Menunggu Peran Aktivis HMI

Oleh: Muhamad Hamka*

MAHASISWA  —di akui atau tidak—adalah kelompok kecil dalam lapisan masyarakat yang memiliki kemampuan dan peran strategis dalam menggerakan perubahan. Sehingga tak heran kalau mahasiswa dikenal sebagai minoritas kreatif dan garda terdepan memelopori perubahan.

Dalam konteks Indonesia sendiri, mahasiswa memiliki kontribusi sejarah yang tak boleh dipandang sebelah mata dalam memperjuangkan, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan negeri ini. Bahkan para pendiri Republik ini adalah aktivis mahasiswa pada zamannya. Sebutlah, Sukarno, Hatta, Sjahrir hingga Tan Malaka.

Pun dalam perjalanan bangsa ini setelah merdeka, kontribusi mahasiswa selalu menghiasi lintasan sejarah Indonesia. Mulai dari heroisme angkatan’66 yang berhasil menggulingkan Orde Lama, gerakan mahasiswa era ’70 an yang berhasil melakukan pressure terhadap pemerintah yang cendrung akomodatif dengan kapitalisme global, hingga gerakan monumental tahun 1998 yang berhasil merobohkan kekuasaan tirani Orde Baru.

Namun catatan heroisme perjuangan mahasiswa Indonesia kian meredup setelah mereka berhasil menggulingkan rezim despostis Orde Baru tahun 1998. Memasuki tahun 2000 hingga hari ini gerakan kemahasiswaan mengalami kejumudan kecuali sesekali terdengar gebrakannya, namun tak memiliki signifikansi dalam mengendorse perubahan.

Justru yang sering terdengar dalam pemberitaan media massa adalah tawuran yang kerap terjadi di pelbagai universitas besar di tanah air. Sehingga tak heran kalau kehidupan kampus cendrung dijalankan sebagai rutinitas yang monoton dalam 4 K (kampus, kos, kompor, kasur). Betapa absurdnya kehidupan kemahasiswaan seperti ini. Padahal dengan identitas maha-siswa yang dimiliki, mahasiswa dapat melakukan banyak hal positif bagi perubahan masyarakatnya.

Absurditas kehidupan kemahasiswaan semakin lengkap dengan bergesernya pola hidup akibat tergerus oleh budaya pragmatisme, hedonisme dan konsumtifisme. Hal ini membuat sebagaian besar mahasiswa kehilangan idealismenya sebagai minoritas kreatif. Seturut dengan itu, aktivis mahasiswa yang diharapkan menjadi garda terdepan dalam menciptakan perubahan konstruktif di masyarakatnya justru terjerembab dalam arus deras pragmatisme.

Sehingga tak heran kalau aktivis mahasiswa ikut latah untuk urusan yang remeh-temeh yang sebetulnya bukan domain mereka. Seperti yang diberitakan oleh Media Online Lintas Gayo (15/10/2012), kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Takengen “terbelah” dalam menyikapi sikap ketuanya yang mengatasnamakan HMI ikut menandatangani somasi yang dilakukan oleh 71 jasa konstruksi terhadap Muhammad Ikhsan Siregar SH, Ketua Panitia Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) Aceh Tengah.

Sebagaimana yang diberitakan oleh media ini, sikap ketua HMI ini mendapat protes dari ketua bidang PAO-HMI Takengen, karena somasi yang dilakukan tanpa melalui rapat dengan pengurus. Seyogianya ketua HMI Cabang Takengen mesti memertimbangkan dengan arif dan jernih sebelum membuat keputusan organisasi. Karena menurut hemat penulis, somasi terhadap ketua PBJ ini sama sekali bukan hal yang mendesak dan urgen bagi organisasi mahasiswa (HMI) untuk menyikapinya.

Olehnya itu, Saya mengajak adik-adik HMI Takengen untuk melihat persoalan yang lebih besar, mendesak dan punya relevansi dengan kemaslahatan rakyat Aceh Tengah, yakni persoalan kisruh Pilkada. Di mana kisruh Pilkada yang belum menemukan titik-terangnya hingga hari ini layak dan perlu mendapat perhatian serius dari HMI. Karena kisruh Pilkada ini berimplikasi pada molornya program pembangunan Aceh Tengah.

Menjadi Mediator

HMI bisa menjadi mediator dengan mengundang semua tokoh masyarakat Aceh Tengah dan semua kandidat bupati yang bertarung dalam Pilkada kemarin serta bupati terpilih untuk duduk bersama guna merumuskan langkah bersama dalam menyelesaikan kisruh yang terjadi. Sebagai kader umat-kader bangsa, HMI memiliki tanggung-jawab moral untuk “mewakafkan” dirinya sebagai problem solving dari problema ini. Inilah yang Saya kira layak untuk mendapat perhatian serius oleh kader hijau-hitam, bukan malah terjebak pada persoalan remeh-temeh yang sarat dengan kepentingan parsial.

Untuk itu, Saya berharap agar adik-adik HMI ini bisa komitmen menjaga independensi organisatoris. Dan juga yang tak kalah penting adalah tetap istiqomah memosisikan diri sebagai kader umat-kader bangsa.(for_h4mk4[at]yahoo.co.id)

*Analis Sosial & Politik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.