Redelong | Lintasgayo.com – Hasrin Z Bersah, yang biasa menulis tengkeh (puisi berbahasa Gayo) di laman Facebook-nya, kini sudah menerbitkannya dalam bentuk buku. “Alhamdulillah, sudah terbit dan sudah selesai cetak. Sudah di Takengon juga bukunya dan sudah dipesan teman-teman yang ada di Takengon, Aceh Tengah, Bener Meriah, dan di berbagai daerah di Aceh. Untuk perdana, dicetak 100 eksemplar. Tinggal beberapa buku lagi. Cetak kedua dan seterusnya, kita lihat perkembangan nanti, sesuai pemesanan,” kata Hasrin Z Bersah, Minggu (16/10/2022).
Buku “Peri Berabun: Kumpulan Tengkeh Gayo,” ungkap suami dari Hayatun Wardani, S.Pd. dan bapak dari Safira Athariya, Faida Fiddina, dan Khalisa Althaf itu, berisi kumpulan puisi dalam bahasa Gayo yang ditulis mulai dari tahun 2013 sampai tahun 2019. “Apa yang saya rasa, lihat, dengar, dan baca, saya tulis semua. Luapan rasa bahagia, sedih, dan marah serta harapan, ada dalam tengkeh tadi. Hal-hal yang berkenaan dengan anak, keluarga, cinta, dan kasih kasih sayang, serta berbagai persoalan hidup, jadi inspirasi saya. Kemudian, saya jadikan tengkeh,” sebut Hasrin.
Dilajutkannya, penerbitan buku tersebut merupakan salah satu bentuk kepeduliannya terhadap pelestarian bahasa Gayo. “Penulisan dan penerbitan buku tengkeh Gayo ini juga bagian dari upaya untuk melestarikan bahasa Gayo. Soalnya, saat ini, terjadi penurunan penggunaan bahasa Gayo, di keluarga, lingkungan ketetanggaan, dan masyarakat secara luas. Karenanya, penutur bahasa Gayo, terutama anak-anak muda perlu sumber bacaan berbahasa Gayo, untuk menguatkan pemahamaan bahasa Gayo mereka. Buku tengkeh Gayo ini salah satunya,” ungkap Hasrin.
Fikar W Eda, penyair nasional asal Gayo/jurnalis Serambi Indonesia, dalam testimoninya, menyebutkan, puisi-puisi tengkeh yang ditulis Hasrin Z Bersah adalah bagian dari usaha memelihara bahasa Gayo agar tetap hidup dan terjaga dari generasi ke generasi. Pasalnya, sambung Fikar, penyair adalah penjaga gerbang tradisi. Melalui tangan penyairlah, bahasa Gayo diwariskan kepada generasi berikutnya. Dalam sisi inilah, kedudukan penyair menjadi sangat penting. Sebuah peran dan fungsi yang harus mendapat apresiasi. Sebab, penyair pada saat melahirkan puisi tengkeh, sesungguhnya ia sedang berkerja merawat identitas Gayo dan mewariskannya.
Sementara itu, Bahtiar Gayo, jurnalis yang juga penengkeh, mengungkapkan, melalui syair-syair dalam buku Buku “Peri Berabun: Kumpulan Tengkeh Gayo” itu, bukan hanya menambah kayanya khazanah bahasa Gayo, melainkan kiranya dapat menambah referensi serta upaya melestarian bahasa Gayo.
Buku “Peri Berabun: Kumpulan Tengkeh Gayo” diterbitkan Mahara Publishing, disunting Yusradi Usman al-Gayoni, dengan tebal 219 halaman, berisi 187 tengkeh Hasrin Z Bersah. Di antaranya berjudul anakku, ama, engi, masa ku masa, mango, uren, tiak atas, taring kenangan, kekire, ruluh, opat sumang, onom sipet kotek, dll.
Hasrin Z Bersah lahir di Timang Gajah, 3 Februari 1977. Anak dari Adrian Bersah dan Murnam Dewi. Hasrin menyelesaikan pendidikan dasarnya di SD Negeri Timang Gajah tahun 1990, sampai kelas II SMP di SMP Swasta Timang Gajah, kelas III pindah ke SMP Negeri Singah Mulo (tamat tahun1993). Lalu, melanjutkan sekolahnya di STM Negeri Bireuen, jurusan Mesin Otomotif dan tamat tahun 1997. Tahun 1999, meneruskan S-1 di Fakultas Hukum Universitas Abulyatama dan tamat 2006. Tahun 2008, melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Agama Islam-Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (STAI-PTIQ) Banda Aceh Cabang Aceh Tengah untuk mendapatkan Akta Mengajar. Pada tahun 2009, Hasrin lulus seleksi CPNS di Aceh Tengah dan menjadi guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), ditempatkan di SMP Negeri 16 Takengon (Jagong Jeget) sampai tahun 2016. Lalu, diangkat sebagai Kepala Sekolah SMP Negeri 40 Takengon (Gemboyah). Sekarang (2022), Hasrin diamanahi sebagai Kepala SMP 33 Takengon (Kuyun). (*)
Comments are closed.