Jongok Meluem | Lintas Gayo – Tokoh Aceh asal Gayo yang sejak lama berada di luar negeri, Yusra Habib Abdul Gani hampir tak kuasa menahan haru saat menyaksikan langsung sisa-sisa jejak masa lalu endatu “Urang Gayo” di lokasi penelitian arkeologi di Ujung Karang Kecamatan Kebayakan Aceh Tengah, Rabu (30/3).
Ditemani Ketua Tim Peneliti dari Balai Arkeologi (Balar) Medan, Ketut Wiradnyana dan pemerhati sejarah dan budaya Gayo dari komunitas VisTaGa, Khalisuddin, Yusra Habib yang baru tiba dari Sigli setelah bertemu di rumah Tgk H A Firdaus, orang tua Yusra Habib di Kampung Kenawat Lut kecamatan Lut Tawar Aceh Tengah langsung beranjak mengunjungi lokasi penemuan peninggalan pra sejarah tersebut. Antara Ketut dan Yusra langsung akrab beberapa saat setelah dikenalkan. Keduanya tampak layaknya kawan karib yang sekian lama tak berjumpa.
Saat tiba dilokasi Ujung Karang dan melihat sejumlah tulang belulang manusia, gerabah dan benda-benda lain, Yusra spontan berseru Allahu Akbar berulang-ulang dan sejumlah kalimat pujian kepada yang maha Kuasa lainnya.
Kepada Yusra, Ketut menjelaskan bahwa dengan sejumlah penemuan tahun 2011 ini, dirinya berani menyatakan bahwa Urang Gayo sudah mendiami daerah sekitar danau Lut Tawar lebih tua dari 3500 tahun lalu. “Dari aspek budaya, tempat ini sudah dihuni antara 6000 hingga 10.000 tahun yang lalu. Dan untuk memastikan tahunnya, kita tunggu hasil analisa lebih lanjut yang sampelnya sudah saya kirim hari ini,” jelas Ketut.
Dikatakan Ketut, mulai besok, Kamis hingga juga akan dilakukan pengambilan sampel darah ratusan orang Gayo asli untuk diuji DNA oleh lembaga Eijkman dari Jakarta.
Setelah mendengar penjelasan panjang lebar tentang penelitian tersebut dari Ketut, Yusra kemudian angkat bicara dengan terbata-bata dihadapan sejumlah wartawan dan pengunjung yang kebetulan datang kelokasi tersebut.
“Ini adalah temuan ilmiah, dan Urang Gayo harus bersyukur dengan temuan arkeologi di Tanoh Gayo ini. Banyak hal terkait identitas dan peradaban Urang Gayo dimulai dari ceruk Mendale dan Ujung Karang ini,” cetus Yusra Habib, sang penggagas Gayo Confrence 2009 lalu yang belum terlaksana hingga saat ini.
Disini titik awal membongkar sejarah Gayo yang sejauh ini sangat minim data ilmiah, ujar Yusra lebih lanjut.
Kepada pihak politisi, birokrat dan elemen masyarakat Gayo, Yusra meminta agar memberi perhatian khusus terkait temuan Mendale dan sekitarnya. “Penelusuran sejarah ini harus dilakukan secara terus menerus hingga ke Tanoh Linge dimana dalam kisahnya disebutkan bahwa Genali sebagai raja pertamanya,” ujar Yusra.
Pengakuan Yusra, dari luar negeri, dirinya selalu ikuti perkembangan informasi jalannya penelitian Ketut dan kawan-kawan dengan membaca media yang ada, terutama situs berita Lintas Gayo serta media lainnya yang dikumpulkan di Pages Facebook I Love Gayo.
“Saya ikuti semua berita penelitian ini dengan baik, akan tetapi tidak mengomentarinya karena saya belum melihat sendiri lokasi ini serta mendengar penjelasan rinci. Saya ucapkan terima kasih kepada saudara Ketut dan kawan-kawan yang sudah lakukan penelitian ini dengan baik,” pungkas Yusra Habib yang juga sebagai salah seorang nara sumber film dokumenter Radio Rimba Raya ini.
Dalam Polling Calon Gubernur Aceh dari Tanoh Gayo di link http://www.lovegayo.com/polling/sosok Yusra Habib Abdul Gani untuk sementara memperoleh suara terbanyak dari sederetan nama yang dikutsertakan sebagai peserta polling tersebut. Dan untuk mengenalnya lebih jauh dapat membuka link http://www.acehvision.com/. (aman zaghlul/wira)
Dengan ditemukannya kerangka manusia purba,didataran negeri tinggi gayo ini menambah sejarah perkembangan masyarakat gayo kian menguat karena ditunjang oleh penemuan ilmiah tentunya.Terima kasih untuk semua team Arkeolog…
Semoga dengan terkuaknya misteri purba ini akan membuka tabir siapa dan dari mana asal usul urang Gayo ini apakah dari turunan kerajaan linge ? atau berasal dari kerangka yang di temukan di ceruk Mendale ini. Dan di harapkan dengan adanya penemuan yang spektakuler ini menjadikan Tanoh Gayo ini lebih di kenal tidak hanya bagi pedagang kopi manca negara tetapi para peneliti baik yang berhubungan dengan sejarah maupun potensi terpendam di bumi seribu gunu