Banda Aceh | Lintas Gayo – Aktivis Masyarakat Adat Zulfadli Kawom menilai saat ini banyak pihak yang berebut lahan atau isyu adat karena seksinya persoalan Qanun Wali Nanggroe yang marak diperdebatkan.
“Tidak tertutup kemungkinan penobatan Reje Linge pun terkait politik praktis itu,” kata Zulfadli Kawoum kepada Lintas Gayo di Banda Aceh, Sabtu, (2/2/13).
Menurut Zul, seharusnya bicara adat bicara nilai bukan bicara kepentingan kepentingan dari luar yang tentu dapat diterima masyarakat adat setempat.
“Penobatan Reje Linge jangan sampai menjadi perpecahan bagi masyarakat Adat di Gayo yang selama ini sangat komit menjaga khasanah budayanya,” jelas Zullfadli Kawom yang sekarang sedang mempersiapkan acara Kemah Hamzah Fansuri di Banda Aceh.
Menurut Zulfadli, klaim keturunan Raja sekarang ini memang marak, karena masalah itu juga sudah memiliki pengakuan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Katanya, untuk meminta pengakuan PBB juga punya syarat yang berat. Misalnya, harus jelas wilayah adatnya, punya aturan yang disepakati (Hukum Adat), manuscript-silsilah , surat wasiat, dan sebagainya.
“Baru beberapa wilayah adat di Papua yang sudah mendapat pengakuan PBB,” jelas Zulfadli Kawom. (Atia)