Yogyakarta | Lintas Gayo – Komunitas Gaya Gayo akan menggelar malam apresiasi seni untuk masyarakat Gayo Yogyakarta, pada Jum’at, 31 Oktober 2014 pukul 18.30 WIB, di Bale Gadeng, Jl. Kartini 1A Sagan, Yogyakarta.
Acara ini akan dihadiri oleh mahasiswa dan alumni Gayo Lut, Gayo Alas, dan Gayo Lues. Selain sebagai ruang seni, malam apresiasi ini juga merupakan ajang ramah tamah urang Gayo yang mencakup berbagai kalangan baik di dalam maupun diluar organisasi mahasiswa dan asrama.
“Saya lihat banyak anak muda Gayo yang memiliki bakat seni, namun tidak ada ruang untuk mempertunjukkannya. Oleh karena itu, malam apresiasi ini tidak terbatas pada pertunjukan seni tradisi, tetapi juga bakat di berbagai bidang seni,” kata Trisha Tampeng dalam rilis yang diterima LintasGayo.com, Selasa (27/10/2014).
Menurut Trisha, sesuai dengan tema acara, yaitu Satu Gayo, malam apresiasi ini juga diharapkan menjadi benang merah penyambung rasa persatuan dari tiap-tiap sub-etnis Gayo yang bermacam-macam.
Kalau selama ini dalam berorganisasi ada yang terpecah belah karena berbeda pendapat, ada juga beberapa kelompok yang tidak terbaca keberadaannya, seperti mahasiswa Gayo asal Kutacane yang belum terorganisir, dengan seni inilah kita menyatukan rasa sebagai urang Gayo. Tidak berhenti di sini.
“Kami juga membuka pintu untuk anggota etnis lain yang mencintai tradisi Gayo untuk ikut bergabung dan memperluas kesenian,” ujar Trisha selaku Pimpinan Komunitas Gayo Gaya Film ini.
Ia mengungkapkan, acara ini sekaligus sebagai promosi Gaya Gayo sebagai komunitas seni non profit yang terbuka untuk semua kalangan. Siapa saja yang mau belajar kesenian tradisi Gayo, belajar membuat pertunjukan, konser, film, aransemen musik, menulis buku, dan lain-lain bisa bergabung bersama kami. Bersama-sama kita memperjuangkan pelestarian tradisi melalui jalan kesenian.
“Pada tanggal 31 nanti juga ada performance tamu dari Aceh, ada orang Batak yang memainkan lagu Gayo,” ungkap Trisha.
Di dalam rangkaian acara, juga akan ada sosialisasi project Munayu, yaitu proyek pelestarian Saman melalui penggarapan pentas komposisi Saman, Didong, Gitar dan Cello, yang juga akan difilmkan sebagai media promosi kesenian Gayo di kampus-kampus dan rumah budaya.
Diberitahukan, Gaya Gayo sendiri adalah nama kelompok Didong Tepok yang menggembangkan Didong sebagai musik perkusi sejak tahun 2005. Dalam perkembangannya, Gaya Gayo bertransformasi menjadi komunitas nirlaba yang berorientasi pada pelestarian tradisi dan pengembangan seni budaya Nusantara, terutama tradisi Gayo. Selain menggarap project Munayu, Gaya Gayo juga sedang melakukan riset untuk membuat film tentang Saman untuk dirilis pada tahun 2015. (Rel)