Hanya murid pilihan yang bisa menjadi guru saat dia sedang menuntut ilmu. Saat dia sedang menimba ilmu agama di dayah, namun dia dipercayakan untuk membantu pendidikan di dayahnya. Itu adalah sebuah penghargaan yang luar biasa.
Siapa dia? Lelaki ini berkulit putih, berperawakan sedang. Umurnya juga masih cukup terbilang sangat muda. Ia adalah salah satu guru pondok dayah terpadu darul Mukhlisin Tan Saril Takengon Aceh Tengah. Ia dikenal dengan sebutan Ustadz Alriyadhi fikran.
Alriyadhi adalah anak putra sulung dari 3 bersaudara ia dibesarkan oleh ayah dan ibunya dikampung Ujung Gele, Pegasing, Aceh Tengah. Lahir pada tahun 2000 dan sekarang Ia telah berumur lebih kurang 20 tahun.
Dia merupakan alumni dari dayah tempatnya mengajar saat ini. Dia juga tercatat sebagai seorang mahasiswa IAIN Gajah Putih Takengon Aceh Tengah. Ada kelebihan dia, saat Alriyadhi masih didalam masa pendidikan, Ia sudah dipercayakan menjadi pengajar sejak tahun 2015.
Pada saat itu, ia masih menduduki bangku siswa kelas 2 MTsS. Namun, lantaran golongan siswa yang cerdas dipercayakan menjadi guru bantu (guru golongan kecil) di dayah tersebut. Hingga sampai sekarang ia masih dipercayakan menjadi seorang guru/pengajar yang tetap.
Saat ditemui tim pelatihan jurnalistik dayah, pekan ini, ustad ini awalnya sungkan untuk diwawancarai. Namun ketika dijelaskan, agar cara dan sikapnya mungkin bisa dijadikan inspirasi buat orang lain, ahirnya dia mau mengisahkan perjalanan hidupnya.
Dahulu ketika Alriyadhi menjelang tamat dari sekolah Mtss, ia berkeinginan untuk meninggalkan pondok pesantren dan melanjutkan sekolah tingkat MA/SMA disekolah luar tanpa mondok. Namun, niat itu dia urungkan, setelah mempertimbangkan “kasih sayang”nya untuk pesantren.
“Dulu saya teringat dengan salah satu ucapan Alm.Tgk.H.hasan Tan pendiri pesantren ini. Kata itu itu senantiasa tergiang di telinga,” sebut Alriyadhi. Petuah dari almarhum masih tetap dia ingat.
“Jika kamu melanjutkan pendidikan ke sekolah yang lebih modern tanpa mondok lagi, maka diibaratkan kamu itu hijrah(pindah) dari tempat yang Indah dan bahagia (syurga) ke lembah yang penuh dengan derita (neraka),” sebut Alriyadhi, mengutip kalimat pendiri dayah ini.
Akhirnya, Alriyadhi memutuskan untuk melanjutkan pendidikan MA/SMA dipondok pesantren Darul Mukhlisin tersebut. Hingga saat ini ia ia dipercayakan untuk tenaga pengajar.
Lajang ini semakin termotivasi dengan adanya alumni-alumni dayah Darul Mukhlisin yang berhasil menjadi orang-orang yang hebat. Oleh karena itu,ia sangat semangat untuk menjadi manusia sukses, baik di kalangan masyarakat dan di pondok tersebut.
Menurut Alriyadhi, walau banyak kesulitan-kesulitan yang ia hadapi ketika mengajar dan mendidik, serta ditambah lagi dengan kuliahnya, ia tidak pernah patah semangat dan selalu merasa Istiqomah didalam belajar dan mengajar.
Disaat Alriyadhi sudah benar-benar menjadi guru tetap dipesantren, ia berkeinginan untuk menciptakan generasi yang bermoral beretika dan beradab. Ia mengakui bahwasanya murid yang pernah diajarkan dulu, kini sudah bersamanya mengajar pula.
Alriyadhi menyebutkan bahwa ia merasa sangat senang menjadi salah satu guru dipondok. Karena menurutnya mentransferkan ilmu itu banyak sekali manfaatnya bagi dirinya maupun orang lain. Selain mendapatkan pahala jariya, ia juga bisa mengingat dan mengulang kembali pelajaran yang telah lewat dimasa masih dalam didikan para ustadz dan ustadzahnya. Dengan mengajar itu ia juga dapat mendalami pelajaran-pelajaran yang mungkin belum pernah ia pelajari.
Awalnya keberadaan Alriyadhi untuk mengajar dipondok pesantren tersebut merupakan salah satu amanah dari Alm.Tgk.H.Muhammad Hasan bin Muhammad Tawar (pendiri Dayah terpadu darul Mukhlisin). Karena menurut Tgk Hasan Alriyadhi mampu dalam mentransferkan ilmu kepada para santri santri tersebut.
Sejak dari permulaan ia mengajar Alriyadhi memiliki rencana-rencana untuk mengembangkan fikiran dan pengetahuan para santri baik dari segi etika, moral, akhlaq dan adab. Seperti membina karakter santri dan menjadikan anak santri dapat berguna didunia dan diakhirat baik dikalangan masyarakat dan khalayak banyak.
“Saya berkeinginan besar untuk menjadikan anak-anak santri menjadi generasi cemerlang, cerdas, dan orang yang berguna didunia dan diakhirat,” sebutnya.
“Target saya adalah menjadikan anak santri paham tentang agama walaupun tak bisa menjadi orang yang pejabat atau yang lainya. Setidaknya mereka mampu membaca Alquran, tata cara shalat yang benar, hukum-hukum Islam dan lain-lain,” jelasnya.
Walaupun tidak sedalam pengetahuan ulama. Karena menurut saya memahami Agama Islam secara kaffah adalah orang yang paling hebat dan paling dicintai oleh Allah SWT, kata ustad ini”.
Dia juga berkeinginan untuk menumbuhkan kembangkan kembali pesantren agar lebih jaya dan maju dimasa yang akan datang. Agar membuat manusia sadar bahwa pendidikan berlandaskan agama itu sangat penting dan lebih bagus karena sejalan dunia dan terlebih-lebih akhirat.
Menurut Alriyadhi mengajar dilembaga pesantren itu sangatlah menguntungkan sekali bagi dirinya sendiri dan orang lain. Karena, selain dekat dengan Allah dan dapat menuntun anak-anak dayah menuju keridhoan Allah.
Bukan hanya itu, dibalik gigih yang ikhlas tabah dan tawakal kepada Allah, ia juga diberikan rezeki oleh Allah SWT berupa gaji disetiap bulannya. Rezeki itu dapat meringankan beban orangtuanya.
Menjadi ustad adalah pilihanya walau dia masih duduk dalam bangku kuliah. Saat masih muda sudah berkarya, mengisi sisi penghidupan di dunia. Berkaryalah selagi kita masih bisa. *** Penulis; Nisara Ate/ Maya Serungke . Santriwati Dayah Darul Muhklisin, Burni Jemet, Bebesen, Aceh Tengah.
Comments are closed.