Bagi polisi yang biasnya berhadapan dengan kertas, leptop dan meja, napasnya akan tersengal-sengal, bila harus berburu di hutan belukar. Naik gunung turun gunung sambil berlari di hawa yang panas, dalam sengatan matahari, bukanlah pekerjaan mudah. Apalagi ada polisi yang perokok berat. Dunia ini terasa berputar.
Walau sebagian peternak Ketapang sudah memiliki kandang sapi, tidak semua sapi itu pada malam hari balik ke kandang. Tim Tipikor Polres Aceh Tengah yang mendatangkan tim ahli dari Bireun, ingin mendapatkan data berapa umur sapi. Apakah sapi bantuan dana otsus senilai Rp 7,5 milyar itu sudah sesuai dengan sfek?
Untuk membuktikan berapa umur sapi dan apakah sesuai dengan paket proyek pengadaan 1.156 bibit sapi Ketapang ini, pihak polisi harus mendapatkan ternak sapi itu. Tim ahli dari Biruen akan membuka mulut sapi dan melihat giginya, dari gigi sapi ini akan ketahuan berapa umur sapi yang diberikan kepada peternak.
Karena sapi tak pulang kandang, polisi dibantu masyarakat setempat harus siap berburu sapi di semak belukar Ketapang yang luas. “Aduh mak, rasanya mau pingsan. Dalam puasa berburu sapi, hanya untuk melihat giginya, bukanlah pekerjaan mudah,” sebut Rivai, Kanit Tipikor.
Bagaikan berburu rusa, tetapi berburu sapi ini bedanya tidak membawa anjing dan tombak. Hanya disiapkan tali dan dijaga titik kemungkinan lewat sapi. Mulailah disisir hutan bersemak ini. Suasana gaduh. Sapi bali ini juga larinya cukup kencang.
Bagi polisi yang perokok berat dan lebih banyak duduk di meja, hutan Ketapang tempat latihan mengembalikan fisik. Bantuan peternak setempat dalam berburu sapi sangat membantu mempercepat dapatnya hewan yang lepas dalam belukar ini. Satu persatu hewan itu ditangkap. Diberi tanda, kemudian dibuka mulutnya. Gigi sapi itu diperhatikan tim ahli dari Biruen.
Dari gigi sapi ini nampak jelas, ada sapi yang tidak memenuhi standar. Ada sapi yang badannya kurus, tubuhnya masih kecil karena umurnya belum cukup untuk klasifikasi spek sebagai bibit sapi. Apakah ada foto polisi berburu sapi?
“Aduh ditanya foto? Sebelum dikejar sapinya kami foto. Waktu mengejar siapa yang mau megang kamera. Semuanya nafasnya tersengal-sengal. Pulang dari pengejaran sapi, terpaksa masak. Bunyi serine dalam puasa,” sebut Rivai.
Dari 1.156 bibit sapi yang dianggarkan pada tahun 2011 itu, ada 38 sapi yang fiktif, ada yang belum sampai umur dan tidak sesuai sfek. Ada sapinya yang kurus, tidak sehat. “Walau kurus, nangkapnya bukan pekerjaan mudah. Tangkoh delah te (keluar lidah kita),” sebut Brigadir Kurniadi Putra, kini menjadi unit Tipikor, sebelum menjadi “pengawal” wakil bupati Aceh Tengah. (Bersambung)
Berita terakait: Korupsi Ketapang (bagian I )