Oleh : Yunadi Harun Rasyid
Takengen |Lintas Gayo – Tidaklah sesuatu hal yang teramat istimewa sebenarnya, manakala di bulan Februari 2017 yang akan datang akan terjadi Pemilukada di provinsi Aceh dan di hampir 90 % Kabupaten/Kota. Karena, hal ini adalah sebuah periodisasi lima tahunan yang menjadi konsekwensi demokrasi. Akan tetapi pemilukada 2017 tampaknya akan memberikan kita beberapa point keistimewaan, antara lain, bahwa; Pemilukada Februari 2017 untuk Kabupaten Aceh Tengah adalah sebuah dinamika pergantian kepemimpinan yang merupakan sebuah transisi yang begitu penting, karena siapapun yang nantinya akan menjadi Bupati Aceh Tengah periode 2017 – 2022 ; adalah sosok yang menggantikan salah satu putra terbaik Aceh Tengah yang memimpin kurang lebih 12 tahun pada Tahun 2017 tersebut, yaitu saudara Ir. H. Nasaruddin,MM, dan pada Juli 2017 akan berusia 60 Tahun.
Menjadi penting dan krusial karena setiap pemimpin tentu memiliki type dan gaya kepemimpinan masing – masing. Menjadi penting lagi bahwa sebuah sistem birokrasi yang telah berlangsung dalam kurun waktu yang sedemikian panjang itu tentu telah melahirkan “budaya” birokrasi yang paling tidak mengerti dan memahami pola hubungan dan pola kerja dengan pemimpin atau bupati saat ini. Nah, dengan kondisi yang sedemikian berjalan, dengan prestasi dan kinerja yang dilahirkan, bahkan dengan baik buruk serta puas tidak puasnya masyarakat terhadap kepemimpinan bupati kita saat ini, hal itu tentu akan menjadi “PR” dan cambuk bagi siapapun bupati yang akan datang.
Gaya kepemimpinan, terlahir dari proses pengalaman dan latar belakang si pemimpin tersebut. 15 tahun terahir, semua bupati Aceh Tengah lahir dari rahim Birokrasi pemerintahan atau bahasa sederhananya adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Menjadi menarik manakala Bupati Aceh Tengah kedepan tampaknya akan lahir dari latar belakang yang “baru”, atau persisinya penulis katakan memiliki Latar Belakang Non-PNS. Para Kandidat Calon Bupati Aceh Tengah yang berlatar bakang Non-PNS tampaknya memiliki kans yang cukup kuat untuk memenangkan pertarungan kedepan. Sebutlah dari politisi, akademisi serta kalangan dunia usaha.
Dapat dipastikan bahwa, tidak semua masyarakat dapat terpuaskan dengan sebuah periodisasi kepemimpinan. Hal itu dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain; bila Visi dan Misi Bupati yang dimaksud tidak berjalan secara optimal. Hal ini terjadi berkemungkinan bila terdapat hambatan kekurangan dana pendukung misi dan visi yang dicetuskan (dijanjikan),kemudian juga dimungkinkan karena personil aparatur pemerintahan tidak mampu “membumikan” program dengan kebutuhan dan keinginan riil masyarakat, yang hal itu merupakan visi dan misi dari Bupati dan wakil Bupati yang sedang dan atau akan menjabat kelak. Dibeberapa tempat juga terjadi ketidak harmonisan Antara Bupati dan Wakil buapti menjadi salah satu penyebab gagalnya Visi dan Misi Pasangan Bupati tersebut, contoh kasus pernah terjadi di Kabupaten Garut,Jawa Barat. Bahkan untuk kabupaten Garut sang wakil bupati malah mengundurkan diri.
Kiranya, menjadi sebuah kewajaran manakala sebelum kedepan kita memilih pemimpin yang baru ada baiknya mulai saat ini “menyaring” dan membuat kriteria yang logis dan rasional. Hal ini dapat terjadi, bila kita terlebih dahulu membuat evaluasi, sejauh mana kepemimpinan saat ini telah berhasil, atau malah sebaliknya sejauh mana bahwa kepemimpinan hari ini terdapat kekurangan atau kegagalan. Sehingga siapapun bupati berikutnya dapat menyempurnakannya.
Atas dasar itu, dengan pisau analisis RODINDA bung Karno; Romantika, dinamika dan Dialektika; menjadi tanggungjawab kita bersama kedepan melahirkan tokoh pemimpin yang mampu menjawab kebutuhan zaman, mampu menerjemahkan keinginan sebagian besar rakyat dan mampu mengoptimalkan potensi yang ada guna kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Aceh Tengah secara keseluruhan. Mampu meneruskan semua hal-hal baik yang telah berjalan, disisi lain berani dan tegas menerabas hal hal yang bila dirasa keliru dan menghambat laju nya perubahan dan pembangunan.
Yang kita cari kedepan adalah pasangan Calon Bupati dan wakil bupati, yang merupakan tempatnya rakyat bersandar, tempatnya rakyat berkeluh kesah. Yang kita cari kedepan adalah bupati dan wakil bupati yang merupakan sepasang pekerja keras. yang kita cari kedepan adalah Pasangan Bupati dan wakil Bupati yang merupakan kepala Pelayan masyarakat Kabupaten Aceh Tengah. Tentu pelayan yang mulia, pelayan yang memikul tanggunggjawab besar akan maju mundurnya dunia pendidikan, kesehatan serta ekonomi rakyat Aceh Tengah dan sektor – sektor lainnya yang strategis.
Ritual lima tahunan dalam tradisi pemilukada yang tidak akan lama lagi akan segera berproses. Tahapan demi tahapan paling tidak pada april 2016 sudah dimulai. Demokrasi adalah proses yang membutuhkan pelibatan yang luas dari rakyat. Atas dasar itu pulalah menjadi lebih baik manakala fihak – fihak yang berkompeten dapat melakukan upaya sosialisasi yang berkelanjutan. Masyarakat pemilih harus dicerdaskan, masyarakat pemilih dan peserta harus disadarkan,bahwa politik uang adalah”berhala” demokrasi yang harus dihancurkan. Sehingga kita mampu melahirkan pemimpin dari proses yang cerdas, dari proses yang bermartabat, terhindar dan terlepas dari janji palsu dan “dagang sapi” yang merendahkan, baik pemilih maupun yang dipilih. Bila memang harkat dan martabat gayo adalah mulia, mulailah untuk tidak melakukan hal tercela, mulailah tidak meakukan upaya politik segala cara, mulailah untuk tidak menjadikan uang adalah segalanya.
2017, Terbuka luas kesempatan bagi semua, baik yang berlatarbelakang PNS,Politisi,usahawan atau akademisi untuk menjadi bupati berikutnya. Walau tampaknya dari analisa yang paling sederhana, tampaknya masyarakat kita akan menjatuhkan pilihannya pada sosok yang Non-PNS yang menjadi latarbelakangnya. Mulai sekarang, kita saling meng evaluasi, memberi nilai positif pada hal baik yang telah dilakukan, dan mencermati secara lebih bijak untuk dicarikan solusi terbaik manakala terdapat kekurangan dan kelemahan. Karena dapat dipastikan, bahwa semua Bupati menginginkan kemajuan dan perbaikan bagi seluruh rakyat Aceh Tengah, dulu, sekarang dan yang akan datang.
* Penulis : Dosen Fisipol UGP,Pemerhati Sosial Politik Gayo.