kompas)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.