MUSIM penghujan selama Oktober ini menguyur Aceh, membuat negeri ujung barat Sumatra dikepung musibah. Banjir dimana-mana. Longsor kerap terjadi, badan jalan tertimbun, jembatan putus,sumber usaha masyarakat dihajar air bah.
Namun pejabat di jajaran pemerintah Aceh belum ramah bencana. “ Aceh sudah dijadikan laobratorium bencana nasional, namun kesiapan pemerintah Aceh masih lamban. Pemda Aceh harus peduli dan peka terhadap bencana, karena negeri ini gudangnya bencana,” sebut Adam Muchlis, anggota DPRA asal Gayo.
Catatan Waspada, hampir seluruh Aceh musibah itu sambut menyambut. Kawasan pengunungan pengunungan misalnya, menjadi langganan longsor dan sapuan air bah. Di Aceh musibah terjadi dibeberapa titik, demikian dengan Gayo Lues, hampir merata di negeri kemeri ini dalam suasana mencekam.
Beberapa kawasan di Gayo Lues menjadi amukan air bah, longsor, infrastruktur hancur, badan jalan terputus. Perkebunan dan pertanian masyarakat terkena imbasnya. Lebih dari 80 hektar lahan milik masyarakat hancur. Gayo Lues sama nasibnya dengan Aceh Tengah segala sudut dikepung musibah banjir dan longsor.
Di negeri penghasil kopi ini, Aceh Tengah kondisinya juga sama parahnya dengan Gayo Lues. Jembatan rangka baja ambruk. Ruas jalan Takengen- Bireun tertimbun longsor di beberapa titik. Luapan sungai membuat lebih 100 perumahan penduduk direndam air kiriman. Lahan pertanian dan perkebunan menjadi korban.
Demikian dengan Bener Meriah, derasnya air yang tumpah dari langit, beberapa kawasan menjadi rendaman air dan longsor juga tidak bisa dihindari. Nasib kabupaten Gayo serumpun ini dalam bulan penghujan dibalut derita.
Dilain sisi produksi kopi yang menjadi andalan masyarakat turun, karena selain pengaruh hujan yang tinggi, juga sangat dipengaruhi oleh suhu panas global yang meningkat. “ Suhu di dataran tinggi Gayo, Aceh Tengah, yang rata-rata normalnya 23 derajat meningkat 0,67 derajat celcius. Peningkatan suhu tersebut bisa mengakibatkan produktivitas kopi menurun 10-30 persen,” kata Ketua Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo Mustafa Ali.
Musibah alam bagi Gayo bukan hanya longsor, kiriman air bah, namun sudah mempengaruhi pada sumber penghidupan masyarakat, berupa tanaman primadona kopi. Dampaknya dua kabupaten, Aceh Tengah dan Bener Meriah, rakyatnya akan terpengaruh secara ekonomi.
“Ini persoalan besar. Bukan hanya longsor dan banjir yang mengepung dataran tinggi Gayo, namun persoalan sumber hidup masyarakat juga harus mendapatkan perhatian serius,” sebut Bardan Sahidi, anggota DPRA asal dua kabupaten ini
Menyangkut dengan tingginya musibah longsor, banjir dan bencana alam lainya, pemerintah Aceh harus stand by. Ruas jalan, yang terkena musibah mayoritas menjadi tanggungjawab Pemda Aceh. Untuk itu, Pemda Aceh harus siap sedia, kapan rakyat dipedalaman ini membutuhkan penangangan musibah, sebut Bardan. (Bahtiar Gayo/Waspada)