Oleh: Arsadi Laksamana*
Tersebutlah kisah Belang dan Loreng dua ekor harimau yang sangat ditakuti yang hidup disebuah hutan. Keduanya terancam kelaparan karena tidak bisa memperoleh makanan dihutan karena sedang dilanda musim paceklik, musim kemarau yang berkepanjangan, tumbuhan dihutan mereka kering kerontang menyebabkan banyak hewan buruan mereka mati.
Belang dan Loreng tinggal di sebuah gue di pinggiran sebuah sungai yang masih airnya masih deras, satu-satunya sungai yang tidak kering di hutan tersebut, di sungai tersebut juga masih banyak terdapat ikan. Loreng dan Belang mempunyai tetangga seekor beruang bernama pak Bernard Bird atau biasa di panggil Bernard, beruang tersebut dikenal oleh penghuni hutan sebagai beruang sangat mahir memancing.
Setiap memancing Pak Bernard selalu mendapatkan ikan yang sangat banyak, hal ini membuat Loreng dan Belang ingin sekali mendapatkan ikan seperti pak Bernard karena sedang kelaparan. Tapi, masalahnya Loreng dan Belang tidak tahu cara mendapatkan ikan, keduanya tidak bisa memancing seperti Pak Bernard.
“Seandainya saja kita bisa memancing ikan seperti pak Bernard pasti kita tidak kelaparan seperti ini” kata si Belang.
“Kamu benar, kalau kita bisa memancing alangkah nikmatnya” balas Loreng. Keduanya kemudian terdiam sambil berpikir bagaimana caranya agar bisa mendapatkan ikan sementara mereka tidak pandai memancing.
“Saya ada Ide…”kata Belang melonjak kegirangan.
“Apa itu, katakan padaku”sambut Loreng penuh semangat.
“Bagaimana kalau kita meminta kepada pak Bernard, kita meminta dengan sedikit menggertak, menghiba kepadanya untuk dibelas kasihani, ia pasti takut dan memberikan kita ikan” kata Belang.
“Tapi kalau keseringan ia pasti akan bosan melihat kita meminta ikan kepadanya, dan akhirnya ia akan muak dan malas bertemu kita,” kata Loreng memberikan alasan, mendengar hal tersebut, Belang terdiam begitu juga dengan Loreng, kembali berpikir bagaimana caranya untuk mendapatkan ikan dari Pak Bernard.
“Saya ada Akal…” Belang berteriak kegeringan lagi, ia tersenyum penuh hati dan matanya berbinar-binar lalu di bibirnya kemudian tersungging senyum nakal.
“Apa itu,” kata Loreng penasaran.
“Kita buat alasan yang berbeda setiap kali kita meminta ikan kepada pak Bernard” jawab Belang, mendengar jawaban tersebut, Loreng terdiam lagi, di dalam benaknya ia tidak setuju terhadap rencana Loreng namun esoknya, setelah merenung lama Loreng akhirnya memutuskan tidak mengikuti rencana Belang.
“Sudah saya putuskan untuk belajar memancing kepada pak Bernard” kata Loreng tegas,
“Apa, kamu akan belajar memancing, apa saya tidak salah dengar” jawab Belang.
“Iya saya malu meminta kepada pak Bernard, kita inikan harimau yang katanya adalah raja hutan, masak harus meminta kepada Beruang, gengsi dong jatuh martabat kita” jelas Loreng
“Justru karena kita raja hutanlah maka kita tidak perlu susah-susah belajar memancing, kita minta saja kepada pak Bernard” jawab Belang, keduanya kemudian terlibat pertengkaran mulut dengan mempertahankan pendapat masing-masing, akhirnya keduanya memutuskan untuk berpisah dan mengakhiri persahabatan mereka
“Lihat saja saya akan buktikan kalau saya bisa memancing kepada pak Bernard” kata Loreng.
“Baik, kita lihat nanti, saya yang dapat duluan ikan” jawab Belang tidak mau kalah.
Esoknya, Loreng kemudian mengikuti pak Bernard memancing, ia memperhatikan saat pak Bernard dari membuat kail, mencari umpan hingga cara melempar tali pancing yang benar. Sementara itu, Belang seperti rencana semula, menunggu pak Bernard di persimpangan jalan.
Setelah siap membuat kail dan memasang umpan, Belang kemudian memancing, namun selalu gagal mendapatkan ikan, ia malah ditertawakan oleh pak Bernard, Loreng tidak patas semangat ia tetap belajar memancing, hal itu terus ia lakukan. Sementara itu, si Belang saat melihat pak Bernard pulang memancing ia mencegat beruang itu di persimpangan jalan dan memasang muka memelas dan sedikit gertakan dengan berbagai alasan sehingga membuat pak Bernard merasa kasihan dan memberikan ikan, hal ini membuat Belang kegirangan dan mengejek Loreng saat Bernard telah pergi.
Beberapa hari kemudian Loreng berhasil mendapatkan ikan, kian hari kian ia semakin pandai memancing sehingga banyak mendapatkan ikan, ia tidak perlu takut kelaparan lagi, sementara itu, si Belang kesulitan mendapatkan ikan karena pak Bernard selalu menghindar ketika akan bertemu Belang, Pak Bernard jengkel kepada Belang yang terus meminta ikan kepadanya dengan berbagai alasan, hari ke hari si Belangpun tidak mendapatkan ikan lagi, si Belang kelaparan. Loreng yang melihat si Belang kelaparan menjadi kasihan dan memberikan ikan kepada di Belang, namun karena gengsi si belang menolak.
Karena berhari-hari tidak makan, si Belang kehilangan akal, ia mulai tidak waras. Suatu hari ia mengancam pak Bernard untuk memberikan ikan kepadanya, kalau tidak Si Belang akan membunuh pak Bernard, muak melihat tingkah si Belang, Pak Bernard naik pitam, ia kemudian mengajak si Belang berduel, lalu pertempuran sengitpun terjadi, karena si Belang yang sudah berhari-hari tidak makan badannya menjadi kurus, ia habis-habisnya dihajar oleh Pak Bernard, Belang tewas menggenaskan dengan tubuh tercabik cabik oleh cakar Pak Bernard, dan mayatnya dibuang. Sementara itu, Si Loreng karena sudah sangat pandai memancing ia sering memberikan ikan kepada penghuni hutan, karena kebaikannya ia kemudian diangkat menjadi raja hutan.
*Seorang wartawan, berdomisili di Bener Meriah