Jakarta | Lintas Gayo – Dua kelompok seniman didong dari Gayo, Aceh, akan bertanding di Gedung Nusantara V MPR/DPR, Jakarta, Sabtu, 6 September 2014. Mereka adalah Arita Mude dan Biak Cacak Mude. “Biak Cacak Mude dari Aceh Tengah dan Arita Mude dari Bener Meriah,” kata Fikar W. Eda, ketua panitia acara itu, Sabtu.
Menurut Fikar, seni yang menggabungkan unsur syair (sastra) dengan tari dan vokal itu akan “berduel” semalam suntuk. Pentas dimulai pukul 19.00 WIB. Pertunjukan didong itu bagian dari rangkaian “Didong Senayan 2” yang dibuka oleh Sekretaris Jenderal MPR Edi Siregar pada Rabu, 3 September. Acara itu diwarnai dengan pameran kopi Gayo, batu giok Aceh, diskusi tentang kopi dan batu giok, serta baca puisi.
Menurut Fikar, pameran yang menghadirkan sejumlah perusahaan kopi dan batu giok itu menggratiskan seribu gelas kopi arabika Gayo bagi pengunjungnya. Selain itu, dalam pameran tersebut ditampilkan kopi termahal dengan harga Rp 5 juta per kilogram. Kopi itu, menurut Fikar, ditanam di bekas lahan tanaman ganja.
Pada hari pertama, selain pembukaan, kegiatan itu diisi dengan dua sesi diskusi, yakni diskusi tentang batu giok Aceh dan kopi Gayo. Diskusi batu giok menghadirkan narasumber pengusaha batu giok, Iswadi Azwir dan Abehamdi, serta Sujatmiko, pakar geologi yang juga ahli batu mulia dari Pusat Promosi Batu Mulia Indonesia.
Adapun baca puisi diadakan pada Jumat, 5 September. Penyair yang tampil antara lain L.K. Ara yang berkolaborasi dengan penyair tradisi Gayo, Hidayah. “Saya membaca puisi tentang kopi, tentang Gayo, dan lain-lain,” kata L.K. Ara. Salah satu isi puisi yang dibacakan tentang petani kopi Gayo yang belum sejahtera.
Dataran Tinggi Gayo yang meliputi Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Luwes memang dikenal sebagai salah satu produsen kopi di Indonesia. Sebuah data menyebutkan ketiga wilayah itu memiliki perkebunan kopi terluas di Indonesia, yakni sekitar 94.800 hektare. (TEMPO.CO)