Nagan | Lintas Gayo- Dia sempat “linglung”, ketika ayahnya dipanggil ilahi rabbi. Dunia ini terasa gelap. Namun tetesan air matanya membawa kekuatan, bahkan membuat Unimed “geger”, karena baru pertama dalam sejarah Unimed, ada mahasiswa yang lulus tercepat, 3 tahun 8 bulan.
Gadis asal Lot Kala Kebayakan ini, ahli dalam persoalan lukis melukis. Jurusanya seni rupa di Unimed. Karena menjadi darah daging dalam hidupnya persoalan lukis melukis ini, dia bukan hanya mampu lulus sebagai alumnus Unimed, namun menjadi andalan Aceh Tengah pada MTQ ke 32 di Nagan Raya.
Putri keempat dari 6 bersaudara ini masuk final MTQ Nagan Raya (final 25/8/2015) dalam cabang kaligrafi kontemporer. Saat ditemui di kediaman kafilah Aceh Tengah, Blang Tuegoh, Simpang 4 Nagan, Ermi Daini, semula enggan berbicara lebih jauh.
Namun ketika disebutkan, dia memiliki kekuatan menunjukkan karyanya sepeninggal ayahnya, semangat muncul, walau ada tetesan air mata dari pelupuk matanya. “Saya sudah buktikan ke ama, walau beliau tidak ada saya berhasil kuliah di Unimed dan menjadi pelukis kaligrafi,” sebut Ermi sambil menyeka air matanya.
Bahkan dari goresan tanganya dia mampu meringankan beban ibunya Nilawati ( Lot Kala Kebayakan) dalam membantu biayanya selama kuliah di Unimed. Selama ini dia sering mengikuti perlombaan kaligrafi bahkan sampai tingkat nasional (di Makassar dan Padang) dari kampusnya.
“Saya merasa malu dengan diri saya sebagai urang Gayo. Nama daerah saya belum sempat saya bawa. Dalam sujud shalat saya berdoa semoga Allah memberikan saya kekuatan untuk Gayo, tempat saya dibesarkan dan dilahirkan, tempat ayah dan bunda,” sebutnya.
Kekuatan doa dalam tahajudnya dikabulkan Allah, walau masih harus berjuang kembali pada Selasa (25/8/2015) di Nagan Raya. Dia sudah masuk final, namun harus berjuang untuk meraih juara pertama.
“Allah itu sayang dengan hambaNya. Saya sadari cobaan yang diberikan Allah kepada saya, ketika memanggil ayah saya, merupakan sebuah pelajaran yang berharga buat saya. Dengan cobaan ini Allah melatih saya untuk bisa dan kuat,” sebutnya, yang kembali terlihat ada tetesan air mata dipelupuknya, mengingat sang ayah.
Didampingi pelatihnya, Alwi Umar, Herman Lutfi (guru mulok khat di MAN 1 Takengen), dan Ikmal (guru bahasa Arab MTsN 1 Takengen), Ermi sejenak menghentikan aktifitasnya berlatih melukis. Saat itu dia teringat dengan abangnya Ihwan Putra yang mengajarinya dasar melukis.
Putri pasangan almarhum Jalaluddin dan Nilawati ini, lahir di Takengen, 15 Mei 1991, mengakui sejak kecil dia sudah menyukai urusan lukis melukis. Namun ketika menggambarkan kekuatan Allah dalam bentuk lukisan, hati harus bersih dan tidak boleh takabur,sebutnya.
Ahirnya Ermi mau menyebutkan pengalamanya ketika dia memilih ikut lomba tingkat nasional di Padang (mahasiswa) dan meninggalkan perlombaan di Subulussalam untuk tingkat provinsi. Namun karena memilih level yang lebih tinggi, padahal tenaganya dibutuhkan di Subulussalam, justru membuat batinya tertekan.
Ahirnya dia gagal dalam kompetisi di Padang. “ Kini saya berdoa ke Allah agar diberikan kesempatan untuk tanah leluhur saya. Atas nama Gayo, selama ini saya sudah sering membela daerah lain,” sebut Ermi.
Besok pagi, Selasa (25/8/2015) Ermi Daini, akan membawa nama Gayo Lut, setelah dia masuk final kaligrafi kontemporer. Manusia yang dilatih Allah untuk mandiri dan kuat ini setelah ayahnya dipanggil sang khaliq.
Dengan lembut dia menjawab soal peluangnya. “ Saya manusia berkewajiban berusaha dengan sunguh, semoga bisa meraihnya. Namun semuanya terpulang ke Allah yang maha segala galanya dalam kehidupan manusia ini,” sebut Putri dari Kala Lut, Kebayakan ini. (rel).