Pemilukada Aceh Tengah 2017; Saatnya Rakyat Memilih Bukan Karena Uang

Penulis; Yunadi HR,S.IP

Jelang pemilukada serentak tahap II, februari 2017. Aceh secara umum dan khususnya di kabupaten Aceh Tengah terasa semakin “hangat”.

Dinamika yang terus bergulir, memunculkan kandidat-kandidat Pasangan Calon Bupati dan wakil bupati Aceh Tengah semakin mengkerucut pada beberapa nama. Antara lain; Sabela AB, Khairul Asmara dan M. Taufik. Nama – nama lainnya yang sayup – sayup juga terdengar,walau belum melakukan “pergerakan” yang massive antara lain; Samsul Bahri (saba), Usman Nuzuly juga Mursyid.

Dalam perbincangan di publik untuk Calon tertentu bahkan sudah berani “mengklaim” berupa pasangan Calon; yaitu; Khairul Asmara berpasangan dengan Zulfikar,AB yang notabene adalah kader Partai Gerindra. Dilain sisi, Sabela,AB juga terdengar selentingan akan mengadang-gadang menggandeng beberapa nama sebagai calon wakilnya,antara lain;Harun Manzola, Nurdin Ali dan beberapa hari yang lalu muncul juga nama baru, Firdaus.

Dinamika ini menjadi lumrah adanya, sebagai sebuah konsekwensi demokrasi. Semua warga negara berhak mencalonkan dan dicalonkan. Berhak memilih juga dipilih.

Kiranya, semakin cepat “bola panas” pemilukada bergulir, diharapkan secara linear rakyat pemilih juga dapat lebih cerdas dalam memilah dan memilih pasangan calon yang hendak dipilih di bilik suara kelak.

Sungguh kiranya,layak kita berharap kedepan bahwa; dari sekian nama yang muncul adalah pendobrak perubahan dan penerus hal baik yang telah ada. Sungguh kiranya juga layak kita berharap bahwa, mereka semua yang satu pasangan diantara akan memegang amanah, dapat lahir dari proses politik yang sehat dan jauh dari hingar bingar kotornya politik uang.

Menjadi sulit rasanya kita berharap lahir pemimpin yang ideal, bila dalam berkompetisi “dipaksa” harus “membayar” dengan mahal proses partisipasi politik untuk memilih.

Perubahan paradigma berpolitik yang sehat, harus mulai dibangun. Partai politik,dan rakyat pemilih harus mulai bangkit dari tradisi politik uang yang seakan-akan menjadi hal wajar. Padahal kita semua menyadari, sulit rasanya apabila Calon yang telah “membayar” mahal kelak akan tulus berbakti untuk rakyat.

Kita berharap, baik Sabela,AB dan pasangannya, juga Khairul Asmara dan zulfikar,AB serta M.Taufik, Usman Nuzuli, Samsul saba dan Mursyid; berani berkata tidak untuk politik uang. Rakyat pemilih juga harus mulai “dididik” untuk bersama – sama berkorban dalam memastikan transisi kepemimpinan yang bermartabat.

Popularitas dan elektabilitas adalah dua mata koin logam yang saling berkaitan. Akan tetapi kualitas para calon juga tentu harus mendapat perhatian yang serius. Bila rakyat Aceh Tengah kedepan menginginkan perubahan, maka selain harus mengikis praktek-praktek politik uang, juga harus mulai berani mengedepankan kualitas calon sebagai salah satu pijakan. Integritas, dan kejujuran; konsep yang realistis dan gambaran kemampuan kepemimpinan adalah salah satu faktor penggrerak perubahan.

Kontestasi pemilukada 2017, bukan semata-mata menang dan kalah. Jauh lebih penting dari itu adalah tugas kita bersama menentukan pilihan untuk pemimpin yang amanah.

Wakil Ketua DPD II KNPI Aceh Tengah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.