Ada Masjid berusia 800 Tahun di Desa Penampaan

Ekspedisi Lintas Gayo Bagian 3 (tamat)

PAGI kembali menyapa, Hari itu, Senin (27/8/12). Ini hari pertama di desa Lelis.Dalam suanana keadaan yang aman dan menyenangkan, keakraban masih terlihat kental, kekeluargaan juga masih hidup seperti masyarakat tempoe doloe bertanya dan berjabat tangan menjadi bukti kekeluargaan itu masih ada.

Cuaca mendung tak menjadi penghalang aktifitas kru eksepdisi Lintas Gayo, Desa Lelis terkenal dengan air panasnya, bila datang kekampung Lelis jangan lewatkan mandi air panas, alami juga masih segar.

Kru menikmati segarnya air panas disini setelah selesai menikmati Kru ekpedisi melanjutkan perjalanan menuju kampung Bunin di pertengahan jalan kru berhenti sejenak ke kantor Camat Lukup menemui pegawai disana namun Camat tidak di tempat hanya Wakil Camat yang kami jumpai, sedikit berbincang dengan beliau mengenai Kecamatan Lukup, namanya Bapak Utih Arasid ia terharu setelah Kru menyerahkan buku “Gayo Merangkai Indentitas” yang sebelumnya kami bawa dari Takengon.

Buku ini dipercayakan oleh pemerintah Aceh Tengah kepada Media Online Lintas Gayo untuk disebar luaskan kepada masyarakat dimana pun berada salah satunya Urang Gayo yang ada di Lukup, karna jadwal kami sangat singkat kru berpamitan kepada bapak utih selaku wakil camat Lukup.

Dikampung Bunin terdapat kuburan Muyang Bunin aku tak tau pasti sejarahnya namun kami tetap berjiarah kekuburannya, bila menuju Desa Bunin dari desa Lelis melewati beberapa desa diantaranya kampung Tualang, Lukup, Jering, Sosial, Rampah, Mesir baru kita jumpai desa Bunin sepanjang jalan pemandangan indah menjadi sahabat di perjalanan.

Kini jam sudah menunjukkan pukul 12:00 wib cuaca mendung berganti menjadi hujan gerimis, Kru bergerak pulang menuju kampung Lelis, dua hari sudah kami mengelilingi Lukup namun belum semua tempat dapat kami jangkau, kru mesti menyudahi jelajah kali ini.

Jelajah Lintas Gayo Disudahi

Pukul 08:15 wib tanggal (28/08/2012), kru bergegas bergerak kembali menuju Pining kabupaten Gayo Lues, perjalanan pulang tak begitu sulit lagi karna dari kemarin malam cuaca cerah tidak hujan.

Namun walau tak hujan kru mesti menggangkat dan mendorong sepeda motor menuju seberang sungai, 3 sungai kembali kami lewat dengan tenaga maksimal, setelah menempuh perjalanan pulang sekitar 1 jam setengah kembali kami di kejutkan oleh longsong yang memenuhi badan jalan.

Berbeda dengan perjalanan malam waktu itu hanya kami saja yang membersihkan jalan kali ini banyak petugas jalan yang mulai membersihkan jalan itu, kayu dan tanah kuning menumpuk di badan jalan, petugas jalan hanya membersihkan setapak untuk sepeda motor kru melewati longsoran itu, setelah lewat kami baru tahu longsoran ini ada adalah pekerjaan proyek pelebaran jalan menuju Lukup Serbejadi.

Kini kru sampai di desa Pining kabupaten Gayo Lues, sesuai janji kami pun mampir ke rumah Ama Jarum ia adalah relawan hutan Gunung Louser yang tercatat dari tahun 1968 sampai sekarang ia telah menjadi relawan menjaga hutan di Gayo Lues salah satunya Hutan Pining, perbincangan kami semakin hangat setelah mendengar cerita beliau “ternyata pemerintah Gayo Lues belum mendukung sepenuhnya segala jenis bentuk aktifitas penyelamatan kawasan Ekosistem Leuser khususnya desa Pining yang saat ini telah di buka lahan tambang milik pihak asing” padahal Ama Jarum hanya relawan, kenapa pemerintah tidak mendukung…? seharusnya pemerintah memberi penghargaan atas kerja kerasnya selama ini, ia buktikan nyawa menjadi taruhan bila ada pihak yang tidak bertanggung jawab merusak lingkungan.

Setelah bercerita banyak Ama Jarum dengan polos mengatakan “boh keta ulak mi nye kam, kerna perjelenen kam naru beh len, nume  ku keni kam ulak, ho uren pe male turun ” kami pun tertawa bersama ama jarum, kru bergegas menyiapkan peralatan kami pun berangkat.

Jam menunjukan pukul 17:15 wib kru ekpedisi 1 Lintas Gayo sampai di kota Blangkejeren kru langsung menuju Rikit Dekat tempat peristirahatan kami sebelumnya. Tanggal 29 Agustus siang sebelum beranjak ke kota Takengon kami sempatkan, berwisata regilius ke Masjid asal yaitu masjid tertua di Gayo Lues yang kini sudah berumur 800 tahun, sudah pasti masjid ini peninggalan sejarah tempatnya Desa Penampaan, Kecamatan Blangkejeren, Kabupaten Gayo Lues.

Walau sudah berumur 800 tahun, masjid ini masih kokoh berdiri. Bangunan aslinya belum pernah dirombak dan kondisinya masih seperti semula, masjid ini  tak jauh dari jembatan menuju Kota Gayo Lues, setelah puas berkeliling mengamati bentuk dan modelnya, kami pun bergerak pulang menuju kota Takengon. Masih banyak cerita yang belum sempat kami tuliskan dari jelajah Gayo kali ini, Semoga perjalanan ekpedisi 1 Lintas Gayo masih ada sambungan selanjutnya. (Muhammad Zhahri)

Baca Juga:

Ekspedisi Lintas Gayo Bagian 1

Ekspedisi Lintas Gayo Bagian 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Deprecated: str_replace(): Passing null to parameter #3 ($subject) of type array|string is deprecated in /home/wxiegknl/public_html/wp-content/plugins/newkarma-core/lib/relatedpost.php on line 627