Mungkinkah Aceh Tengah Memiliki Air Yang Layak Minum?

Gayo merupakan negeri yang kaya dengan air. Penungungan sentral Aceh ini selain memiliki Danau Lut Tawar, juga menyimpan sejumlah sumber air bersih. Namun sayang, sampai sekarang negeri yang dikenal dengan kopi ini, persoalan air bersih di sana bagaikan mengurai benang kusut.

Air yang mengalir dari negeri Gayo ini dipergunakan oleh sejumlah proyek vital di Lhokseumawe dan irigasi besar di Biruen. Namun masyarakat yang tinggal disumber air ini, sering meributkan soal distribusi air.

Bupati Aceh Tengah Shabella Abubakar yang belum sebulan dilantik, memiliki obsesi negeri ini harus memiliki air yang layak minum. “Sedih kita bila negeri yang kaya dengan air, namun rakyatnya kesulitan air,” sebut Shabella Abu Bakar.

“Kita harus menyediakan air yang layak minum,” sebut bupati, menjawab Waspada. “Kita punya relawan orang ahli dalam persoalan ini, Pak Herman Jaya. Sejak dari dulu sudah menggagasi air layak minum untuk Gayo. Air bersih Mendale yang bersumber dari danau, adalah inovasinya. Namun ide cemerlangnya tidak berlanjut”.

Sekarang, kata Bella, relawan yang mau membantu negeri ini, sudah menurunkan tim dan sedang menganalisa lebih mendalam persoalan air bersih di Kota Takengen. Peluang kita mendapatkan anggaran dari APBN juga ada, karena relawan ini memiliki jaringan dalam persoalan air bersih.

Aceh Tengah selama ini hanya memiliki 3 pompanisasi (WTP) dari 11 sumber air bersih. 3 pompa ini, mampu menghasilkan 90 liter permenit. Namun persoalan tehnis menjadi cerita klasik. Fasilitas  untuk air bersih di sana belum optimal.

Pelanggan yang menggunakan jasa PDAM Aceh Tengah mencapai  7.062. Dari jumlah ini 5.872 berada di seputaran kota Takengen. Sebagian masyarakat ada mengandalkan sumur bor.

“Benar kita memiliki pelanggan 7.062 dan 3 unit pompanisasi dan 8 grafitasi,” sebut M. Daud SE, kepala PDAM Aceh Tengah ketika dikonfirmasi Waspada, kamis (25/1). 3 pompa itu;  WTP Bukit Origon, WTP Dermaga Wisata dan WTP Jurusen.

Untuk WTP Origon jelasnya, kapasitasnya mencapai 90 liter perdetik, namun hanya setengahnya dapat dimanfaatkan, karena kemampuan peralatan. Untuk dua pompa lainya masing masing 20 liter/detik, sebut Daud.

“Alhamdulillah saat ini sudah turun tim ahli yang didatangkan Bupati Aceh Tengah. Semoga ke depanya, persoalan air minum di Aceh Tengah semakin membaik,” sebut Daud.

Selama ini persoalan air bersih di Aceh Tengah sering menimbulkan masalah. Pihak PDAM menjadi sasaran pelanggan. Air sering tidak datang, dan kualitasnya masih rendah. Petugas terpaksa mengatur jam pendistribusian air.

Untuk Bale misalnya, yang bersumber dari Dermaga, dibuka sejak jam 14.00 s/d  18.00 WIB. Untuk lainya sejak jam 8 pagi sampai dengan jam 3 siang. “Memang keadaan seperti ini, fasilitas kita belum maksimal,” sebut Daud.

Untuk sumber air utama Origon yang berasal dari danau Lut Tawar, selama ini pihak PDAM melakukan by pas, memperpendek jalur. Jaraknya ke WTP Origon 1500 meter, dengan ketinggian 93 meter, baru disalurkan ke kawasan kota.

Karena dukungan fasilitas, tidak memungkinkan pihak PDAM mengandalkan jalur ini walau ketersedian air mencukupi, ahirnya terpaksa potong kompas melalui jalur bawah dari WTP Origon.

Kini jalur Origon itu yang akan dimaksimalkan Bupati Aceh Tengah, dengan mendatangkan tim relawan ke sana. “Kita akan berupaya agar air layak minum untuk Aceh Tengah tersedia, sumber air di negeri ini melimpah, sayang bila tidak mampu dimanfaatkan,” kata Shabella.

Akankah persoalan air bersih dan air layak minum di negeri dingin itu terpenuhi? Kapan obsesi bupati ini akan terwujud, waktu yang akan menjawabnya. (Bahtiar Gayo/ Waspada)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.