LUT TAWAR
Lut Tawar air damai
meski lapar tetap memandang
menghampiri biru terbentang sepi
nelayan tak meniti bukit-bukit
berbaris luka pohon kering
terbakar habis di tepi danau
air mengejar ombak sampaikah
lubang kecil itu hampir tertutup
menata sejarah terkenang sudah
aku rindu cemara damai tersiram
rumput ilalang tak menemani
nelayan berperahu di tengah berjalan
mencari makan
Takengon, 22 Agustus 2011
KEMBALI
Dapatkah kembali memandang biru
Berbayang langit terlukis tepian
Melindungi menata batu
Berkerikil lubang sejarah
Awan selimuti wajah gigil
Mendungkan rupa tak berteman
mencuci wajah di air tawar
Penyejuk luka pada kesepian hari
Biar pergi tak kunjung kembali
Takengon, 22 Agustus 2011
MENANTI
Setahun menanti telah tiba
menahan rindu bersemayam di jiwa
teringat hijau sepi berkalung embun sejuk hawanya
setahun menanti pulang bersama
tinggalkan singgalang merapi menatap
negeri berpayung hujan
Setahun menanti
bukit berselimut kabut
sinar setapak mengejar mimpi
ladang luas menunggu sepi
suci terlepas duka
setahun menanti ayah bunda
menunggu datang sebatang karang
tak mengharap berlian meraih bulan
selamat jalan doa-Nya
Setahun menanti rindu di pucuk Sumatera
dalam kalbu selalu teringat
menunggu persimpangan jalan dinda
sepi tak terpeduli jiwa selalu bersama
Padangpanjang 14 Juli 2011
—–
ANSAR SALIHIN, lahir di Negeri Berselimut Kabut Desa Buntul Kepies, Bener Meriah, Aceh (11 Juni 1991). Anak ke Dua dari tiga bersaudara, pernah bersekolah di SD N 1 Buntul Kemumu (2004), SMP 3 Bandar (2007), dan SMK 1 Mesjid Raya Aceh Besar bidang, keahlian Seni dan Kerajinan (2010). Sekarang sedang menenpuh pendidikan di Institut Seni Indonesia Padangpanjang, Fakultas Seni Rupa da Desain, Jurusan Seni Kriya, Semester tiga.
(Red.05)