Takengon | Lintas Gayo : Sebuah buku tentang Gayo dipastikan akan terbit dalam tahun 2011 ini. Buku tersebut berisi tentang sejumlah hasil penelitian arkeologi berupa penggalian (eksavasi) yang dilakukan disejumlah tempat ditepi danau indah, danau Lut Tawar, Takengon Kabupaten Aceh Tengah.
Oleh salah seorang pengarangnya, Ketut Wiradyana yang juga sebagai salah seorang arkeolog dari Balai Arkeologi Medan Sumatera Utara, Rabu (14/9) buku tersebut diberi judul “Merangkai Identitas Gayo” yang digarap bersama-sama seorang rekannya dari Balar Medan, Taufiqurrahman Setiawan.
“Pencetakan buku ini didanai sepenuhnya oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah dan akan diluncurkan saat diadakan sarasehan hasil penelitian di sejumlah Loyang di Takengon dalam tahun 2011 ini,” ujar Ketut yang dihubungi melalui telepon selularnya.
Sedikit dijelaskan Ketut, dalam bukunya disebutkan bahwa dari penelitiannya suku Gayo sangat erat kaitannya dengan Batak. Dan Batak yang berasal dari Gayo bukan sebaliknya. “Dari aspek budaya, Gayo yang ke Batak, bukan Batak yang ke Gayo,” tegas Ketut sambil menambahkan untuk lebih memastikannya butuh penelitian ke Loyang Datu Kecamatan Linge hingga ke Alas.
Ditanya tentang hasil uji deoxyribonucleic acid (DNA) yang dilakukan Lembaga Eikjmen Jakarta bekerjasama dengan pihaknya dari Balar Medan, Ketut mengaku belum mendapat laporan tentang tes DNA tehadap sampel gigi kerangka Loyang Mendale. “Sampel yang kita kirimkan ke lembaga tersebut cukup, namun karena jalannya penelitian tersebut sangat rumit maka dibutuhkan waktu untuk mendapatkan hasilnya,” ujar Ketut sambil meminta semua pihak bersabar menunggu hasil tes DNA tersebut.
Apresiasi acara “Inilah Gayo II”
Selanjutnya terkait acara “Inilah Gayo II” yang digelar untuk memamerkan sejumlah karya foto anggota Gayo Fotografer Club (GFC) terkait proses dan hasil penelitian pihaknya, Ketut menyatakan apresiasinya terhadap terselenggaranya acara tersebut.
“Dengan sangat menyesal saya tidak bisa hadir untuk memeriahkan acara tersebut karena harus bertugas ke tempat lain. Namun saya angkat salute atas semangat rekan-rekan fotografer Gayo dalam upaya mengenalkan sebagian identitas Gayo kepada masyarakat luas,” pungkas Ketut seraya menyatakan rekannya Taufiqurrahman yang juga pehobi fotografi juga ikut mengirimkan sejumlah foto yang dipamerkan diajang tersebut. (Khalis)
Alhamdulillah, akhirnya ada referensi baku dan ilmiah yang dapat kami baca. Berijin kin roh arwah ni muyang datu si nge munaringen iponne di loyang mendale.Entap karena iponne, sejarahte berubah makin terang.
bgi saya kedepan nya bs maju dan berkembang dalam janka pendek