Takengen | Lintas Gayo- Gayo, hidup dengan kopi. Kapeein ini adalah sumber napas masyarakat. Tanpa kopi bagaimana nasib Aceh Tengah dan Bener Meriah? PAD murni di dua kabuapten ini bersumber dari kopi (sumbangan terbesar).
Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah telah menjadi daerah penghasil kopi arabica gayo terbesar di Asia Tenggara. Produksi terus meningkat dari tahun ketahun. Demikian dengan perkembangan industri pengolahan kopi yang semakin menjamur, sangat membantu nilai ekonomi.
Selama tiga tahun terakhir, pengrajin bubuk kopi gayo, bermunculan, dalam beragam kemasan. Menjamurnya industri rumahan dalam kategori Produksi Rumah Tangga (PRT) ini, bahkan telah mampu menekan penjualan gabah kering (green bean) keluar Aceh.
Alih teknologi olahan kopi dari biji kering menjadi bubuk kopi siap saji, juga semakin diminati oleh masyarakat Gayo. Kafe, warung, rumah makan, hotel dan restoran didaerah yang berhawa sejuk ini kian marak manyajikan suguhan kuliner kopi Gayo dengan berbagai varian dan cara minum kopi dari tradisional hingga modern. Hal tersebut semakin meningkatkan nilai tambah kopi komoditi unggulan di dataran tinggi Gayo.
Menyahuti hal ini, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) asal Gayo Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, telah menyampaikan kepada pemerintah Aceh melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh untuk menyediakan mesin olahan dan sarana produksi bubuk kopi olahan.
Usulan aspirasi masyarakat tersebut berbuah manis, setidaknya ada satu unit mesin roasting kopi disalurkan dengan dukungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) 2015
“Benar kita telah salurkan bantuan mesin dan peralatan produksi bubuk kopi olahan dan alat kemasan (packing), semoga dapat membantu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan nilai tambah” ujar Bardan Sahidi Minggu (26/7) di Takengon.
Ditambahkan Bardan Sahidi, jumlah mesin yang disalurkan masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah pengrajin yang ada. “Tentunya kita akan sampaikan kembali kepada Pemerintah Aceh untuk menambah jumlah dan kelompok sasaran penerima” pungkas politisi PKS itu.
Kedepan menurut Bardan pihaknya akan terus mengupayakan usulan dari kelompok masyarakat yang disampaikan kepada DPR Aceh, sesuai dengan visi pemerintah Aceh dalam peningkatan produksi dan nilai tambah dari berbagai sumber. “Ini adalah kesempatan berusaha dan peningkatan pendapatan keluarga dengan teknologi sederhana dan ramah lingkungan,” imbuhnya
Sentosa (56) pengrajin bubuk kopi olahan dalam kemasan dengan merek dagang, telah menjadi pengrajin bubuk kopi dan membuka usaha cafe di lintasan jalan negara Takengon – Bireun, sangat senang atas bantuan ini, “kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah atas bantuan peralatan dan mesin ini, sangat membatu peningkatan jumlah dan kualitas produksi kami,” katanya. (Rel/ Iqoni RS)