oleh : Ermi Daini
Tidak ada perjuangan yang sia-sia. Allah hanya akan memberikan waktu yang tepat. Ikhtiar, sabar dan tawakal itulah kunci sebuah keberhasilan. Hari ini, sekitaran ba’da sholat asar aku mendapatkan kabar yang baik.
Kabar dimana ibuku selalu berdoa untuk yang terbaik untuk anaknya. Saat itu aku terbayang wajah ayahku, semoga Allah melapangkan kuburnya. Kabar dimana orang terdekatku berharap aku memberikan yang terbaik. Tapi sebelum kabar itu ku terima banyak hal yang telah aku lalui.
MTQ Nasional adalah satu event yang bergengsi di ranah tanah air. Hanya saja media tidak terlalu mepublikasikan tentang event tempat terkumpulnya putra putri terbaik yang dikirim dari setiap provinsi dari sabang sampai marauke.
Aku, mungkin hanya seorang gadis desa dari Gayo, yang dilahirkan dari rahim ibu yang begitu tulus menyayangi anaknya. Mendoakan agar anaknya selalu menjadi kebanggaan keluarga. Seorang ayah yang selalu membimbing dan berjuang sekuat tenaga, agar anak anaknya tak pernah merasakan apa itu kelaparan.
Dari kakak dan abang yang selalu menyayangiku dan adik adik yang menjadi penyemangatku. Aku adalah seorang gadis desa yang hanya ingin memberi yang terbaik untuk keluarga dan tanah kelahiranku. Tanah tembuniku diantara desau pinus dan beningnya Danau Lut Tawar. Aku hanya gadis dengan menjalani kehidupan apa adanya, yang selalu ingin tau.
Selalu ingin berusaha maju dengan keadaan yang serba pas pasan. Gadis yang memuja muji pendidikan dan gadis yang tidak terlalu peduli dengan tren fashion masa kini. Tahun lalu adalah cerita sebuah kenangan manis, pada tanggal 15 mei 2015 mendapatkan kado pahit didalam hidupku. Aku harus berusaha untuk tetap tegar dan semangat sampai akhirnya, setelah lebaran Allah memberi kesempatan kepadaku untuk meraih prestasi di bidang khat dengan memegang prestasi di peringkat ke 2 Provinsi Sumatera Utara.
Kemudian Allah memberi nikmat yang tak terduga aku dapat membawa nama harum Aceh Tengah dengan menjuarai kaligrafi kontemporer dengan peringkat ke-2 juga. Namun sebelumnya pahit manis kehidupan dalam dunia kaligrafi singgah dalam kehidupanku. Saat aku di DKI Jakarta, mungkin saat itulah Allah menunjukkan kepadaku bahwa diluar sana masih banyak orang-orang yang lebih hebat. Aku tak dapat meraih juara, tapi aku membawa sesuatu yang paling berharga , yakni pengalaman.
Kemudian Allah masih menginginkan aku terus belajar. Di akhir tahun aku mencoba meraih prestasi di provinsi Riau, tapi terulang lagi kejadian di DKI aku tak dapat meraih juara. Saat itulah aku terus intropeksi diri, bahwa di atas langit masih ada langit. Tahun dimana suka dan duka di lewati.
Tahun 2016 inilah saat yang aku inginkan, saat dimana aku harus bisa menjadi lebih baik lagi. Tanggal 4 April 2016 aku mencoba membuka kursus kaligrafi dan seni lukis dengan nama lembaga Pendidikan Seni Lukis dan Kaligrafi, bukan hal yang mudah. Bermacam cobaan dan rintangan yang dilewati, ketika aku hampir terjatuh orang sekelilingku tetap memberi semangat, mencoba memberi harapan bahwa yang ku lakukan semata-mata untuk melahirkan generasi-generasi penerus.
Tapi tak seindah yang ku bayangkan, 1 bulan sudah berjalan aku hanya mendapatkan beberapa anak didik yang mungkin bisa dihitung dengan jari. Tak ada penyesalan, tak ada sedikitpun rasa gundah karna aku masih tetap di jalan-Nya.
Allah mengetahui segala sesuatu.. Tak pernah habis untuk berdoa dan berusah, berharap ada keajaiban yang datang, berharap Allah memberi kesempatan. Doa itu terkabul, kini Allah memberiki kesempatan untukku, membawa nama tanah kelahiranku ke event nasional di Mataram (NTB).
Allah maha baik, Allah maha tau kapan waktu yang tepat untuk aku bisa kesana, walaupun 2 tahun silam aku sempat gagal untuk ke Batam, tapi kali ini Allah benar-benar memberiku kesempatan. Tanggal 11 mei 2016 adalah 4 hari sebelum umurku mencapai 25 tahun, pada tanggal 15 mei 2016 Allah memberikan kado terindah. Air mata dan doa seorang ibu telah di kabulkan. Ibu.. terimakasih atas setiap doa-doa mu, ayah.. engkau yang selalu menjadikan aku kuat dan bangga memiliki ayah sepertimu. Walau kini ayah, tubuhmu tidak lagi bisa kuraba, suaramu tidak lagi bisa ku dengar, namun semangat yang kau berikan tetap ada dalam jiwaku. Semoga Allah melapangkan kuburmu ayahku. Aku akan berusaha menjadi anak kebanggaanmu.
Aku diberi amanah oleh Provinsi Aceh dan Allah mengabulkan doaku menjadi duta MTQ nasional mewakili Provinsi Aceh ke Mataram. Mungkin bagi mereka yang telah bolak-balik ke nasional ini adalah hal biasa, tapi bagiku ini adalah nikmat yang luar biasa.
Ada perjuangan yang mungkin tak tampak tapi akan selalu terasa bahwa ini tidak mudah, ini nikmat dari Allah. Semoga aku dapat menjalankan amanah ini sebaik-baiknya. Terima kasih orang tuaku yang telah mendidiku.
Terima kasih ya Allah. Terima kasih ibu yang sekaligus menjadi ayah buatku. Terima kasih ayah semoga Allah melapangkan kuburmu. Terima kasih semua saudara dan kerabatku yang sudah membantu, sehingga aku bisa seperti ini.
penulis : Gadis Lot Kala Kebayakan, kini mewakili Aceh untuk MTQ nasional ke 26 di Mataram, Cabang Kaligrafi.
berita terkait : Gadis Lot Kala Kebayakan