Membangun Kekuatan Ekonomi Gayo; The Sleeping Giant (Raksasa Tidur)

Oleh Sabela Gayo *

Jika kita mendengar kata GAYO, maka yang terlintas di benak kita adalah KOPI GAYO. Konon, kopi Gayo memiliki cita rasa kopi terbaik di dunia. Dan harga jualnya pun lebih mahal dibandingkan dengan kopi dari daerah lain. Kopi Gayo mempunyai ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki oleh kopi-kopi sejenisnya dari daerah lain. Keunggulan Gayo dalam hal Kopi sebenarnya, dapat dijadikan sebagai entry point (pintu masuk) bagi Pemerintah Daerah Gayo untuk membangun sebuah kekuatan ekonomi baru di kawasan Pulau Sumatera yang berbasis agribisnis. Jangan sampai orang lain lebih duluan masuk dan menangkap peluang yang ada di Gayo dibandingkan dengan masyarakat tempatan. Kalau demikian yang terjadi, maka orang Gayo sebagai indigenous people (masyarakat asli) hanya bisa gigit jari dan memposisikan diri hanya sebagai penonton.

Membangun kekuatan ekonomi baru bukanlah hal yang mudah untuk dicapai, tetapi juga bukan sesuatu barang haram untuk dipikirkan, direncanakan dan diraih. Perlu suatu kelompok orang-orang yang berpikir (ulil albab) untuk menggerakkan semua potensi alam yang masih terpendam di bumi Gayo. Banyak kekayaan alam yang masih terkandung dan sampai hari ini masih berada di dalam perut bumi Gayo, yang memerlukan racikan dari orang-orang yang mempunyai komitmen dan empati yang kuat bagi terwujudnya kemaslahatan Gayo secara keseluruhan.

Salah satu contoh kecil adalah Pacu Kuda. Pacu Kuda sebagai sebuah tradisi turun-temurun yang dijadikan sebagai ajang perlombaan setiap tahunnya di Takengon, merupakan daya tarik wisata tersendiri yang tidak dimiliki oleh daerah lain yang berhawa sejuk di Pulau Sumatera bahkan di Indonesia. Mengapa Pacu Kuda tidak dikembangkan secara professional? Dengan membangun tempat balapan yang representatif dan mendaftarkannya sebagai salah satu pertandingan pacu kuda internasional? Sehingga orang mau datang ke Gayo. Kemajuan suatu negeri salah satunya ditinjau dari segi arus orang yang masuk ke daerah tersebut. Dengan semakin banyaknya arus orang yang masuk ke suatu daerah maka secara simultan arus barang dan uang juga akan meningkat dan ini berefek domino para tingkat ekonomi masyarakat setempat yang juga akan ikut meningkat. Karena biasanya arus orang yang masuk, membawa uang untuk dibelanjakan. Pertanyaannya sekarang adalah; bagaimana orang mau masuk ke Gayo, kalau di Gayo sendiri tidak terdapat keunikan atau daya tarik?. Salah satu jawabannya adalah pacu kuda. Belum lagi kita berbicara tentang Taman Buru Linge, atau wisata alam liar bernuansa adventure di Hutan Lauser nan asri dan alami.

Daerah yang berhawa dingin sejenis yang ada di Pulau Sumatera, yaitu Brastagi, tidak punya ciri khas / daya tarik yang signifikan seperti yang yang dimiliki oleh Gayo. Memang pada kenyataannya membangun sebuah industri wisata yang menarik bagi para pelancong bukanlah juga merupakan suatu pekerjaan gampang. Hal ini perlu kita sadari, dimana Gayo secara administratif masih berada di bawah Pemerintah Aceh. Dan Aceh secara umum dikenal sebagai daerah bekas konflik yang secara psikologis juga berimbas bagi kemajuan dan perkembangan Tanoh Gayo, khususnya bagi tumbuhnya industri pariwisata sebagai salah satu sumber pemasukan daerah. Ditambah ladi dengan akses transportasi yang satu-satunya harus melewati Bireun dengan kondisi jalan yang sempit, berlubang dan berkelok-kelok sehingga membutuhkan waktu tempuh lebih lama untuk sampai ke Gayo. Kelemahan-kelemahan itu harus segera dicari jalan penyelesaian oleh Pemerintah Daerah setempat dengan memprakarsasi pembangunan jalan alternatif baru yang lebih singkat dari segi waktu dan hemat dari segi biaya.

Walaupun demikian, Tanoh Gayo tidak boleh menyerah pada kenyataan yang ada, Tanoh Gayo harus mampu bangkit dan munetahi diri dan memberikan pencitraan positif kepada masyarakat diluar Aceh, bahwa Gayo berbeda dengan Aceh. Berbeda dalam arti bahasa, budaya, pola prilaku, keberterimaan terhadap orang asing, dan lain-lain hal yang positif bagi kemajuan. Belajar dari pengalaman kampanye Presiden SBY dan Partai Demokrat, dimana dengan politik pencitraan yang baik, SBY dan Demokrat mampu memenangi Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden/Wakil Presiden di tahun 2009 kemarin. Di dalam dunia ini, tidak ada yang tidak mungkin untuk dilakukan kalau masyarakat, pemerintah daerah, ulama, tokoh adat dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya sudah mempunyai persepsi dan pandangan yang sama yaitu bahwa GAYO HARUS BANGKIT Dan LEBIH MAJU DARI HARI INI. Karena tipikal masyarakat Gayo, adalah masyarakat pejuang yang berani, dan pantang menyerah sebelum tercapai apa yang dicita-citakan. Hal ini bukan omong kosong belaka, sejarah telah mencatat dengan tinta emas di mana jiwa kepahlawanan, keberanian dan pantang-menyerah rakyat Gayo sudah dibuktikan oleh para pejuang-pejuang Gayo seperti Pang Aman Dimot, Pang Kilet, Pang Sekunce, Inen Mayak Teri, Datu Pining, dan lain-lain dalam memperjuangkan suatu prinsip dan nilai-nilai kebenaran, keadilan, keberanian, kepahlawanan dan sikap pantang-menyerah. Singkatnya, kalau mudah menyerah pada kenyataan yang ada hari ini, tidak berani alias penakut, itu artinya BUKAN GAYO.

Jika kita belajar dari pengalaman-pengalaman bangsa-bangsa lain yang sudah duluan maju dibandingkan Tanoh Gayo, seperti Bangsa Jepang, Bangsa Korea, Bangsa-Bangsa Eropa dan yang paling dekat secara budaya dan geografis dengan Gayo adalah bangsa Melayu (Malaysia). Untuk meraih sebuah kemajuan dan menjadikan daerahnya sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia, maka yang pertama dilakukan adalah menyatukan persepsi dan pandangan diantara sesama kelompok masyarakat / bangsa tersebut. Dengan adanya persamaaan persepsi maka akan muncul rasa kebersamaan (spirit of togetherness) yang akhirnya melahirkan semangat persatuan yang dilandasi dengan nilai-nilai kesamaan nasib. Setelah muncul rasa kebersamaan senasib dan sepenanggungan, muncul rasa bahwa kite sebenare sara uyet, maka akan mudah untuk menjalankan konsep/teori/pemikiran/rencana/blue print yang dicita-citakan ingin dicapai. Singkatnya, harus ada upaya penyadaran yang dilakukan terlebih dahulu secara gradual dan sistematis dengan melihat faktor-faktor pendukung keberhasilan dan mempertimbangkan faktor-faktor kegagalan.

Tanoh Gayo harus segera melakukan upaya redefinisi semangat ke-Gayo-an dan revitalisasi semua potensi-potensi yang ada baik alamiah maupun non-alamiah dalam rangka demi terwujudnya cita-cita perjuangan Merah Johansyah Al-khahar, Pang Aman Dimot, dan yang lain-lain pahlawan Gayo. Kondisi masyarakat Gayo hari ini masih tercerai-berai baik dari segi wilayah, bahasa dan persepsi dalam menginterpretasikan diri sebagai GAYO. Ada sebagian orang yang beranggapan bahwa Gayo itu hanya dua kabupaten saja yaitu; Bener Meriah dan Aceh Tengah. Ada sebagian lagi yang beranggapan Gayo itu ada yang Lut dan ada yang Deret. Ada yang beranggapan Gayo itu ada yang Uken ada yang Toa. Ada yang berkeinginan Gayo itu harus pisah dari Propinsi Aceh, dan ada juga sebagian lagi yang berpikir Gayo harus tetap berintegrasi dengan Aceh. jadi bagaimana kita mau berkompetisi dengan dunia luar, kalau di dalamnya saja masih banyak masalah yang perlu segera di selesaikan terlebih dulu?. Mari kita kembali merenungi hakekat hidup ini, manusia diciptakan oleh Allah SWT bersifat hanief, artinya cenderung pada kebenaran. Ada satu simpul kebenaran yang di dalam hati setiap manusia yang tidak akan pernah lekang oleh waktu dan perubahan, simpul kebenaran itu bernama nurani. Mari kita melihat dan mengkaji persoalan-persoalan yang ada di Gayo dengan nurani kita, bukan dengan kepentingan politik pribadi, kelompok atau golongan kita. Kalau kita terus mengkaji persoalan di Gayo selalu dengan pendekatan politik (political approach) maka akan selalu ada pergesekan-pergesakan antarkepentingan baik kepentingan di dalam Gayo sendiri, Gayo dengan Aceh secara umum maupun Gayo dengan dunia luar. Dari semua persepsi yang berbeda, yang dimiliki oleh masing-masing kelompok kepentingan di Gayo, tentunya ada satu benang merah yang dapat menyatukan berbagai lintas kepentingan itu.

Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mr.Mahatir Mohammad di dalam sebuah buku biografinya pernah bercerita bahwa, ketika ia pertama kali menjadi Perdana Menteri Malaysia, langkah pertama yang ia lakukan adalah merubah budaya masyarakat Melayu yang malas, kerjanya hanya duduk-duduk saja di warung kopi dari pagi sampai malam sambil bercerita tentang politik, tanpa ada hasil menjadi masyarakat Melayu yang rajin, ulet, terampil, dan berpendidikan. Dari pengalaman dr.Mahatir Mohammad dalam mengarsiteki masyarakat Melayu yang malas menjadi masyarakat Melayu yang kompetitif, hal pertama yang dilakukan adalah merubah budaya. Budaya berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan, pola hidup, tingkah-laku suatu masyarakat sehingga budaya tersebut sangat mempengaruhi pola berpikir masyarakat itu. Kalau suatu masyarakat mempunyai budaya yang sukanya duduk-duduk di warung kopi sambil bercerita politik maka pola berpikir masyarakat tersebut cenderung apatis dan lebih memilih langkah-langkah praktis. Dan segala sesuatu harus dikonversikan dengan uang.

Kelebihan rakyat Gayo adalah karena rakyat Gayo tidak mempunyai kebiasaan duduk-duduk di warung kopi sambil bercerita politik dari pagi sampai malam seperti yang dimiliki oleh masyarakat Melayu sebelum Mahathir Mohammad berkuasa, karena rakyat Gayo tidak punya kebiasaan yang seperti itu, maka pekerjaan untuk menjadikan Tanoh Gayo menjadi lebih mudah. Walaupun dari segi yang lain masih banyak juga kebiasaan-kebiasaan yang menghambat kemajuan yang masih terlihat di dalam struktur sosial masyakat Gayo yang memerlukan penanganan dan pemecahannya secara intensif.

Salah satu upaya yang perlu dipertimbangkan dalam membangkitkan rasa kebersamaan dan kesadaran Rakyat Gayo bahwa ia memiliki peluang dan potensi yang besar sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar di Pulau Sumatera ini adalah melalui pendidikan dan pembangunan kapasitas-kapasitas masyarakat lainnya seperti ekonomi, dan adat-budaya. Pendidikan adalah salah satu sarana yang sangat efektif dan strategis untuk mentransfer nilai-nilai budaya, rasa kebersamaan, pengetahuan, cita-cita bersama dan lain-lain. Karena para peserta didik akan dijadikan orang-orang yang sadar di dalam kelompok masyarakatnya masing-masing. Sadar akan hak, kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai manusia khususnya sebagai orang Gayo dan sadar bahwa ia dan daerahnya mampu lebih maju dari daerah lain jika ia mau berjuang keras untuk meraihnya.

Pembangunan kerjasama sister city dengan daerah-daerah lain seperti dengan kota Calgary di Spanyol, Jenewa di Swiss, dan lain-lain dalam rangka alih teknologi dan ilmu pengetahuan, tukar-menukar informasi dan saling berbagi pengalaman dalam membangun komunitas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dirasa perlu untuk dilakukan oleh pemerintah daerah yang ada di Tanoh Gayo. Karena semakin banyak kita berinteraksi dengan orang-orang yang berasal dari lintas budaya, adat, status politik, agama, dan warna kulit maka akan semakin banyak pula pengetahuan dan pengalaman yang bisa kita ambil dan kita terapkan di Tanoh Gayo yang mulia ini, yang tentunya akan diselaraskan dengan adat, budaya dan pola prilaku masyarakat Gayo sendiri. Dikuatkan lagi dengan reformasi birokrasi dan pemberantasan korupsi dengan mengadopsi strategi yang telah berhasil dilaksanakan oleh kabupaten Solok, Sumatera Barat dan kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. dan Semoga cita-cita menjadikan Gayo sebagai salah satu kekuatan ekonomi Agribisnis di Indonesia dapat segera terwujud. Jadi, membangun Gayo bukan hanya sekedar menawarkan Blue Print yang wah dan menggiurkan setiap orang, melainkan membangun Gayo berawal dari kemauan, kerja keras dan praktek nyata di lapangan. Sebelum membuat Blue Print yang baik, alangkah bijaksananya kita apabila kita menyadarkan terlebih dahulu orang-orang yang nantinya diharapkan akan menjalankan blue print itu. Amiien.

* Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Pemuda Gayo (PP IPEGA) dan Direktur Eksekutif Biro Bantuan Hukum – Sentral Keadilan (BBH-SK) Banda Aceh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.