JAKARTA| Lintas Gayo – Aceh tampil sebagai juara umum Festival Budaya Nusantara dalam rangka HUT Ke-41 Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta. Kemenangan Aceh diumumkan pada penutupan festival itu di Gedung Sasono Krya, Kompleks TMII, Rabu (20/4).
Dalam festival itu, Aceh meraih juara pada tiga kategori. Piala juara umum diterima Kepala Kantor Penghubung Pemerintah Aceh, Ir Muhammad Badri Ismail. “Ini merupakan kemenangan Pemerintah dan seluruh rakyat Aceh. Kita bersyukur atas prestasi ini,” kata Badri Ismail.
Wakil Ketua IKNR, Sabaruddin Akbar merasa gembira lembaga itu diberi kepercayaan untuk mewakili Aceh mengikuti festival kuliner Taman Mini. “Ini membuktikan kuliner Aceh memperoleh tempat penting di masyarakat Indonesia,” katanya. Dalam festival itu, sebutnya, Aceh menyediakan sejumlah penganan tradisional seperti bhoi, kekarah, adee panggang, putu, dan bungong kaye.
Sejumlah kelompok kesenian asal Aceh, kemarin kembali menyemarakkan pentas seni Anjungan Aceh. Delegasi seni Pidie, Aceh Timur, Gayo Lues dan Banda Aceh menampilkan aneka tarian dan nyanyian. Sehari sebelumnya juga tampil kelompok kesenian dari Tamiang. Perayaan puncak HUT Taman Mini juga dipentaskan sendratari Laksamana Keumalahayati dan tari kolosal Ratoeh Jaroe ciptaan Dekgam alias Yusri di Tugu Api Pancasila Taman Mini.
Pada hari terakhir festival budaya Taman Mini, juga diselenggarakan karnaval budaya yang diikuti seluruh provinsi. Aceh diwakili oleh Kabupaten Aceh Utara. Karnaval berlangsung di area Taman Mini yang memperlihatkan kekayaan budaya Nusantara.
Sementara itu, tim kesenian Musara Gayo yang tampil di Anjungan Aceh Taman Mini mempertanyakan besaran honorarium pengisi acara yang tak sesuai dengan kesepakatan awal. “Kita diminta menyisihkan biaya publikasi dan dokumentasi sebesar Rp 1 juta,” kata Alwin Desry SH, Koordinator Seni Musara Gayo.
Ia mempertanyakan hal itu kepada Pemerintah Aceh yang salinannya disampaikan kepada Serambi di Jakarta melalui fasilitas WhatsApp (WA).
“Bukankah biaya-biaya dimaksud sudah ada anggaran tersendiri? Hal ini sangat kita sesalkan, karena seolah-olah Pemerintah Aceh kurang perhatian dan kurang menghargai kesenian Aceh dan para senimannya. Ini patut diklarifikasi,” kata Alwin.(fik/ Serambi Indonesia)