Aku Mencari Setan

Sungguh aku bingung. Karena semua kawasan angker dan seram sudah kumasuki. Aku berharap bertemu dengan syetan, iblis atu jin. Tapi anehnya, tak jua bersua. Kemana para mahluk laknat penggoda ini pikirku. Beberapa kali aku sempat dicurigai orang menjadi maling karena suka berkeliaran malam hari. Sebagian menganggapku mulai gila karena kerap bicara sendiri. Sementara sebagian yang lain menganggapku sedang menjalani ritual menjadi dukun. Karena profesi dukun begitu laku untuk meramal pileg atau pilkada. Bayarannya mahal kini.

Tapi aku tak peduli. Aku toh tak korupsi lewat jabatan, proyek , atau sebagai ts yang banyak mengambil untung. Aku tak peduli karena aku bukan penegak hukum yang bersumpah menegakkan hukum tapi kemudian menjualnya untuk rupiah. Toh aku bukan tengku atau khatib yang kerap menjual kata agama demi simpati karena mencalonkan diri. Aku juga tak peduli karena bukan dinas atau polisi syariat yang juga bersumpah menegakkan syariat tapi maksiat didepan mata. Seperti judi togel,kim atau main batu. Atau tempat karaoke yang menjadi tempat transaksi maksiat. Maksiat ini benar-benar nyaman di negeri syariat. Pelakunya, tentunya saja para bandit, bajingan tengik, kucing kurap yang selama ini berada di sistim dan menjaga gawang keadilan dan syariat.

Aku tak peduli karena aku sedang tidak melanggar syariat, atau coba melawan negara guna memenuhi nafsu dengan berpolitik atau mengangkat senjata. Aku hanya suka keluar malam karena konon kabarnya syetan dan sekutunya suka keluar malam hari. Itu saja.

Karena tak jua berjumpa, aku memakai cara kuno memancing syetan atau iblis atau jin keluar. Membakar kemenyan. Tapi begitu banyak kemenyan kubakar, satu ekor iblispun tak jua nongol. Aku hanya merinding tapi wujud jin dan kroninya tak jua muncul…..Aneh.

Karena lelah setelah hari kesekian, tak sengaja aku tertidur di sebuah lokasi angker seputaran Takengen. Aku bertemu dengan sekolompok syetan, iblis dan jin. Mereka dibedakan dengan seragam mereka dan tugas yang berbeda.

Iblis , di alam nyata bisa dibilang seperti bos atau setingkat kepala. Bisa kepala apa saja yang ada kepalanya. Syetan berada di tingkat menengah dan jin paling bawah. Mereka terlihat gemuk-gemuk dan necis. Tak seperti bayanganku semula kelompok laknat ini jorok, bau dan jelek. Tidak.

Keren juga mereka. Pakaian mereka juga keluaran terbaru, branded lagi. Gila. Mereka terbahak-bahak menertawaiku yang tampak songong melihat reinkarnasi para kampret ini.

Seero (seorang ekor) yang tampak berpangkat dan berwibawa , menutup mulutku yang menganga lebar dengan lembaran uang pecahan seratus ribu yang masih baru. Seero yang bos ini terbahak-bahak terus.

“Win..win, kamu tak akan pernah lagi bertemu dengan kami. Kami tak ada lagi. Kerjaan kami kini pesiar ke berbagai tempat indah dan cantik di dunia. Kami tak lagi bekerja menggoda manusia”, ucapnya terbahak .

Beberapa iblis betina berpakaian seronok tampak menemaninya. “Istriku Cuma satu. Tapi selingkuhan banyak. Teman tapi mesra…”katanya lagi masih terus tertawa….. Aku terkesima.

Tugas menggoda manusia bukan lagi pekerjaan syetan, begitu penjelasan si bos kampret ini. Tapi dilakukan manusia bermisi syetan. Manusia kini jauh lebih canggih dan rakus dalam merusak sesama manusia.

Manusia sekitar kita kini menjadi syetan, iblis dan jin dengan cara syetan. Mereka umumnya mengisi jabatan strategis dan pembuat keputusan mewakili rakyat. Mereka manusia seteru syetan.Manusia syetan ini sembunyi di berbagai pangkat dan jabatan serta pakaian resmi.

Mereka hidup hanya memenuhi nafsunya saja. Di nafsu itulah ternyata para syetan membuat fakta integritas. Dan mewakilkan tugas kesyetanan yang diamanahkan pada para munafikun ini.

Jadi jangan pernah bermimpi lagi bertemu para syetan, iblis dan jin. Mereka kini tak pernah tampak lagi karena sudah istirahat. Yang ada adalah manusia bermisi syetan. Manusia manusia rakus dan biasa berdusta meski menjual ayat dan hadits. Pemimpin dan ulama yang cinta dunia.

Menurut Bos syetan tadi, wajah asli manusia bermisi syetan ini baru tampak, saat mereka dijebloskan ke penjara karena ketahuan korupsi atau saat sedang musibah. ….

Aku baru sadar setelah jatuh dari tempat tidur. Ternyata aku baru bermimpi. Tapi begitu melihat sekelilingku, manusia bermisi syetan ini kok nyata ya, ngak pake topeng lagi…kampret.

Oleh : Win Ruhdi Bathin (WRB)

Penulis : Owner WRB Coffe SHOP Takengen

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.