PENDIDIKAN merupakan sebuah proses yang terbentuk secara alami dari seluruh aktivitas yang dilakukan manusia, pada dasarnya pendidikan tersebut tumbuh dan dapat diterima ketika apa yang dilihat dan dirasakan menjadi sebuah nilai dalam kontek pendidikan.
Tumbuh kembangnya sebuah pendidikan yang ada disebuah tempat tidak lepas dari komunikasi dan sosial yang terjalin dan membentuk sebuah keragaman dan menjadi budaya yang terus berjalan sepanjang masa. Secara garis besar ruang lingkup pendidikan tidak sebatas apa yang kita ketahui secara universal, akan tetapi memiliki makna yang begitu luas.
Menurut penulis Tutur Gayo merupakan pendidikan yang semakin dimakan oleh zaman, tak lepas dari arus modernisasi yang semakin tak mampu dibendunng oleh budaya itu sendiri, hal ini disebabkan kurangnya perhatian yang inten terhadap Tutur Gayo itu sendiri (sosialisasi, publikasi, dokumentasi dan penenelitian, Tutur Gayo), disamping itu pada saat yang bersamaan mucul sebuah kehidupan dengan gaya hedonistis yang semakin menggurita dan tumbuh tanpa batas, cukup telak memang jika kita telaah perbadaan yang terjadi dari masa ke masa. Lebih-lebih kepada tunas muda yang semakin pekat akan indentitasnya (sejarah dan budaya, Tutur Gayo).
Maka dari itu, keragaman dan kekerabatan orang Gayo perlu dikembalikan dengan menyegarkan kembali Tutur Gayo itu sediri, agar pondasi pendidikan akan Tutur Gayo semakin kokoh dan dapat berjalan ditengah arus modernisasi, hal ini tidak lepas dari kepedulian, semangat lokal dan perjuangan kita untuk mempertahankan kultur dan budaya sehingga Tutur Gayo dapat dipetik hakikat pendidikannya.
Penulis melihat, kepedulian itu masih memiliki asa ditengah ketidakpastian, munculnya buku Tutur Gayo yang ditulis oleh Yusradi Usman al-Gayoni merupakan asa yang semakin menguatkan harapan kita terhadap keberagaman dan kekerabatan orang Gayo. Buku Tutur Gayo merupakan alat pencapaian dalam bingkai pendidikan dengan tujuan membentuk tunas muda Gayo dalam mencetak kader umat yang bermoral, cerdas, berkarakter, berkepribadian dan bermental.
Penulis nilai yang terkandung dalam Buku Tutur Gayo sangatlah memiliki hakikat yang luas terhadap dunia pendidikan, lebih-lebih kebudayaan yang kita miliki semakin hilang oleh arus (globalisasi, modernisasi dan kehidupan hedonistis) yang perlu kita hindari dan dibatasi dengan sarana dan kepedulian terhadap pentingnya pendidikan melalui keragaman dan kekerabatan (Tutur Gayo).( Khairul Rijal/Mahasiswa Universitas Muhammadiah Jakarta).