by

Akhirnya Melalui SAMAN, Aceh pun Menghabisi Gayo

Oleh : Win Wan Nur*

 

 

Tadi pagi 22 Desember 2010, adalah hari yang merupakan sejarah gemilang bagi Aceh dan menjadi tonggak sejarah keterpurukan Gayo.

Pagi ini, dengan disponsori oleh Kodam Iskandar Muda, Aceh sukses mementaskan tari saman kolosal dengan 3000 penari. Sebuah event yang dimaksudkan untuk memecahkan rekor MURI.

Video yang menampilkan pementasan ini dapat disaksikan di sini :http://www.youtube.com/watch?v=nfJWoIgXCck&feature=player_embedded#!

Pementasan tari kolosal ini juga bisa jadi dimaksudkan sebagai Show of force kepada Malaysia yang sudah mulai mencoba-coba mengklaim tarian ini yang seperti biasa menjadikan alasan kedekatan budaya antara Malaysia dan Sumatra dan banyaknya orang Aceh yang sudah menjadi warga negara Malaysia yang menarikan Saman sebagai dasar klaimnya.

Kalau benar ini alasannya, maka pementasan tari Saman kolosal ini adalah sebuah ironi. Ini menjadi Ironi, karena sebetulnya orang Aceh sendiri mencaplok tari Saman ini dari Gayo, suku minoritas yang terpinggirkan baik secara budaya maupun politik di daerah ini.

Tapi kalau pernyataan seperti ini kita sampaikan di depan orang Aceh, tentu saja mereka akan langsung menolak, karena menurut mereka, Aceh tidak pernah mengklaim SAMAN sebagai milik Aceh, tapi saman menjadi milik Aceh karena Gayo berada dalam wilayah pemerintahan Aceh.

Benarkah demikian adanya?…mari kita uji.

Cara yang paling mudah menguji benar tidaknya pernyataan ini bisa kita lakukan dengan meng-klik link yang menampilkan tarian saman kolosal ini http://www.youtube.com/watch?v=nfJWoIgXCck&feature=player_embedded#!

Kalau kita melihat para penari dalam video itu, maka kita akan melihat dengan jelas bahwa SAMAN yang ditampilkan dalam pementasan itu tidak ditarikan dalam bahasa Gayo, semua penari berpakaian adat Aceh, bahkan kita tidak melihat satu pun penari yang memakai pakaian adat Gayo. Lebih fatal lagi tidak sedikit dari penari ini adalah perempuan.

Ini fatal, karena menurut Yusra Habib Abdul Gani, seorang cendekiawan Gayo yang berdomisili di Denmark; Saman, bukanlah kreasi seni tari biasa sebagaimana selama ini dipahami orang. SAMAN hanya bisa dimainkan dalam bahasa Gayo. Saman yang bisa dipentaskan oleh siapa saja dan dalam bahasa apa saja adalah sebuah kesalahan fatal sekaligus pelecehan terhadap missi dari Saman itu sendiri. Tari sejuta tangan ini tidak bisa dicerna dan dihayati, sekiranya para penarinya tidak memahami keseluruhan gerak yang diperagakan, sebab Saman adalah tari yang mengandung konsep jihad yang disimbulkan lewat irama dan gerak. Penjelasan lengkap mengenai pendapat Yusra Habib Abdul Gani, silahkan klik di sini http://www.acehvision.com/2009/11/konsep-jihad-dalam-saman.html

Jadi meskipun mungkin KLAIM secara VERBAL memang tidak ada, tapi dengan membuat pegelaran SAMAN yang diikuti 3000 orang, dengan menggunakan bahasa ACEH sebagai bahasa pengantar, dengan penari yang berpakaian adat ACEH, apa yang mau ditunjukkan oleh orang yang menggelar pementasan ini?

Tentu saja yang mau ditunjukkan adalah; SAMAN itu Budaya ACEH bukan budaya GAYO…

Klaim yang menyatakan bahwa Aceh tidak bermaksud meminggirkan Gayo melalui Saman, semakin sulit untuk menemukan argumen sahihnya ketika kita melihat, setiap kali Aceh mengirimkan duta seninya ke dunia luar dan menarikan SAMAN, maka yang dikirim adalah penari SAMAN yang menarikan SAMAN dengan pakaian adat dan bahasa Aceh, bukan Gayo.

Untuk membuktikannya silahkan anda buka youtube, dan saksikan sendiri ada berapa banyak tari SAMAN yang ditarikan orang di luar Aceh dengan menggunakan Bahasa Gayo sebagai pengantar dan pakaian adat Gayo secara kostum.

Tari SAMAN yang asli adalah yang ini http://www.youtube.com/watch?v=-LikgiZn6jU

Tapi kalau kita lihat di Youtube, kalau tari SAMAN ditarikan di luar Aceh bahkan di luar negeri maka yang muncul adalah tari saman seperti di bawah ini

http://www.youtube.com/watch?v=87ZIfpL9nSk&feature=related

http://www.youtube.com/watch?v=87ZIfpL9nSk&feature=related

http://www.youtube.com/watch?v=GsIjWnqn8_E&feature=related

http://www.youtube.com/watch?v=-3GVxxDf9X8&feature=related

http://www.youtube.com/watch?v=v4-nYggR9KM&feature=related

http://www.youtube.com/watch?v=oilkOe1WWww&feature=related

http://www.youtube.com/watch?v=cPAD6AQV2EM&feature=related

Jadi siapapun boleh mengatakan Aceh tidak berniat meminggirkan Gayo, tapi kenyataan yang kita lihat adalah sebaliknya. Kenyataannya, saat ini, di provinsi Aceh, identitas GAYO sedang dihabisi secara SISTEMATIS.

Sekarang ketika Saman sudah menjadi lebih populer ditarikan dalam bahasa dan pakaian adat Aceh, kita bisa menyaksika para budayawan Aceh pun mulai membuat catatan ‘sejarah’ untuk membuktikan klaim bahwa SAMAN adalah milik SAH ACEH, bukan gayo, tulisan seperti ini misalnya bisa kita dapati dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Thayeb Loh Angen yang menyatakan bahwa Tari Saman diciptakan oleh seorang ulama besar dari Samudra Pasai (Pase) http://www.kabargayo.com/2010/08/saman-dan-seudati-dua-tarian-kembar.html (saya sendiri tidak paham bagaimana cara yang bersangkutan melakukan penelusuran sejarahnya, supaya klaim ini bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah)

Karena kenyataan bahwa Saman sudah menjadi milik Aceh sudah tidak dapat lagi dipungkiri. Untuk menyenangkan orang Gayo, ada yang mengatakan kalau PBB sudah mengakui tari Saman sebagai milik Gayo, tapi ketika kita minta yang bersangkutan untuk membuktikannya, dia pun menghilang tanpa bisa berkata apa-apa. Sebab informasi ini memang sama sekali tidak bisa dipertanggung jawabkan karena kenyataannya SAMAN baru didaftarkan ke PBB oleh pemerintah Aceh dengan nomer seri nomor seri 00001 dan tinggal menunggu penetapan (lihat : http://koetaradja.wordpress.com/2010/08/11/aceh-daftarkan-tari-saman-ke-pbb-sebagai-tari-dunia/). Tapi itupun saya yakin sekali kalau tari SAMAN yang didaftarkan ini adalah SAMAN ACEH, bukan SAMAN GAYO

Klaim budaya Gayo sebagai budaya Aceh ini bukan hanya terjadi pada Saman, tapi juga terjadi terhadap karya seni Gayo lainnya, yaitu seni bordir Kerawang Gayo yang kini lebih dikenal orang sebagai kerawang Aceh.

Ironisnya, entah karena tidak berdaya atau karena merasa itu tidak terlalu penting untuk dipersoalkan. Tidak banyak orang Gayo yang merasa terusik dengan fenomena pengklaiman budaya Gayo oleh Aceh ini. Padahal sebenarnya hal ini sangatlah berbahaya, karena masalah ini berkaitan dengan eksistensi GAYO sendiri. Saat ini mungkin, hal-hal seperti ini belum begitu terasa. Tapi kalau ini terus dibiarkan lama-lama, Gayo dan segala kekhasannya akan hilang dan melebur menjadi satu Aceh Raya, sebagaimana yang kita saksikan terjadi di Malaysia, ketika suku bugis, minang, jawa dan ras-ras lain asal bumi nusantara hilang ditelan satu MELAYU RAYA.

Sekarang kita saksikan, arah menuju ke sini sudah semakin nyata, buktinya sekarang di facebook ini saja kita melihat sudah mulai banyak orang Aceh yang berani terang-terangan membuat klaim bahwa Gayo adalah pendatang di bumi Aceh, sehingga wajar hak-hak yang diterima oleh Gayo, kurang dibanding yang diterima oleh orang Aceh lainnya.

 

*Manusia Suku GAYO berdomisili di Jakarta

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments

  1. begitulah masalahnya kalu suatu hal yang tidak di tangani oleh ahlinya atau kalau sembarangan orang mau ngadain seenaknya tanpa kordinasi pada pihak yang bersangkutan. maka ributlah akhirnya. begitu juga perdebatan ini tanpa di campuri oleh yang bersangkutan Pemda, DKA. DAA maka runyamlah masalahnya. maka yang ada kita debat kusir tanpa ada ujung penyelesaiannya.

  2. buat mas aulia, sepertinya anda setuju sekali kodam membuat rekor muri mengatas namakan “tarisaman” kalau saya tidak salah baca biarlah ini hanya tatanan seni,,jelas tidaklah mas, ibaratnya anda apakah anda mau berganti nama padahal itu bukan nama anda asli, nah begitu pula dengan tari saman ini itu punya orang gayo, kalau pun mau di jadikan untuk rekor MURI seharusnya minta izin kepada daerah yang bersangkutan, ini rekor MURI bukan tari saman malah dikatakan tari saman..jelas ini pelecehan nama budaya,jadi kalau di biarkan begini saja takutnya yang mengatasnamakan Budaya seenaknya saja..sekarang tari saman besok mungkin didong tepok dari takengon,,jadi tidak boleh disebut ini hanya tatanan seni atau yang lainnya kalau tari saman ya tari saman dunk,,bukan tari saman yang dibuat kodam sekarang Jadi rekor MURI .

  3. Menurut saya, sebenarnya memang ada beberapa poin penting yang harus diluruskan.

    sebagaimana tulisan diblog saya. (baru revisi, krn buatnya agak terburu2 tadi padi).

    Sebenarnya, kita tidak bisa “main hakim” sendiri dalam masalah ini. karena di Aceh ada badan yg bisa kita mintai penjelasan dan mengambil keputusan.

    Dinas pariwisata, DKA dan sejenisnya. Minta mereka mengeluarkan pernyataan dna rekomendasi. JIka tidak, bila kita terus-menerus bermain dibelakang, keadaan akan runyam dna menimbulkan berbagai persepsi.

    justru saya melihat satu masalah yg paling besar disini adalah di luar Aceh.

    coba lihat, ekstrakulikuler yang dilaksanakan bernama saman, tapi wujudnya bukan. Nah, karena itu, DKA, Dinas Pariwisata harus bisa mengeluarkan surat rekomendasi untuk menjelaskan ini.

    Saya benar-benar berharap masalah ini dapat diselesaikan dengan damai.

    Oh iya, mohon maaf, sepertinya harus simultan menjawab beberapa pertanyaan dan pernyataan dari 3 blog. blog aulia, blog saya dan disini.

    Oh iya, jika bisa, teman-teman bisa bantu menjawab beberapa komentar dna pendapat di blog saya. trims.

  4. memang sedih klo kita lihat saman atau kerawang gayo. dimana-mana apalagi di Jawa itulah yang terjadi kebudayaan kita ini selalu di klaim. perlu satu strategi. apalagi saman telah di perjuangkan sebagai salah satu kebudayaan Indonesia.

  5. menurut saya, kalao boleh ini jangan di publish kan dulu, kita teliti dulu apa, maksud dan tujuaan orang aceh tu memain kan tari saman 3000, kalo memang sudah benar orang itu mengklaim baru kita masukkan ke dunia maya, atao ke dunia mayantara yy zaman sekarang ini di sebut, malu lah kita, ribut di dalam rumah sendiri,kalao udah kayak gini, isu2 nya pun sampai keluar negeri, saya yang sekarang berdomisi di tanah gandi india, menjadi tidak enak law kumpul2 sama teman2 saya yy baik dari aceh, maupun luar aceh, jadi dalam hal ini saya minta tolong atas nama pribadi, untuk selanjut nya jangan ter ulang kembali.

    1. Mau diteliti?…ya sudah kamu teliti sana, yang jelas dari yang saya teliti, hampir tidak ada orang di luar Gayo yang tahu kalau SAMAN itu berasal dari Gayo. Saman sekarang identik dengan ACEH.

      Dan kami nggak senang dengan fakta itu….

        1. Udah nggak nyambung ni komentarya, apa untuk mengakui tari kecak itu tari Bali, keturunan orang belanda yang menjadi koreografer pencipta Kecak itu sampai sekarang masih hidup di Bali.

          Memang standar ganda sudah sangat umum di negeri ini ya, kalau Jakarta mencukeh Aceh sedikit saja, orang-orang luar biasa sensitifnya, tapi kalau Aceh yang menjadi pelaku, begitu banyak kalimat pembelaan.

          Salut…

          1. orang jakarta tidak pernah mengacaukan Gayo, karena gayo juga di Aceh.

            jangan melebarkan kemana-mana, tidak usah membaca negeri bali dulu. mari perjuangkan ini dengan baik dan bijak di orang-orang atas sana di pemerintah.

  6. Alah, itu saja di ributin, kalau tidak terima Tari Saman Kolosal itu di mainkan dengan cara seperti itu, ya udah, buat saja tarian saman yang dimainkan oleh orang gayo dengan 4.000 pemain lengkap dengan baju gayonya,,, kan merebut rekor MURI lagi mengalahkan 3.000 penari. gampangkan….
    Itu aja di ributin, yang ada perang saudara (SARA).
    Dan yang harus di ingat, jika terjadi perang suku (misalnya antara suku Aceh dan Gayo), maka yang memancing kerusuhan/perang itu, akan hidup aman di jakarta atau di daerah lainnya, sementara yang menjadi korban hanya warga yang tinggal di Gayo dan Pesisir Aceh.
    Sudahlah, jangan pancing emosi orang lain hanya karena keegoisan kalian…. biarkan masyarakat hidup aman dan tentram.

      1. saya setuju dgn Aulia. walaupun masalahnya ada kaitan dengan suku, tapi bukan berarti kita bisa serta merta mengait-ngaitkannya dgn kesukuan. hal ini akna memancing sentimen kesukuan.

      1. Bola ada di Aceh, pencaplokan SAMAN ini sudah berlangsung sejak lama. Sejak dulu setiap kali ada pengiriman duta budaya Aceh ke luar, GAYO tak pernah dilibatkan, Aceh secara sepihak mengirimkan penari SAMAN yang menarikan tarian ini dengan bahasa Aceh dalam balutan KOSTUM pakaian adat Aceh.

        Saat ini terjadi, tidak ada orang Aceh yang peduli, seolah ini sudah biasa.

        Apa yang terjadi kemarin yang dipicu oleh Kodam IM hanyalah pemicunya, tapi benih-benih yang membuat PENCAPLOKAN ini langgeng sampai sekarang telah ditabur oleh Aceh dalam waktu lama.

        Aceh mungkin akan hancur, karena memang ACEH yang mayoritas memperlakukan suku-suku minoritas seenak perutnya saja, seolah-olah kita ini ada di Aceh cuma sebagai aksesoris untuk menunjang kejayaan Aceh saja.

        1. lalu Aceh mana yang menjadi ‘korban’ kesalahan dari tindakan ini?

          Untungnya program visit Banda Aceh 2011 yg sempat di launching di Jakarta, tari SAMAN yang dihadirkan langsung dari Gayo (semoga persepsi orang terhadap tarian asal Gayo ini bisa lebih terbuka) atau juga banyak publik yg harus kita buka wawasan yang lebih jelas, yang mana tari SAMAN dan yang mana tarian lain seperti Tari Likok Pulo, Ratoh Duek, Tari Rapa’i Geleng, Tari Seudati dll 🙂

          Tapi sebelumnya persepsi yg salah ini sendiri harus di ubah pada orang Aceh dulu, seperti yg telah saya sebut di atas, apakah DKA, DAA, dsb hanya simbol saja atas persepsi yg terus salah ini dikembangkan.

          Saya rasa bang Win, layangkan surat kepada orang2 yg terkait itu semua (termasuk Pangdam IM sekalipun)

          Kita sebagai orang Aceh berharap tdk ada lagi deskriminasi suku-suku etnis yg ada, semua satu dibawah naungan Aceh seperti yg diwaris para endatu dulu.

          1. tentu Aceh yang ada sekarang juga karena ada peran kita bang, walaupun tidak banyak tapi sedikit ada.

            Saya merasakan ‘hawa’ lain dari ini semua, akan mengarah kemana-mana. Apakah ini seperti jalan yang pernah iwan gayo bawa dengan isu-isu yang lama 🙂 wallahu’alam

          2. maaf ya teman-teman, bukannya bela Aulia, kebetulan memang acara visit aceh 2011 di jakarta seperti yg dikatakan aulia..

            jadi sebenarnya, saya rasa, kita jangan membangkitkan masalah ini menjurus anarkisme kesukuan.

            tapi kita bawa dalam tataran seni.

  7. padahal ‘konflik’ budaya ini sudah lama ada, cuma baru sekarang ya, karena lihat Kodam IM tampil dgn 3000 orang jadi diangkat lagi di publik.

    Bangsa Aceh sudah layaknya tahu kembali sejarah, budaya dan seni sendiri (padahal dalam situs wikipedia telah jelas di sebutkan perbedaan secara singkat http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Rat%C3%A9b_Meuseukat)

    Kenapa harus berdebat lagi Gayo dan Aceh, serasa Aceh dan Gayo akan terus ‘berperang’

    Wahai para pendidik yang terhormat di seluruh bangsa (orang Aceh diluar Aceh) bangkitkan Aceh dengan kebangkitan yang hakiki, jangan terus diperpuruk dengan masalah yang membuat bangsa Aceh mencekam gara-gara hanya budaya dan seni.

    Kemana para DKA (Dewan Kesenian Aceh), Dewan Adat Aceh, cukup tulikah mereka untuk tidak mendengar akan keluhan penghabisan Gayo oleh Aceh (kecewa sekali).

  8. Penduduk asli Aceh adalah orang Gayo,lihat saja sejarah, adakah penduduk asli suatu darah mendiami pesisir laut? bukankah penduduk asli yg terdesak ke pedalaman akibat kehadiran pendatang baru?Logika dari mana yg membuat penduduk asli terdesak ke Panatai? Apakah pendatang masuk ke pedalaman lewat udara…?
    Yang benar saja logikanya bung.

  9. Salah satu cara melestarikan budaya rasanya bisa dg memasukkan dlm muatan lokal atau ekstra kurikuler disekolah mulai dr SD,SMP,SMA, bahkan jg perguruan tinggi.Apakah disekolah2 kita sudah ada klup didongnya , atau klup samannya. adakah yg masih bisa bermain teganing, adakah yg masih bisa munayu dll. Kegiatan2 ini juga bisa mendukung bahasa ibu/lokal yg mungkin sdh jd pelajaran munlok,

    1. setuju, bina generasi muda untukt tidak lupa dengan khasanah lokal (beberapa sekolah di Aceh sudah menerapkan UAS Bahasa Aceh) paling tidak sudah menjadi langkah awal sebelum bahasa ini menjadi kenangan sejarah

      1. aku setuju dengan ini, harus segera kita laksanakan, harus kita ajar kan di SEKOLAH SD SMP, BAHKAN SAMAPI perguruaan tinggi, saya jujur saya sekarang kuliah di luar negeri pi tidak bisa tari saman padahal teman banyak yang minta ajarin. dan saya pun melihat orang india dini , mereka bisa dance atao nari mereka sudah belajar dari TK Di sini. ini yang membuat kamal bertanya…..