Takengen | Lintas Gayo : Keramahan warga Gayo di tepian Danau Lut Tawar, Takengen dan Kabupaten Aceh Tengah umumnya terhadap siapapun yang datang ke Dataran Tinggi di Aceh ini ternyata sangat dihargai oleh wisatawan mancanegara (wisman) yang kini memetakan Takengen dengan Danau Lut Tawarnya sebagai salah satu kunjungan wisatawan mancanegara.
Salah satu buktinya, buku panduan bagi wisman asing, Lonely Planet, mencantumkan Takengen sebagai salah satu wilayah kunjungan wisata, lengkap dengan rute dan biaya serta lokasi yang layak dikunjungi, seperti Loyang Koro lengkap dengan harga tiket masuk.
Adalah Lenny dan Susana, pasangan suami istri yang sedang berbulan madu, berkunjung ke Takengen. Lenny, sang suami berasal dari Belanda, sementara sang istri Susana dari Spanyol. Saat berada di Takengon, keduanya kehabisan uang Rupiah.
Tapi keduanya masih memiliki uang dolar Amerika dan Euro. Dengan diantar wartawan Lintas Gayo, Ria, keduanya menuju bank resmi pemerintah seperti Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk menukarkan uang mereka. Tapi gagal karena di bank yang disebut dalam buku Lonely Planet itu bisa dijadikan tempat tukar uang asing itu ternyata menolak.
Akhirnya dicobalah beberapa bank lainnya di Takengon, seperti Bank Aceh dan Mandiri, tapi juga tidak berhasil. Berkat keramahan seorang warga Takengon, Sekjen Forum Penyelamatan Danau Lut Tawar (FPDLTT), Subhandy yang sedang istirahat siang dan bertemu kedua bule ini, dia berusaha menghubungi koleganya di bank dimaksud.
Akhirnya seorang karyawan bank itu bersedia menukarkan uang dolar Amerika Lenny dan Susana secara pribadi. Bahkan kedua bule ini diantar menggunakan kenderaan dinas Subhandy yang juga sebagai Camat Lut Tawar.
Lenny dan Susana yang memiliki blog pribadi, menuliskan kisah ini dalam blog mereka (http://www.oletrip.com/susanalenny/log.asp?log=491&l=nl). Menggunakan fasilitas Google translate, redaktur Lintas Gayo, Khalis, coba menerjemahkannya kedalam bahasa Indonesia, testemoni yang dibuat bule Spanyol itu :
Salam dari Aceh
Halo dunia!
Ini hebat ! Kita sekarang di Takengon, di tengah-tengah bagian utara Sumatera. Orang-orang yang super baik dan tidak udaranya panas seperti di Banda Aceh gembira.
Hari sebelum kemarin, kami tiba di sini setelah perjalanan panjang dengan sebuah minibus. Dan melalui Couch Surfing kontak kami di sini, jadi mereka menunjukkan kami tempat yang paling indah di kota ini untuk melihat. Makanan terbaik dan kopi terbaik !.
Kemarin kami pergi ke sebuah gua (Loyang Koro) (dengan kelelawar) dan kami masuk pemberitaan di koran !. Karena kita harus menukar uang, tetapi tidak ada bank bisa menukar uang tersebut !. Jadi dengan banyak Euro, Dolar dan memiliki beberapa mata uang di saku, kami ingin menukar beberapa Dolar menjadi uang lokal !
Couch Surf seorang teman yang bekerja di sebuah bar kopi kebetulan memiliki seorang kolega atau teman, anggota dewan Kota Praja sebagai pelanggan, dan diatur untuk kami, setelah beberapa panggilan, akhirnya kita bisa menukar uang dan karena sofa berselancar teman kami juga seorang wartawan, ia memiliki artikel tentang gescreven ! . Jadi senang kita bisa berbagi.!
Dan tadi malam, kami juga bekerja dengan keluarga surfer sofa kami yang lain (Ria). Sangat bagus dan menyenangkan untuk berbicara tentang segala hal. Ketika kita mendapatkan kembali lebih dari aku bisa menulis tentang dan gambar di sana.
Jadi sekarang kita pergi dengan liburan yang bagus! .
Pengalaman menyenangkan di Takengon dengan keramahan warga Takengen, bukan saja dikatakan Lenny dan Susana. Bertuzzi Simone, dari Italy, dalam akun jejaring sosialnya menyebutkan kepada teman-temannya di Italy dan Kamboja tentang keramahan warga ini.
Umumnya para bule yang datang ke Takengen menulis perjalanan ke Dataran Tinggi di Aceh ini lebih berarti dan berkesan seperti pernyataan dua turis Perancis, Nico dan Clemence yang ikut membantu para arkeolog dari Balai Arkeologi (Balar) Medan melakukan penggalian kepurbakalaan di Loyang Mendale dan Loyang Ujung Karang selama beberapa hari.
Setelah itu dua orang wisatawan asing, Duncan asal Australia dan Joel Hilmer dari Jerman yang menyatakan Kerawang Gayo Amazing, Urang Gayo ramah-ramah dan alamnya sangat indah.
Pengalaman manis berbaur bersama perkampungan yang umumnya petani kopi menjadi kenangan indah bagi Sofie dan Hilda, wisatawan asal Belgia.
Diyakini, tak ada seberuntung Alexy Krivop, pria jangkung asal Ukraina yang sempat ikut memungut sampah dan menanam pohon di sekitar danau Lut Tawar bersama sejumlah wartawan, olahragawan, aktivis lingkungan dan aparat keamanan.
Selain faktor keramahan yang ditunjukkan dengan senyum, pertemanan serta berinteraksi langsung dengan masyarakat, mereka tentu saja menulis di laporan tentang keindahan dan tak lupa rasa kopi terbaik yang mereka minum. The best coffee in Sumatera, tulis Joel Hilmer dari Luxemburg (Win Ruhdi Bathin)