Jakarta – Presiden terpilih Joko Widodo siap mengambil kebijakan tak populer demi menyehatkan fiskal negara. Berikut penuturannya kepada jurnalis KONTAN, Barly Haliem Noe.
KONTAN: Apa prioritas pekerjaan selama masa pemerintahan Anda?
JOKOWI: Saya rasa sekarang banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Semuanya prioritas. Mau apa contohnya? Infrastruktur dan pelabuhan? Berapa tahun kita terlambat dibandingkan dengan negara lain dalam membangun pelabuhan. Bandara juga begitu. Fasilitasnya sudah jauh tertinggal dan kapasitas bandara kita sudah tidak memadai lagi.
KONTAN: Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
JOKOWI: Ternyata, problem riilnya tidak pernah disentuh. Konsepnya bagus, tetapi implementasinya tidak sampai ke bawah.
KONTAN: Apa bisa semua selesai dalam lima tahun?
JOKOWI: Ya, kami harus mengejar. Saya siap bekerja selama 24 jam.
KONTAN: Memang, apa, sih, akar persoalannya?
JOKOWI: Banyak kebijakan yang tidak terimplementasi dan eksekusinya tidak sampai ke bawah. Makanya, saya harus turun ke bawah seperti mandor. Pola pikir dan cara kerja birokrasi ataupun aparat juga perlu diubah.
KONTAN: Soal anggaran negara, pada akhir tahun selalu tersisa karena tidak terserap dan lain sebagainya. Artinya, ada mismanagement APBN?
JOKOWI: Itu salah satu faktor. Perencanaan anggaran harus tepat. Di sisi lain, alokasi di APBN kan sudah terikat semua; diikat untuk membayar gaji, subsidi BBM, anggaran pendidikan 20 persen, dan sebagainya. Jadi, sisanya tinggal berapa sih? Tinggal Rp 200 triliun yang bisa dipakai untuk membangun. Ini kan aneh. Masa anggaran pembangunan cuma 20 persen dari APBN, sedangkan subsidi lebih dari Rp 400 triliun.
KONTAN: Itu alasan Anda menaikkan harga BBM?
JOKOWI: Prinsipnya jangan semua dihabiskan untuk subsidi. Kita harus mengalihkan untuk kebutuhan dan usaha-usaha yang produktif, serta untuk membangun.
KONTAN: Kenapa, sih, BBM yang selalu diutak-atik?
JOKOWI: Saya mau tanya, dengan kondisi kita sekarang, dana subsidi dua kali lipat lebih besar daripada anggaran pembangunan, habis untuk membayar utang, terus apa yang bisa kita lakukan?
KONTAN: Memang tidak ada cara yang lain?
JOKOWI: Kenaikan harga BBM adalah hal pertama yang harus dipecahkan untuk mengakhiri defisit ganda, defisit neraca pembayaran dan defisit perdagangan. Kalau dua defisit tersebut bisa dipecahkan, ini akan menyehatkan anggaran kita. Jika anggaran sehat, orang percaya kita. Trust terbangun ke pemerintah dan kepada Indonesia sehingga arus investasi masuk. Ini masalah persepsi.
KONTAN: Itu akan dilakukan pada tahun pertama pemerintahan Anda?
JOKOWI: Saya enggak bisa bilang sekarang. Yang penting, saya harus menjelaskan kepada rakyat bahwa mereka akan mendapatkan keuntungan dari pengalihan anggaran subsidi ke pengembangan infrastruktur, pertanian, usaha kecil, untuk solar nelayan. Sistemnya harus benar dan dipastikan tepat sasaran.
KONTAN: Apa tidak ada penerimaan yang digenjot?
JOKOWI: Tentu saja ada. Namun, saya optimistis, dua tahun mendatang, penerimaan negara bisa naik 50 persen lebih dari sekarang kalau kita berani memutuskan masalah ini. Tentu saja bukan berarti setelah menaikkan harga BBM, semua beres. Kebijakan-kebijakan yang mendukung penghematan BBM harus tetap diimbangi. Misalnya, konversi penggunaan BBM ke gas, harus ada policy energi. Tanpa kebijakan energi yang jelas, semua bisa percuma.
KONTAN: Berarti Anda siap untuk tidak populer?
JOKOWI: Lo, dari dulu saya berani enggak populer. Akan saya buktikan bahwa keputusan saya tepat. Mengenai subsidi BBM dan subsidi lain juga begitu. Saya tidak akan memotong subsidi, hanya mengalihkan ke sisi lain yang lebih produktif. Saya pastikan, efisiensi itu bisa dilihat masyarakat, bukan untuk membeli mobil baru pejabat, bukan untuk anggaran perjalanan dinas. Tidak. Semua berbagi beban. Para pejabat juga harus berhemat.
KONTAN: Harapan masyarakat pada Anda sangat tinggi. Keputusan ini bisa menjadi bumerang Anda?
JOKOWI: Lo, justru saat harapan sedang tinggi, momentum ini harus dimanfaatkan. Saya siap mengambil pahitnya, mau kotor-kotoran dan tidak populer sekarang, asalkan selanjutnya Indonesia menjadi lebih baik. Kalau harapan sedang rendah, itu malah bisa repot.
KONTAN: Target Anda, berapa lama bisa memetik hasilnya?
JOKOWI: Kalau semua mau bekerja full speed, cepat, dan penuh komitmen, satu tahun–dua tahun selesai. Tiga tahun saya optimistis Indonesia bisa mulai swasembada.
KONTAN: Berapa target pertumbuhan ekonomi pemerintahan Anda?
JOKOWI: Kami harus betul-betul membangun persepsi dan memperbaiki sistem birokrasi. Untuk tahun pertama, ekonomi kita bisa tumbuh 5,8 persen-6 persen. Tahun ketiga, 7 persen, dan diharapkan terus naik lagi kalau semuanya punya landasan kuat. (Barly Haliem/Kompas.com)